Sabtu 17 Agustus 2013 Pukul
18.30 WIB.
Kami
berdua kaget ketika menerima pemberitahuan dari sopir dan kernet bus (formal banget pemberitahuan). Ternyata kami tidak di
turunkan di terminal Pulo Gadung melainkan akan di turunkan di sebuah Halte
sekitar kawwasan terminal Pulo Gadung. Kawan, padahal hari itu sedang di guyur hujan lebat. Langit gelap, bergumpal-gumpal awan gelap belum lagi petir yang menyambar-nyambar (lebai). Setelah sampai di suatu halte, kami benar-benar diturunkan di Halte tersebut
bersama dengan penumpang yang lain. Arbi`n dan Aku pun turun dalam keadaan kehujanan.
Kami
menunggu kedatangan dari angkot Jakarta menjemput kami di halte untu kemudian di antar ke terminal pulo gadung( Kaya jelangkung di anatr dan di jemput), kami berdua mencari angkot
yang tepat, waktu itu kami benar-benar menunggu sampai akhirnya datang
angkot tersebut. Kami berdua naik angkot ke Terminal Pulo Gadung, tujuan
kami adalah Sholat Maghrib terlebih dahulu sekalian di jamak Sholat Isya di
terminal dan di lanjutkan menuju Tanah Abang Jakarta Convention Centre (JCC), tempat
untuk di selenggarakannya acara Congress of Indonesian Diaspora (CID) ( sengaja kami melupakan agenda makan karena masih fase prihatin).
Setelah
selesai sholat (Waktu itu Arby`in sedang berhalangan) kami memutuskan untuk
mencari angkot yang bisa mengantarkan kami ke arah tanah bang dekat Jakarta
Convention Centre (JCC). Alhadulilah dengan berbekal kesabaran, kami menunggu
bus yang ke arah tempat tersebut, dari hasil bertanya dengan orang-orang di terminal, kami mendapatkan nama bisnya yaitu Bus Kopaja no 615 seklai lagi Bus Kopaja no 615 atau angkutan umum
dengan no 102. no 615 dan 102 itu harga mati untuksebuah nomer anglkot, sekali beda dari no tersebut akan beda jurusan, kata orang yang memberi tahu kami. Kamipun Mencari angkot dengan specifikasi demikian yang memang bukan keahlian
kami berdua, apalgi untuk Arbi`in yang merupakan kali pertama menginjakan kaki
di Tanah Jakarta. Jadilah kami berdua jalan sambil membawa barang kami masing masing menunggu
bus yang kami cari.
Selama
proses pencarian kami benar-benar merasa di bingungankan dengan ciri spesifikasi
Bus Kopaja no 615 atau angotan umum dengan no 102 tadi. Karena kami tidak tahu pasti
untuk bus tersebut. Akhirnya kami yang sama-sama tidak tau mencboa bertanya,
ternyata orang-orang yang kami tanyai juga sama sama tidak tahu. Kami berdua
bingung karena malam mulai larut sekitar pukul 21;00 WIb namun kami belum
menemukan bus yang kami cari. Akhirnya kami menunggu sambil bertanya Tanya dengan orang di
sekitar tempat tersebut, di tengah tengah waktu menunggu aku bertemu dengan
salah seorang teman yang sedang berlibur di Jakarta, dia teman dari Racana
Universitas Jenderal Soedirman. Akhirnya kejenuhan kami pecah karena kami mengobrol dengan asyik dan selang beberapa saat kemudian, kami di beri tahu oleh seseorang kalau bus Kopaja no 615 telah datang, kami bergegas masuk. Aku
melihat Arbi`in waktu itu terlihat tampak sudah lelah, wajar dia belum makan
seharian. Kami sepakat untuk turun di tanah abang supaya bisa langsung ke tempat lokasi acara.
Singkatnya
kami berdua turun di komplek Jakarta Convention center (JCC) kami berdua bertemu
dengan 1 orang dan bertanya tentang tempat acara tersebut, ternyata dia adalah
bagian crew dari acara tersebut. Akhirnya kami bertanya untuk sekalian ikut
bersama laki-laki tersebut.
Kami
memang merasa kelelahan apalagi kami belum makan nasi sesuapun (dari tadi bahas makan melulu, tapi jujur karena laper ga pernah bohong hehehe), itu semua kami
lakukakn karena untuk berhemat supaya selama di Jakarta nanti kami bisa memiliki
uang yang cukup untuk pulang kembali ke Purwokerto.
Mungkin
untuk bebrapa orang menganggap kami keras kepala karena memaksakan diri
berangkat padahal keuangan sedikit sekali alias minim, tetapi karena keyakinan
maka kami benar-benar memberanikan diri ke Jakata untuk menghadiri acara
2nd Congress on Indonesian Diaspora (CID).
Kami
berdua berjalan menuju gedung Jakarta Convention Centre (JCC), sebuah nama yang
belum pernah aku datangi. Paling sering denger kalau di TV. Dari sudut pintu
gerbang besi yang besar kami berdua mencoba masuk, namun antara kami dan
laki-laki yang mnagatarkan kami tadi memang berbeda tujuan karena dia adalah crew acara maka kami mencoba mencari orang untuk kami tanyai
tentang gedung JCC tersebut.
Kami
melihat ada pak Satpam yang sedang berjaga, segera kami berdua menghampiri
untuk bertanya pada beliau.
“Assalamualaikum wr wb,
permisi bapak, mau Tanya kalau gedung JCC yang untuk acara Congress Indonesian
of Diaspora (CID) dimana ya bapak?”
“Waalaikum salam, disini mas”
(jawab satpam sambil menunjuk kea rah gedung yang ada di depan kami)
“kami boleh masuk apa tidak,
bapak?” (Tanya ku ingin segera samapi keruangan)
“Mas dan Mba ini peserta
buat acara CID yah”
“Ya, bener sekali bapak”
(Jawab arbi sambil senyum)
“Bagaimana bapak apakah bisa
langsung ke gedung tersbut”
“Mas dan Mba mencari ruang
mana ? Assembly atau Cendrawasih?” Tanya bapak satpam membuat kami bingung.,
karena kami tidak tahu ruang apa aja yang akan kami tempati.
“Ruang Assembly, bapak”
(Jawab Arbi`in ingin segera mengetahui lokasinya)
“Owh Assembly, silakan mas
dan mba ke arah sana. Ruang yang besar itu adalah raung Assembly , berdekatan
dengan ruang Cendrawasih” (pak Satpam sambil menunjuk kea rah gedung)
“Terima kasih , Bapak” ucap
kami berdua bareng
“Sama-sama, mas , mba”
Kami
pun langsung membawa barang bawaan kami dan segera menuju ketempat yang ditujukan
oleh bapak satpam tadi. Aku merasa sangat bahagia sekali karena usaha yang
kami lakukan ternyata tidak sia-sia. Aku juga melihat kebahagian itu dirasakan
oleh Arbi`in. Ia terlihat sangat berbahagia.
****************^^^^^^^****************
Lelah
kami seolah terbayar ketika kami sadar bahwa kami berdua telah sampai di Gedung
JCC sekitar pukul 22.00 WIB. Kami memasuki ruang Assembly yang kala itu masih
sangat ramai oleh beberapa crew yang sedang mempersiapkan acara, terlihat
disana-sini orang-orang sibuk menyiapkan stand-stand yang telah mereka sewa. Di
ruang Assembly yang kelak merupakan ruang yang di pakai Bapak Presiden Soesilo
Bambnag Yoedoyono untuk menyampaikan pidato pembukaa acara ini.
Kami
berdua memasuki ruang Assembly dan menyempatkan diri untuk ambil photo yang
kala itu masih sepi pengunjung. Kami istirahat di ruang Assambly sejenak
sebenarnya aku lapar sekali mungkin saja hal yang sama di alami Arbi`in,
yang selalu menawarkan biscuit yang dia
bawa untuk makanan pengganjal perut ketika lapar.
Setelah
mengambil beberapa photo di beberapa ruangan, kami berdua mencoba menjelajahi
ruangan yang lainya. Akhirnya kami mendapati ruang yang luas dan pantas untuk
Istirahat karena kami merasa kelelahan kami begitu ingin beristirahat. Antara Aku dan Arbi`in mencari tempat yang
terpisah jauh. Dan kami mencoba istirahat disitu. Baru sejenak mau terlelap
teryata seseorang bertubuh besar memegang pundak saya dan membangunkan dengan
sangat sopan.
“Mohon maaf mas, tempat ini
mau di tutup, silakan mas keluar dari sini”
“Oh ya Bapak, mohon maaf ,
kami baru sampai disini mau istirahat apakah diperkenankan?”
“Maaf mas. Disini tidak
boleh untuk istirahat, mas silakan bisa menyewa hotel di sekitar sini, sekarang
mau saya kunci ruangan ini”
“Baiklah bapak, terima kasih
telah memberi tahu saya”
“Sama-sama mas” Jawab bapak
Satpam dengan sopan, sungguh pemandangan langka melihat ada satpam sesopan itu.
Aku
langsung memanggil Arbi`in yang barangkali waktu itu sudah terlelap, dia
menempati ruangan yang sedikit jauh dari tempat ku dan berhijab, jadi aku
panggil dia dari jarak yang lumayan jauh
Kami
berdua bergegas mencari alternative ruangan buat kami tidur sementara sambil
menunggu pagi, karena agenda memang hari Minggu 18 Agustus 2013, Saat itu masih Sabtu 17 Agustus 2013 pukul 23.30 WIB.
Kami berdua berjalan dengan
badan yang lelah dan sedikit mengantuk, ada hal yang sebenarnya aku tidak tega,
yaitu melihat Arbi`in yang memang tampak kelahan dan masih ngantuk, barangkali
ketika aku bangun kan tadi dengan cara memanggil namanya ternyata telah mengganggu
dia saat menjelang mimpi dalam tidurnya, benar-benar merasa bersalah.
Kami
mencoba mencari alternatif ruangan yang tidak di ketahui oleh orang lain karena
khawatir nanti malah disuruh keluar.
Arbi`in
mencari solusi yaitu dengan cara mencari mushola di sekitar gdenung Jakarta Convention Centre (JCC), akhirnya kami mencoba keluar
dari Gedung JCC tersebut bermaksud mencari mushola untuk istirahat disana.
Di
luar kami tidak menemukan mushola satupun, kami melihat di sebelah sisi-sisi
gedung JCC tidak ada tempat yang pas dengan uang saku kami untuk menginap.
Akhirnya kami melihat Laki-laki bertubuh besar berwarna gelap dan berwjah sangar yang sedang berdiri berjaga - berjaga dan aku mencoba
bertanya.
“Assalam wr wb. Permisi
bapak mau numpang Tanya, tempat penginapan disekitar sini ada apa tidak,
bapak?”
“Ada mas, paling hotel
disekitar sini mas ” (ga jawab salam, tapi ga papa deh barang kali ga seiman)
“Berapa pak kalau boleh tahu
untuk satu malamnya” Tanyaku penasaran.
“Paling sekitar Rp.1.500.000
mas, ada yang murah satu malam harga Rp.900.000”
“Terima kasih bapak untuk
informasinya.”
“Sama-sama, mas”
Malam itu, kami merasa begitu lusuh, rasa kantuk dan lelah mulai bergelayut. 1
hal yang aku merasa tidak tega adalah kami menjalani hal yang sangat pahit, di
sana kami tidak mendapatkan tempat untuk istirahat, padahal kami sangat lelah
setelah menempuh perjalanan dari Purwokerto ke Jakrta hingga berada di Gedung
JCC. Seandainya di gedung JCC tidak di suruh keluar pasti akan istirahat
disana. Ingin mencoba tidur di luar tapi aku tidak akan tega melibatkan Arbi`in
karena dia perempuan. Akhirnya aku menyarankan mencoba mencari tempat lain di
dalam gedung JCC. Dengan badan yang letih kami mencoba menuju Lift untuk ke
lantai atas. Waktu itu aku melihat hand phone dan waktu menunjukan pukul 00:35
WIB 18 Agustus 2013.
Kami
tiba di lantai dua. Di situ berjejer rapi kursi-kursi dan meja berbentuk
lingkaran, ada banyak sekali meja dan kursi yang berjejer. Kami memutuskan
untuk istirahat di tempat tersebut. Aku menaruh barang bawaan di kursi dan meja
dekat lift sementara Arbi`in berada di tempat yang lumayan jauh. Kami mencoba
beristirahat dan terpaksa tidur dengan posisi duduk, padahal saat itu kami
merasa sangat lelah.
Malam mulai larut dikana kiriku hanya ada taing besar, sedang di depanku persis ada ointu lift, Aku
merasakan ketidaknyamanan karena khawatir akan ada satpam yang mengetahui kami
tidur di lantai atas tersebut. Aku merasa sesekali resah ketika mendengar suara langkah
kaki menuju kearah kami. Di situ ada banyak sekali anak tangga. Sesekali aku dengar
bunyi suara langkah kaki melewati anak tangga disekitar tempat kami. Dari
lantai bawah aku mendengar suara Satpam dengan speaker mengumumkan bahwa semua
yang tidak berkepentingan silakan bisa keluar karena mau di matikan lampunya.
Aku terhenyak dan khawatir jika pernyataan tadi termasuk ditujukan pada kami
yang saat itu bisa saja menurut mereka dianggap tidak memiliki kepentingan. Benar-benar
tidak nyaman, gusar dan ingin sekali pindah saat itu juga. Mungkin itu perasaan yang di alami oleh gembel-gembel jlaan yang beratapkan lagit serta berlantaikan tanah sebgai tempat tinggalnya. Meski kami bukan gembel, kecemasanku, kegusaranku barangkali 1;1 dengan yang mereka alami ketika tidur di emper toko dan di usir oleh satpol PP.
Malam seolah hanyut kedalam sunyi, langkah kakai di luar dario para pegawai yang masih sibuk meyiapkan stand-stand benar-benar menggangguku. Namun
aku melihat dari jarak lumayan Jauh, Arbi`in tampak sudah nyenyak sekali.
Sementara aku berada dalam kondisi gelisah dan khawatir ketahuan berada di
lantai atas dan disuruh keluar oleh bapak satpam. Perasaan itu terus membayang-membayang berkali kali. Waktu itu aku mengeluarkan
MP3 Player dan mencoba menenangkan diri dengan music namun tidak berhasil.
Akhirnya aku buka buku diari dan aku menulis semua yang telah terjadi tentang kepahitan-kepahitan yang aku yakini akan menjadi manisnya pengalaman selama
satu hari di buku diari,tercinta. aku khusyu menulis berlembar-lembar sampai aku lelah dan tertidur
pulas. tak sadarkan diri.
****************^^^^^^^****************
Aku
terjaga dari tidur dan melihat langsung melihat di layar handphone, disitu tertera Minggu 18 agustus
2013 Pukul 04:50 WiB, Aku melihat Arbi`in yang baru saja terbangun. Arbi`in
mengajak aku mencari toilet dan mushola untuk sholat subuh karena kebetulan dia
berhalangan. Kami menuju lift dan mencari keberadaan mushola yang waktu itu
belum kami temukan. Kami bertanya pada orang disitu dan kami mendapatkan
informasi kalau ternyata musholanya ada di lantai bawah.
Setelah
sholat subuh kami masing masing mempersiapkan diri. Ketika hendak membuka
ternyata hal yang tidak di Inginkan terjadi
yaitu besi ressleting koper ku patah
dan tidak bisa digunakan untk menutup koper tersebut. Kami akhirnya memutuskan
untk menitipkan ketempat penitipan barang.
****************^^^^^^^****************
Setelah
selasai sholat dhuha. Kami langsung mencari tempat untuk menitipkan koperku
yang rusak. Kami menitipkan koper tersebut di tempat pendaftaran delegasi
Diaspora. Kami berjalan menuju tempat pendaftaran, saat aku berjalan aku sempat
tabrakan dengan laki-laki paruh baya yang sedang buru-buru. Beliau meminta maaf
pada aku Ternyata belakangan tahu kalau beliau adalah bapak Dino Pati Djalal
duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat. Kami langsung mendaftarkan diri
dengan menunjukan Tiket yang telah kami siapkan. Dan kami mendapatkan Buku Note
dan Goody Bag cantik
|
Usai Registrasi ulang, sesaat setelah tabrakan dengan bapak Dino Pati Djalal |
0 komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca tulisan di atas, silakan berikan tanggapan/ komentar/ inspirasimu di bawah sini :