Pages

Yakinlah dengan mimpi-mimpi kita, Percayalah dengan apa yang kita yakini.

Ketika orang-orang di sekitar kita mulai meragukan kemampuan kita, maka satu-satu nya cara untuk tetap bertahan adalah, kita harus yakin dengan diri kita. Orang lain tidak akan percaya dengan kita selama kita sendiri meragukan diri kita sendiri.

Ibu Sri Mulyani (Managing Director of World Bank) : Kiprah kita tak boleh berhenti sebatas wilayah.

Mengingat diri kita adalah manusia dengan kapasitas berfikir yang lebih sempurna, kita memiliki tanggung jawab peran untuk melakukan hal terbaik, tidak hanya di tataran lingkungan sendiri (jago kandang ) melainkan juga berani di luar kandang.

Bapak Roy Suryo (Menpora RI) : Energi pemuda itu seperti tidak pernah ada habisnya.

Menjadi Pemuda adalah sebuah takdir sekaligus pilihan, yang meyakini pilihan adalah ketika kita mau menggunakan energi pemuda itu untuk memberikan manfaat kepada linkungan sekitarnya. Hidup Pemuda Indonesia.

Anies Baswedan Menteri Pendidikan: Pendidikan adalah eskalator peradaban.

Memilih untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya demi terciptanya peradaban yang lebih baik bukanlah impian yang salah.

Bapak Dahlan Iskan (Menteri BUMN RI) : Selalu lakukan hal dengan kesungguhan dan ketekunan.

Jika kita merasa pantas memiliki mimpi, maka yakinilah kalau kita pantas meraihny.

Bapak Ruhut Sitompul : Dialog kebersamaan itu tercipta.

Hanya menyapa dan memanggil nama, semuanya terasa akrab, meski terbiasa dibatasi layar kaca.

Saya percaya senyum telah merekat kuat.

Kebersamaan akan selalu menciptakan kesempatan untuk tersenyum lebih hangat, tertawa lebih renyah dan kedekatan persahabatan yang terikat keuat.

Bapak Renald Kasali Tokoh Perubahan Nasional.

Kita jangan kalah seperti bunglon,;Jangan Takut Melakukan Perubahan!..” “Change is the only evidence of life”.

Ahmad Fuadi (Penulis Novel Best Seller Trilogi Negeri 5 Menara): Man Jadda Wa jadda

Jika mau mendapatkan apa yang kita inginkan, pertama adalah usaha, kedua usaha, ketiga juga usaha selanjutnya berdoa dan tawakal kepada tuhan.

Fourm Indonesia Muda (FIM): Kita akan selalu memilih.

Keputusan besar diambil ketika kita tahu bahwa kita pantas tumbuh menjadi pribadi yang mau terus tumbuh dan belajar berjiwa besar.

PPAN : Terpilih untuk memilih

Dalam hidup kita selalu mendapatkan kesempatan untuk memilih, pun juga terpilih untuk memilih.

Keberagaman membuat kita semakin kaya

Keberadaan diri kita di muka bumi ini adalah bagian kecil dari sebuah kekuatan besar yang ada di dunia, bisa benar - benar terwujud jika kita mampu menyatukan setiap bagian-bagian kecil tersebut menjadi satu.

Pemuda harus terus bergerak untuk maju.

Menjadi Pemuda adalah sebuah takdir sekaligus pilihan, yang meyakini pilihan adalah ketika kita mau menggunakan energi pemuda itu untuk memberikan manfaat kepada linkungan sekitarnya.

Menggali nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Sebagai pemuda yang mencintai tanah airnya, menggalih pemahaman tentang budaya adalah harga mati

GALA DINNER Bersama Jajaran Menteri Kabinet Indonesia Bersatu.

Kepercayaan, kepantasan akan menjadi hadiah bagi mereka yang mengusahakannya.

Membuka senyum adalah anugrah terindah.

Senyum itu pertanda bahwa ada kehangatan dalam bentuk kebahagiaan yang ditularkan.

Iwan Sunito (Miliarder Indonesia di Autralia) : Kata beliau "Ndi, kamu pasti bisa lebih sukses ".

Energi yang di tularkan orang besar memiliki kekuatan besar yang sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang.

On Air : Sekali di udara tetap di udara".

Demikan pesan-pesan kebaikan telah terhaturkan, bukan untuk menggurui hanya saling menasehati

Hasrat untuk peduli itu adalah panggilan jiwa.

Menjadi Pemuda adalah sebuah takdir sekaligus pilihan, yang meyakini pilihan adalah ketika kita mau menggunakan energi pemuda itu untuk memberikan manfaat kepada linkungan sekitarnya. Hidup Pemuda Indonesia.

Teladan diri adalah ketika kita mencoba berpenampilan terbaik.

Respect atau menghormati adalah bukan sekedar kita memberi apresiasi kepada orang lain, namun bagaimana kita menghormati diri sendiri terlebih dahulu.

Kekuatan terbesar itu adalah ketika kita mau bersinergi.

Potensi besar itu akan menjadi lebih besar lagi apabila kita mau bersinergi satu sama lain. Tiada hal remeh jika kita mau bersinergi.

Lebarkan sayap silaturahmi, temukan hikmah yang terserak

Ciptakan nilai tambah dimanapun kita berada. Bangunlah jaringan pertemanan sebanyak mungkin.

Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono : Untuk sampai bertemu denganya haruslah memantaskan diri.

Memantaskan diri adalah sebuah persiapan untuk menghadapi kenyataan dari meraih mimpi. Percayalah, persiapan membuat segala hal terasa lebih percaya diri untuk di hadapi.

Satu langkah menuju perbaikan adalah kemajuan.

Lingkungan positif memberi peranan besar dalam pembentukan siapa diri kita. Menjadi baik dan buruk di tentukan oleh lingkungan sekitar kita. Berani maju?? Carilah lingkungan positif.

Kebersamaan selalu memperkaya segala hal.

Hanya orang-orang dekat yang menganggap diri kita adalah bagian hidupnya--- yang mau merasakan susah dan senang bersama.

Kekeluargaan itu penting karena disitulah cinta bersemayam dan berkembang.

Saling mengisi, saling menggenapi adalah alasan adanya kebersamaan. Disitulah kita seharusnya tumbuh bersama.

Sebuah makna TEAM (Together Everyone Achieve More)

Dua tangan lebih baik dari satu tangan, tiga tangan lebih baik dari 2 tangan, semakin kita mampu berkolaborasi dalam sebuah team. Memberikan kita kesempatan berkembang lebih cepat.

Kemenangan itu bukan milik aku atau kamu tetapi milik kita.

Keberhasilan itu di ukur bukan dari hasil yang di raih saja melainkan dari pelajaran- pelajaran berharga yang di peroleh selama proses percapaianya.

Bapak Elmir Amin pendiri Forum Indonesia Muda (FIM) : Habiskan Jatah Gagalmu

Kegagalan ada batasnya, begitulah kata beliau. Jika ingin tau bagaiamana menentukan masa depan suatu bangsa bisa di lihat dari bagaimana pemudanya sekarang.

Memiliki cita-cita mulia salah satunya adalah menjadi bermanfaat.

Pertanyaan yang susah di jawab oleh diri kita adalah “Apa yang telah kita berikan kepada sesama?”

Yakinlah dengan mimpi-mimpi kita, Percayalah dengan apa yang kita yakini.

Ketika orang-orang di sekitar kita mulai meragukan kemampuan kita, maka satu-satu nya cara untuk tetap bertahan adalah, kita harus yakin dengan diri kita. Orang lain tidak akan percaya dengan kita selama kita sendiri meragukan diri kita sendiri.

Selasa, 24 Februari 2015

Memori Untuk Nenek tercinta ( yang mengasuhku Sejak Kecil )

Di catat pada : Jum’at, 5 Desember 2014 Pukul 18:33 WIB di Wisma Albanna, Purwokerto, Jawa Tengah  ( Beberapa hari setelah diary ini dibuat, Neneku menghembuskan nafas yang terakhirnya pada tanggal Senin, 8 Desember 2015 Pukul 09:43 WIB. Semoga Allah mengampuni segala dosa beliau menempatkan beliau disisi-Nya, Aamiin )


Seumpama petir yang menyambar tak pernah peduli siapapun dihadapannya. Baik kaya, miskin, tua atau pun muda, begitu juga ketika sakit hadir, ia pasrah saja pada sang maha pemberi hidup; hendak kemana ia akan di tujukan.

Berita bahwa neneku masuk ke rumah sakit tadi sore membuat aku kalap merasa sedih teramat sangat. Telingaku bagaikan tersengat sesuatu yang rasanya terasa nyeri ke ulu hati. Mungkin tak berlebihan jika aku merasa sedih yang mendalam atas keadaan ini, di karenakan sebuah peranan yang ada bukanlah peranan pada umumnya.

Photo Aku di saat oernikahan adik perempuan sepupu aku. Tampak di situ wajah Neneku yang sangat aku sayangi yang kini telah semakin menua.

Dan aku baru sadar bahwa semenjak aku belia ditinggal alm Ibu, hanya itu photo satu-satunya aku bersama neneku.


Nenek, sebuah kata yang secara garis keturunan memang beliau adalah seorang yang wajar di sebut sebagai orang tua dari orang tua kita, namun secara benih kasih sayang yang telah beliau tumbuhkan di dalam jiwa maka beliau hampir menyerupai kasih sayang seorang peri yang lazim disebut IBU, beliaulah yang telah membesarkan, merawat dan mendidiku sejak kecil. Hingga kini aku tumbuh menjadi besar.

Aku gusar segala ragam di timpa rasa cemas yang bertubi-tubi menyerbuku. Cemas ini melahirkan rasa gamang yang perlahan namun pasti benar-benar membuatku merasa trenyuh. Pasalnya neneku saat ini telah renta. Usianya sudah 85 tahunan lebih. Di tambah lagi rasa cemas itu beranak pinak melahirkan kesedihan-kesedihan yang sulit untuk aku tanggulagi.

Kawan, sepenggal demi sepenggal kenanganku berkelebat, menampilkan bayangan memoir yang hampir menyerupai layar bioskop, di situ aku masih ingat dan tergambar dengan begitu jelas betapa kasih sayang nya tak akan pernah lekang, tak akan pernah habis seperti air di lautan dan tak akan pernah tergantikan oleh apapun.

Dulu ketika  ibu kandungku meninggal dunia (usia 1tahun 4 bulan), maka sepenuhnya hidupku menjadi tanggungan keluarga kakek dan neneku. Ke dua kakak kandungku di asuh oleh ayahku. Sementara aku di asuh oleh kakek dan nenek atas permintaan nenek. Namun bukan berarti ayahku tidak merawatku, peran ayahku tak pernah berkurang sedikitpun karena walaupun aku ikut di rumah nenek namun ayahku juga selalu rajin menjenguk serta membiayai hidupku. Semua karena keadaanku masih bayi saat itu maka peran wanita lebih di butuhkan, maka neneku itulah aktris terpilih dan tebaik sebagai pemeran kasih sayang yang menggantikan ibuku.

Masih ingat dalam benak ini, ketika geliat tumbuh kembangku secara perlahan namun pasti berangsur naik, usia yang juga semakin ranum bertambah secara perlahan. Waktu itu ketika aku masih menjadi balita. Kenangan-kenangan berjejal mengisi neuron-neuronku. Tak akan pernah bisa aku lupakan ketika masa kecil itu (sekitar tahun 1995 yang mana listrik belum masuk di desaku , listrik baru masuk desaku kisaran tahun 1997 ),Kala itu aku selalu di ajak ke sawah karena kalau di tinggal di rumah tidak ada yang mau momong aku (baca; menjaga/mengasuh) sehingga ketika saat itu musim panen padi aku selalu di ajak ikut ke sawah oleh kakek dan neneku. Jarak dari rumah ke sawah waktu itu sejauh 2 kilo meter lebih jika di tempuh dengan jalankaki. Saat itu aku di gendong di punggung neneku. Merasakan aliran hangat kasih sayang beliau yang merembas lewat punggungnya yang kini sekarang semakin membungkuk karena sudah renta.

Aku menulis ini dengan rupa-rupaemosi,kadang haru, lucu dan kadang juga sedih hingga air mata ini berembun dansembab.

Ketika aku di gendong neneku itu, aku diajaknya menyusuri jalan kecil di pematang sawah yang mana cuma bisa di lewati oleh satu orang saja.  Keadaanya becek, licin,berkelok-kelok dan berlumpur maklum karena demikian keadaan sawah pada umumnya. Waktu itu kakek membawa Gepyokan (sejenis alat perontok padi yang terbuat darikayu yang berat) sedangkan nenek tak kalah luar biasanya, ia menggendong aku degan mengikatkan aku dengan kain jarit dibadannya ( karena waktu tahun 1995 itu neneku fisiknya masih kuat) sedangkan tangan kanan membawa sejenis timba berisi bekal makanan untuk seharian di sawah dan tangan kirinya membawa tas plastik khusus untuk urusan sawah yang berisi arit dan ani-ani (sejenis pisau tradisional untuk memetik tanaman padi yangmasih tersisa). Kami berjalan menyusuri sawah demi sawah melalui pematang yang kadang licin, berkelok  dan becek.

Semua terkesan begitu hangat kasih sayang mereka. Ada hal yang paling heroik yang masih aku ingat adalah ketika nenek dan kakek menyebrang sungai langsung karena saat itu plawotan (jembatan kayu penghubung) di sungai itu patah. Kakek dan neneku terpaksa mau tidak mau harus menyebrang sungai yang dalam permukaan air nya sampai seleher neneku. Aku pundi angkat nenek dengan kedua tangannya seperti pemain sepak bola yang akan melempar bola out sambil di bantu oleh kakek.

Betapa saat penyebrangan itu dilakukan dengan sangat hati-hati, Dengan akselerasi dan presisi yang tepat. Salah langkah sedikit saja atau terpeleset maka alamat aku bisa tercemplung jatuh dan hanyut di sungai yang airnya keruh coklat dan deras arusnya itu. Bahkan di tahun 1995 itu sungai itu masih ramai terdengar isu ada buaya nya. Alhamdulilah selamat.

Setelah sampai di sawah, aku di taruh lebih tepatnya didudukan di pematang sawah yang tidak terpapar matahari langsung biar tidak kepanasan dan di dudukan dengan di bagian tanahnya di alasi kain jarit. Sementara kakek dan neneku bekerja merontokan padi yang sudah di babat (sudah dipotong untuk di rontokan). Kala itu aku jujur masih telanjang bulat tidak memakai pakaian.

Jadi cukup di tutup kain saja begitulah anak kampung pada umumnya di tempatku pada zaman itu. Kawan, Aku sudah sering di bawa ke sawah setiap kali kakek dan neneku pergi ke sawah. Orang yang kurang suka akan mengatai kakek dan neneku terlalu sayang sama “Anak Emas” nya. Anak emas yang di maksud itu adalah aku. Tidak lebih tidak kurang. 

Ketika aku menunggu kakek dan neneku selesai merontokan padi, maka it`s time for me to play a game, dan aku siap bermain sepuasnya. Bermain apapun di sekitar tempat aku duduk di pematang sawah.

Dulu pernah kakeku mengkapkan aku katak sawah yang besar (di kampungku di sebut Bangkong) yang di ikat dengan tali dan di kasihkan ke aku. Aku bisa senang sekali saa itu. Namun hari itu aku bermain permaninan yang lain. Dan karena polosnya aku kala itu, aku kesengsem dengan gundukan tanah yang kering sendirian di saat yang lainnya basah dan becek namun gundukan itu kering sendirian sehigga menarik perhatianku lagi pula gundukannya juga  seperti berbentuk pasir, Aku tertawa keasyikan saat melihat ada banyak binatang kecil berwarna merah yang imut-imut sedang berlalu lalang keluar masuk di gundukan tanah itu.

Aku pun mendekati gundukan tanah itu dan dengan perasaan bahagia tidak terperi aku pun menyetuh dan memukul gundukan  itu dengan telapak tangan dengan polosnya berulang-ulang begitu inocent hingga “Bruk”, Gundukan itu hancur amblas, remuk porak-poranda  dan binatang merah imut-imut yang aku lihat  itu keluar semakin banyak, semakin banyak danmemenuhi sekitar gundukan tanah di sekitarnya. Kemudian merayap menjalari tubuhku, mula-mula dari tangannku yang ketika itu  masih menyentuh gundukan tanah, kemudian sebagian lagi merayap melalui kaki dan dalam hitungan detik secara simulatan kulitku merasakan nyeri, sakit, perih dan panas yang teramat sangat. Aku pun menjerit menangis sejadi-jadinya, badanku di kepung semut api yang ketika menggigit rasanya bikin terbakar. Malang sekali.

Kawan, Aku memang  merekam semua yang aku lihat dan yang aku dengar kala itu, semua ingatan begitu kuat membekas. Entahlah, semua seperti bergerak dalam keadaan aku merekamnya. Mata ini dan ingatan ini seakan tidak lupa dengan adegan yang penuh memori  itu. Begitu penyayangnya neneku itu, begitu juga kakek. Namun aku belum bisa membalas kasih sayangnya hingga kini. Mungkin tak akan terbalaskan kasih sayangnya itu. Karena terlalu besarnya.

Tidak hanya itu. Kenangan demi kenangan juga mengisi sesak di benak. Saat aku masih balita. Aku yang terkenal begitu bandel dan nakal sering kali membuat ulah di mushala di desaku. Mushala Baitul Makmur namanya, Aku beruntung dan bahagia karena sudah sejak kecil  di ajari sholat oleh neneku. Sehingga ketika tiba waktu sholat aku selalu di ajak ke mushala untuk sholat berjamaah Maghrib dan Isya. Seperti biasa aku selalu di gendongnya.

Aku anak cowo, namun aku lebih suka bersama dengan nenek, berada di sampingnya setiap saat sehingga waktu sholatpun aku selalu berada di dekat neneku di ruang jamaah perempuan. Tak urung keadaan ini membuat aku merasa asing sendirian karena di jamaah perempuan aku mahluk bocah berjenis kelamin laki-laki ingusan sendirian.

Dan otomatis yang paling nakal dan bandel. Ketika yang lain sholat aku akan dengan jahil mengganggu para jamaah perempuan yang sedang sholat. Dan karena aku masih anak kecil, aku sering mendapatkan kompensasi berupa permaafan dan permakluman dari para jamaah perempuan.

Kenakalanku belum tertandingi kala itu, kadang suka menarik sajadah, menarik mukenah atau usil ganggu berlari-lari di sela-sela shaf perempuan. Kadang suka ikut menjawab “aamiin” dengan suara berteriak panjang dan nyeleneh. Kontan saja ada yang kaget mendengar suara anak kecil laki-laki di jamaah perempuan. Hingga pernah iseng duduk tepat di depan shaf Jemaah perempuan sehingga ketika perempuan tersebut akan ruku dan sujud, kebingungan karena tempat untuk sujud sudah di occupy  oleh ku.

Hingga puncaknya aku di tegur oleh tokoh ibu-ibu  berpengaruh di desaku lantaran kenakalanku yang kelewat batas itu. Sehari setelah itu, aku pun tak jera atau reda kenakalanya, namun gantian yang aku ganggu neneku sendiri. Yaitu ketika sujud aku selalu naik di atas punggungnya. Begitu indah kenangan itu. Masih terendam hangat di ingatan ini. Aku sangat sayang neneku.

Moment itu seperti rajutan, yang dipintal dari benang-benang pengalaman hidup. Dan benang-benang itupun berwarna-warni. Seperti pengalaman itu sendiri.

Suatu keadaan memilukan terjadi yaitu ketika aku terpengaruh pergaulan teman-teman saat aku kelas 4 SD yang saat itu kebanyaka nteman-temanku tidak mau berangkat sekolah. Tidak cuma itu aku juga sempat kabur dari rumah, istilahnya minggat karena bosan sekolah. Maka hal itu menjadi pemicu amarah buat  kakeku yang super disiplin (maklum beliau pernah jadi mandor penjaga tebu saat pabrik Gula Banjaratma beroperasi sejak masa Belanda) akhirnya aku di marahi habis-habisan, Kakeku yang sudah merasa kecewa telah mengasuh aku namun tidak mau sekolahl angsung memarahiku.

Tidak Cuma itu, aku pun di cambuk dengan kayu dari pohon cabe yang telah kering sehingga rasanya perih melirih. Aku tidak pernah menyesal dengan cara kakeku mendidik aku seperti itu, karena itulah bentuk perhatian kasih sayang kakeku saat itu.

Namun dalam keadaan yang sama neneku berperan sebaliknya, beliau kadang rela bela-belain bertengkar dengan kakek yang super disiplin itu demi aku, . Beliau (neneku) teramat memanjakanku, manja disini dalam artian membela aku karena mungkin kasihan melihat aku di cambuk pake kayu cabe kering ketika tidak mau berangkat ke sekolah. Aku yang kala itu sakit meredam lara perih sering di bujuk oleh nenek ku untuk diam berhenti dari menangis dan setelah itu, neneku memandikanku dan menyuruhaku sarapan.

Aku mengambil sebuah pelajaran bahwa dalam hal ini, peranan sisi naluri feminim dan naluri maskulin (dalam hal ini pria dan wanita) memang harus seimbang ketika sedang mendidik anak. ( Dalam halini cucu lebih tepatnya, cucu yang sudah seperti anak sendiri.) Peranan kakeku  yang super tegas dan nenek yang lemah lembut.

Pengaruh lingkungan begitu besar, saat itu pengaruh teman-teman yang sering bolos sedikit banyak telah meracuni ku. Saatitu aku merasa berontak pada aturan kakek ku yang menyuruh aku sekolah, akumerasa tidak puas yang akhirnya membuat aku kabur dari rumah sebagai bentukberontak, kala itu aku tidak tau apa-apa tentang pentingnya sekolah sehinggaaku memilih untuk bolos dan kalaupun berangkat aku memilih ikut bersamateman-teman tidak masuk ke kelas dan lebih memilih bermain di luar. Mandi disungai saat jam pelajaran berlangsung setelah itu tidak mau pulang ke rumah. Sungguh liar.

Kabar kalau aku tidak masuk sekolah itusampai di telinga kakeku. Maka dikarenaakn rasa marah yang memuncak dan  karena tau aku jarang masuk sekolah, kakekkuterus mencari aku yang beberapa hari tidak mau pulang, aku di jemput paksa pada malam hari karena tau persembunyiannku yang tidak lain di rumah teman sendiri.

Ketika tau aku ada di situ aku langsung di labrak ­dengan kayu pohon cabe yang sudah kering. Sambil meronta aku menangis kesakitan dan di ajak pulang menuju ke rumah, dan  sesampainya di rumah aku pun di marahi habis-habisan. Neneku selalu menjadi pihak yang selalu membela ku. tetapi membela disini maksudnya membela dalam bentuk melindungi. (Dalam hal ini,mungkin tindakan kakeku terkesan kejam, tapi justru saat ini aku bersyukur dan sangat berterima kasih sekali kapada kakek karena telah membesarkan aku dalam didikan bahwa pendidikan itu sangat penting, makanya beliau selalu tegas dalam hal pendidikan hingga aku bisa kuliah dan soal kayu pohon cabe ; di daerah ku memang penghasil tanaman bawang merah dan cabe sehingga wajar kalau banyak pohon cabe yang di jadikan kayu untuk memasak dengan tungku tradisional.)

Tepat satu hari sebelum itu, neneku telah mencari aku berhari-hari namun tidak menemukan tempat persembunyianku, pernah saat itu di malam hari sekitar pukul 11 malam, aku sedang bersembunyi karena sedang di cari neneku untuk pulang.

Aku bersembunyi di sebelah rumah yang gelap tidak ada penerangan, dari bilik rumah itu, aku melihat neneku yang sudah bolak-balik jalan kaki mencari-cari aku, bertanya kesana kemari, sesekali bertanya kepada warga di sekitar yang sedang bermain catur dan krambol di saung ikhwal keberadaanku. Namun seperti yang sudah aku tebak, nihil --semua menjawab tidak melihatku.

Kawan, Perasaanku kecut sekali saat melihat perjuangan neneku ketika mencari aku di malam hari yang dingin itu, Aku gamangkala itu, namun ego ku begitu besar. di satu sisi aku kekeh tidak mau pulang karena sedang marah dengan kakek, namun di satu sisi yang lain neneku sudah tampak lelah mencariku. Bayangkan hati siapa tidak gerimis melihat seorang nenek yang begitu penyayangnya bela-belain mencari cucunya yang kabur beberapa hari gara-gara tidak mau sekolah. Jujur, sebenarnya kala itu aku protes dengan cara mendidik kakeku yang keras, namun baru sadar kalau aku yang salah. Anak-anak di desaku pada generasi jamanku begitu susah di atur, kalau orang tua kalah dan menyerah dalam mendidik anak maka biasanya anaknya akan putus sekolah  karena orang tua tersebut menyerah ketika anak-anak mereka minta keluar sekolah.

Anak-anak memang lebih suka bermain. Namun kakeku tau porsi untuk hal itu dan bagaimana pembagiannya. Beruntung aku tidak jadi keluar sekolah SD semua juga karena kakekku yang begitu peduli tentang pendidikan. Meskipun keras kelihatannya.

Kakek dan Nenek ku adalah hartaku seutuhnya. Mereka memberiku begitu banyak hal yang tak pernah aku memintanya.Bahkan air matanya tak segan menangis ketika tau aku sakit di dalam perantauan ini, begitu kuat pertalian batin ini sehingga segalanya seolah seperti manunggal. Seperti telepati, gema rindunya bisa sanggup aku dengar dari sini, di perantauan. Apalagi ketika beberapa minggu yang lalu nomerku susah dihubungi.

Beliau tak tak segan memaksakan diri untuk berkunjung menjenguku diperantauan, beruntung aku langsung meneleponnya. Karena kalau tidak kasihan jauh -jauh kesini. Ketika aku telephone  aku merasakan kata-katanya sudah terlalu lalu lama tersumbat didalam genangan rindu yang teralalu berat.

Sungguh begitu banyak hal yang tak bisa aku lupakan dengan neneku. Seperti larutan yang telah tercampur kedalam air, maka begitulah kenanganku dan kasih sayangnya yang tidak akan pernah terpisahkan. Selamanya akan larut, larut menjadi satu. Satu cinta dan kasih sayang sejati untuknya.
Barusan aku dengar neneku sakit, aku sedih mendengarnya, besok aku akan pulang menjenguknya langsung di rumah sakit. Sudah beberapa kali aku bermimpi bertemu dengan beliau. Kemarin 3 hari yang lalu aku meneleponnya katanya sehat. Namun sekarang sakit.

Beginilah hidup segalanya penuh dengan kerentanan, segalanya penuh dengan keadaan yang sangat mudah untuk lemah,neneku yang ku cintai , sakit mu begitu aku rasakan karena aku tak ingin engkau sakit  lagi, , melihat gurat wajahnya yang mulai tampak berkerut-kerut , belum lagi tubuhnya terlihat begitu ringkih, memilukan melihat kedipan matanya yang terlihat lemah, aku tak mau menyaksikan ini terjadi pada neneku,  Aku sungguh menyayanginya namun aku terlalu munafik untuk berkata seperti di sinetron –sinetron yang mana dengan bantuan sutradara kalimat ini akan keluar dengan begitumudah “Nek,andi sangat menyayangi nenek, nenek cepat sembuh ya, nenek cepat pulih kembali ”.

Aku ingin neneku segera sembuh semoga Allah memberikan kebaikan kepada nenek kebaikan berupa kesembuhan dan kebaikandalam hal kesehatan.

(Setelah beberapa hari setelah diary ini dibuat, Neneku menghembuskan nafas yang terakhirnya pada tanggal Senin, 8 Desember 2015 Pukul 09:43 WIB. Semoga Allah mengampuni segala dosa beliau menempatkan beliau disisi-Nya, Aamiin )

Silaturahmi Via Twitter : @andiyantosmile
Fan Page  Sang Pembelajar : http://facebook.com/andiyantosangpembelajar




Andi Yanto
Founder / CEO for UNGGUL MANDIRI FOUNDATION    (Insyaa Allah masih sedang merintis)


“Semangat menulis satu hari minimal satu judul tulisan di tahun 2015”

0 komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca tulisan di atas, silakan berikan tanggapan/ komentar/ inspirasimu di bawah sini :

Baca juga tulisan di bawah ini :