Semua
berawal dari kesungguhan dan keyakinan , Ketika yang lain ragu dengan sebuah
keputusanya, maka kami mengambilnya sebagai moment untuk meraihnya. Semua dalam
rangka untuk memantaskan diri dalam meraih apa yang kami yakini
Bagian 1
|
Presiden SBY saat membuka Acara The 2nd Congress of Indonesian Diaspora |
Di
Pagi yang masih sepi itu, Aku masih ingat di ufuk timur mentari telah bersahaja
dengan ikhlas untuk sebuah persembahan besar kepada kehidupan dengan sinarnya. Sabtu
17 Agustus 2013, adalah hari kemerdekaan bagi bangsa Indonesia, semarak ulang
tahun untuk bangsaku yang dirayakan penuh dengan hikmat oleh seluruh warga negara di
Indonesia. Begitupun Rasa nasionalisme ku pun turut aku sertakan dengan hikmat merayaknya ketika dinding kaca dari dalam bus,
telah membatasi antara aku dengan ruang dunia luar yang begitu
hidup. Sementara, aku terpaku di
dalam bus yang membawaku bertolak dari terminal bus Purwokerto menuju ke
terminal Bus Pulo Gadung Jakarta.
Dalam
diariku tercatat Sabtu 17 Agutus 2013. Pagi pukul 06:00 WIB aku tengah disibukan
membawa persiapan untuk keperluan sebuah Event Akbar di Jakarta. Ia bernama
2nd Congress of Indonesian Diaspora (CID). Aku menganggapnya acara antah berantah atau absurd
karena belum terlalu jelas dengan defini acara acara itersebut Waktu itu pendaftaran ke ikut
sertaan diadakan melalui jalur online yang sumber infonya aku dapatkan dari
temanku : Pandu Pambudi Luhur mahasiswa teknik informatika Universitas Negeri
Jember. Dari beberapa informasi yang aku dapatkan di website, acara itu adalah
acara pertemuan besar untuk seluruh Diaspora (Perantau) Warga Negara Indonesia
(WNI) yang ada di luar negeri.
|
Cocard yang aku pakai |
Diaspora
Indonesia meliputi WNI yang bekerja di luar negeri, orang Indonesia keturunan
atau yang bukan lagi warga negara Indonesia dan orang-orang yang mencintai
Indonesia walaupun bukan WNI dan tidak punya keturunan Indonesia. Mereka
berasal dari berbagai macam profesi mulai dari pengusaha, peneliti, mahasiswa,
pekerja profesional hingga Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Kalau
boleh jujur aku membayangkanya seperti
acara pertemuan orang-orang besar di sebuah gedung yang luar biasamegah, akan ada panggung yang besar dengan seluruh perlengkapan canggih dan efek lampu sorot yang memukau, terus
orang macam aku ini Cuma menjadi perusuh kelancaran acara karena terlalu
padat di isi oleh para pejabat. Dan peran pemuda seperti aku tidak di butuhkan. itulah imajinasiku waktu itu. Akupun terus mencoba membayangkanya karena jujur saja mneurut jawal acara yang aku baca disini tercantum daftar nama-nama orang penting yang bakalan hadir. dan itu membuat aku penasaran dan bertanya-tanya, apakah aku bisa ketemu mereka secara langsung? pertanyaan itu berkecamuk di fikiranku. Dan ternyata fakta dilapangan tidak jauh berbeda dengan apa yang aku bayangkan
tetapi ternyata acara tersebut sungguh luar biasa. Benar-benar layak menjadi
ajang silaturahmi sekaligus bertukar fikiran dan menguatkan jaringan
pertemanan.
****************^^^^^^^****************
Di
Acara Congress of Indonesia Diaspora kami di beri kesempatan mengikuti berbagai
diskusi dan seminar diantaranya:
- PUBLIC
FORUM: “Pencak
Silat for the World”.
- PUBLIC FORUM: “Youth
Forum: Unleashing the Power of the Youth of the 21st Century”
- PLENARY: “DIASPORA
POWER: ITS RELEVANCE FOR INDONESIA”
- PUBLIC FORUM: “INDONESIA
SEBAGAI EMERGING POWER DUNIA: PELUANG DAN TANTANGAN”.
- PUBLIC FORUM:“BERSAING
DI PENTAS GLOBAL: “PERAN DIASPORA DALAM MENDUNIAKAN SENI BUDAYA
INDONESIA”.
- PUBLIC FORUM: “INDONESIA
2050: THE VIEW OF YOUNG INDONESIAN DIASPORAS”
- PUBLIC FORUM: ”MAU
BEKERJA, BERBISNIS ATAU BELAJAR DI LUAR NEGERI? NASEHAT DAN PELAJARAN DARI
DIASPORA”
- PLENARY : “INDONESIA’S
GLOBAL FOOTPRINTS IN THE WORLD COMMUNITY”
- PUBLIC FORUM:
“BUSINESS OPPORTUNITIES, INVESTMENT & NETWORKING: THE ROLE OF DIASPORA
ENTREPRENEURS”.
- PUBLIC FORUM:
“INOVASI-INOVASI DIASPORA INDONESIA DAN MANFAATNYA BAGI RI”
- PUBLIC FORUM:
“DEMOCRACY, GOOD GOVERNANCE,
PLURALISM”.
Dengan
tokoh – tokoh besar yang disiapkan diantaranya :
- Soesilo
Bambang Yudhoyono (Presiden Republik Indonesia)
- Bj
Habiebie (Mantan Presiden Republik Indonesia)
- Jusuf
Kalla (Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia)
- Marty
Natalegawa (Ministry of Foreign Affairs ()
- Hatta
Rajasa
- Dahlan
Iskan (Menteri BUMN)
- Roy Suryo (Menegpora)
- Dr. Sri Mulyani Indrawati (World Bank)
- Chairul Tanjung (Ketua KEN, CT Corp)
- Prof. Yohanes Surya (Surya Institute)
- Gatot M. Suwondo (Direktur Utama BNI)
- Indy Rahmawati (TVOne)
- Iwan Sunito (Australia)
- Dr. Dino Patti Djalal (Duta Besar RI untuk
Amerika Serikat)
- Merry Riana (Young Enterpreneur)
- Retno Marsudi (Duta Besar RI untuk
Belanda)
- Iwan Setyawan (penulis bestseller “9 Summers 10
Autumns”)
- Ahmad
Fuady (Penulis Best Seller “Negeri
5 Menara” “Ranah Tiga Warna” dan “Rantau Muara”)
- Mohamad Al Arief (Worldbank-USA)
- Sairiat Arifia (Afrika Selatan)
- Aidinal Alrashid (European Pencak Silat
Federation)
- Leonardo J. Stoute/Waleed (AS)
- Richard Anthony Subaran (AS)
- George de Groot (Belanda)
- Oki Musakti (Australia)
- Wieke Gur (Marketing Expert – Australia)
- Dr. Johansyah Lubis, M.Pd (Dekan Fak. Ilmu
Olahraga UNJ)
- Taufan E.N. Rotorasiko (Ketua KNPI)
- Raja Sapta Oktohari (Ketua Umum HIPMI)
- Achmad Adithya (IDN-Belanda)
- Auskar Surbakti (ABC TV Australia)
- Sehat Sutardja (AS)
- Prof. Iwan Jaya Azis (Cornell University)
- Prof. Takeshi Siraishi (National Graduate Institute
for Policy Studies, Japan)
- Karim Raslan (CEO KRA Group, Malaysia)
- John Riady (Alumni Columbia University)
- Dr. Mari Elka
Pangestu (Menparenkraf)
- Peter F. Gontha (First Media) –tbc
- Wona Sumantri (Silat Al Azhar-AS)
- Amalia Wiryono (kurator -Indonesian Arts) -tbc
- Moderator: Helmi Johannes (VoA)
- Donny Wira Yudha Kusuma (China)
- Pramudita Satria Palar (Jepang)
- Daya N. Wijaya (UK)
- Ridwansyah Yusuf (Belanda)
- Teuku Arcky Meraxa (AS)
- Alex Brian Ticoalu (AS)
- Ratih Maria Dhewi (Australia)
- Ariana Alisjahbana (World Resources Institute)
- Bima Arya Ph.D. (The Lead Institute)
- Johnny Harjantho (Smart Automobile – IDN
Singapura)
- Alyssa Soebandono (Alumni Monash University /
Artis)
- Datuk Wira Ir. Hj. Idris bin Hj. Harun
- Soewarto Moestadja (Menteri Dalam Negeri Suriname)
- Jesse Kuijper – (the Borneo Initiative, Belanda)
- Representative from South Africa
- Fify Manan (Formcase, The USA )
- Mahmudi Fukumoto (Keihin Co. Ltd , Japan)
- Tonny Sumartono (ICC Indonesia Co-op)
- Kartini Salsilaningsih (Pengusaha-Qatar)
- Hermawan Kartajaya (Markplus, inc.)
- Daliana Suryawinata (Arsitek - Belanda)
- Satya Witoelar (Founder Yahoo! Koprol)
- Andi I Sjamsu (Cari Community - AS)
- Dubes A.M. Fachir (Dirjen Informasi dan Diplomasi
Publik, Kemenlu)
- Imam Shamsi Ali (Interfaith Activist - AS)
- Angelica Carolin Alihusain-del Castilho (mantan
Dubes Suriname untuk Indonesia)
- Tan Sri Dr. Rais Yatim (Malaysia) -tbc
- Rafendi Djamin (Pakar HAM)
- Robert Manan (Manan Foundation)
- PB IPSI
- Persilat
- KONI
****************^^^^^^^****************
Pukul
06:30 WIB aku berfikir semua sudah siap, aku membawa seluruh keperluan dan juga
coklat coki-coki yang aku siapkan untuk bekal nanti ketika di Bus. Aku menghubungi
salah satu teman dari Fakultas Peternakan yang yakin katanya juga mau ikut bersama ke
acara tersebut, Ia bernama Arbiy`in Pratiwi. Aku banyak berhutang budi kepada
orang ini. Ia adalah mahasiswi penuh semangat angakatan 2011 Fakultas
Peternakan Universitas Jenderal Soedirman .
Di
pagi itu aku juga telah sms salah
seorang sahabatku untuk mengantarkan aku menuju ke terminal, sahabatku ini begitu baik kawan namanya Firsta Angga Yulianra Subiakto biasa aku panggil Angga, dia berjasa banyak untuk kehidupanku. OK...Kembali ke inti cerita, akupun menunggu Angga sahabtku itu, dan pada saat yang sama disudut bumi lain lebih tepatnya di terminal Purwokerto,
Arbi`in Pratiwi sudah menunggu aku. Ia berinisatiatif memesankan tiket bus murah
untuk kami berdua. Namun apa boleh buat ketika aku telah sampai di terminal
Purwokerto ternyata bus pagi hari yang
harganya murah telah melaju dengan asyik tanpa kami berdua dan itu merusak
semua rencanannya Arbi.
|
Logo yang di pakaiuntuk acara The 2nd Congress of Indonesian Diaspora |
Aku merasa sangat bersalah saat itu, aku berterus
terang padanya dan meminta maaf karena tidak sengaja telat kerena waktu semua
sudah siap, sahabat yang mau mengantarkan aku keterminal mendadak ada masalah
dengan pencernaannya, sehingga aku harus menunggu dia melakukan proses ritual
di toilet. Baru setelah itu, ia bisa mengantarka aku ke terminal. Dan itu
mengurangi rasa bersalahku kepada Arbi # karena itu keterlambatan yang tidak
direncanakan hehehe.
|
Aku dan Arby`yn Pratiwi |
Aku
dan Arbi berinsisatif mencari pengganti Bus yang lain, berkali-kali kami bolak
balik mencari loket pembayaran tiket bus, sesekali kami mampir kesatu loket
kemudian mampir ke loket yang lain, Kami berdua belum menemui titik temu untuk
harga yang tepat hingga akhirnya kami berdua muter-muter lagi sambil aku membawa
tas punggung dan Ransel dorong “POLO” ukuran jumbo, sementara Arbi membawa tas
gendong yang terlihat sangat berat ketika di bawa olehnya. Kami berdua hampir muter-muter
beberapa kali, bolak-balik menanyakan ke beberapa orang tentang harga tiket untuk bus pagi, namun
kebanyakan malah menwarkan Sore hari, kami tidak setuju jika sore karena kami memang
siudah menyiapkan segala sesuatunya untuk keberangkatan pagi hari. Jadi kami berdua kekeh untuk tetep pagi saja.
Aku melihat semangat Arbi begitu luar biasa, sebagai laki-laki aku tidak mau kalah semangatnya.
Akhirnya kami mencari lagi ke beberapa tempat loket pemesanan. Akhirnya kami
menemukan bus yang berangkat pagi tetapi dengan harga yang melangit dari
sebelumnya. Sebelumnya arbi dapat yang Harga 75 ribu dan sekarang di hadapan
mata suda ada bus pagi tetapi harga nya yang kurang cocok yaitu harga 140 ribu
rupiah per orang. Kami diskusi berdua sebentar hingga akhirnya ditemukan sebuah
kesepakatan untuk membeli tiket tersebut.
Kami
berdua sepakat dan membeli tiket tersebut. Sekedar bercerita saja, sebenarnya
keberangkatan kami berdua adalah Nekad, ya kawan N-E-K-A--D. Karena kami berdua memang benar-benar
sedang paceklik alias boke (ga ada duit), jadi semua harus dipertimbang untuk kesehatan Cash flow money kami. (Maaf sok Inggris). Kami dapat hasil, kesepakatan yang kami tepati bersama
adalah hasil rundingan panjang untuk menemui kata sepakat bersama-sama
untk berangkat ke Jakarta. Awalnya aku meragukan ke Jakarta untuk mengikuti Program
ini karena bulan agustus 2013 aku benar-benar telah menghabiskan banyak dana
untuk sebuah training Public Speaking di Pare, Jawa Timur. Jadi benar-benar sedang tidak ada duit untuk
keperluan lain. Tetapi keraguan sedikitpun tidak aku temukan pada diri Arbi`in Pratiwi,
dia begitu yakin dengan apa yang ingin dia raih. Disitulah aku menanyakan
komitmennya untuk acara CID ini.
“Bagaimana,
Ukh Arbi apakah serius mau kesana?” tanyaku disebuah telepon
“Insya
Allah, akh serius berangkat, mengingat disana pembicaranya juga orang-orang
penting, akh”
“Baiklah,
kalau ukh Arbi serius, ane juga serius ”
“Iya
Akh, bismillah insya Allah, Allah yang akan menolong Insya Allah ada rejeki”
jawaban ini yang membuat segala dayaku pasrah pada keputusan Allah, dan
semangatpun maju lagi beberapa digit.
“Oke,
baiklah berdoa saja semoga nanti kita di beri kemudahan”
“aamiin”
“Aamiin,
wassalam wr wb”
“Wa
alaikum salam wr wb”
Kami
menemui kata sepakat untuk berangkat bersama. Aku faham Arbiin adalah
perempuan yang memiliki Prinsip dan Pemahaman baik dalam Agama, maka seperti
pada wanita yang lainya aku menjaga jarak dan menjaga keadaanya.
Setiap
jengkal keputusan yang kami buat harus atas asas kesepakatan bersama,(wuih lebay banget) dari mau
pergi ,mau cari makan dan sebagainya. Setelah sepakat membeli tiket untuk bus
yang kami naiki akhirnya kami resmi menjadi penumpang untuk BUS jurusan
terminal yang berangkat pukul 09:00 WIB jurusan Pulo Gadung, dengan tulisan
besar di badan Bus “Keramat Jati”. Tidak cukup itu saja, seorang kondektur
memberi nama busnya “Bus Kramat Jati Pake WC dalam” maksudnya di dalam busnya
ada WC nya yang ternyata sampai terminal aku tidak pernah memakai fasilitas
itu. (penginnya minta kortingan ) hehehe
Di
dalam bus aku memilih tempat duduk urutan ke 2 dari depan sebelah kanan, tepatnya di belakang supir urut kedua.
sementara Arbi duduk sendirian di urutan ke lima dari depan sebelah kiri. Jarak yang jauh
memang untuk berkomunikasi di dalam bus jadi kami menyiasatinya dengan memakai
SMS untuk berkomunikasi.
Sewaktu
baru masuk di dalam bus, aku mulai membuka tas dan mengambil buku bacaan, waktu
itu aku masih ingat buku yang di susun “Tjahya Gunawan Diredja” berujudul
“Chairul Tandjung Si anak Singkong” buku itu membuat aku panas dingin dan deg-degan ingin jadi
pengusaha kaya seperti Cahirul Tanjung.
Sewaktu
aku membaca aku teringat kalau aku telah membawa coklat coki-coki 50 batang,
aku ambil 25 untuk aku tawarkan ke Arbi`in. Aku datang menghampiri sambil
membawa tiket bus. Pas aku serahkan ternyata Arbi`in tidak mau dengan
coklatnya, mungkin tidak suka coklat. akhirnya aku urungkan niatku itu. Kemudian aku
berikan kepada balita di depan tempat duduk ku, Stelah itu aku balik ke tempat duduk
kemudian asyik membaca buku lagi, tiba-tiba Arbi`in memberi aku snack dan Biskuat
Coklat, aku menerimanya buat teman ngemil saat baca buku di dalam bus.
****************^^^^^^^****************
Kalau
boleh jujur, semua rasa khawatirku dalam perjalanan ini adalah karena hanya membawa uang Rp.400.000 yang terkadang kembang kempis kalau untuk perjalanan ke Jakarta,. M0aksudnya kadang kepikiran
apakah cukup atau tidak? Tetapi kalau ingat kembali kata Arbi,in bahwa Allah pasti akan
menolong hambanya. Aku jadi tidak pernah takut untuk apapun. "Allah maha kaya." begitu sergahnya
Mendapatkan
kesempatan dan sekaligus berani mengambil keputusan untuk berangkat disaat yang
lain tidak yakin, membuat rasa bersyukur tersendiri buat aku pribadi. semoga juga buat Arbiin, karena untuk acara ini sebenarnya dari kampus ku ada beberapa anak yang telah mendaftar. mereka tidak jadi berangkat karena beberapa alasan, ada yang menurutku urgent, ada juga yang menurutku karena tidak yakin, misalnya beberapa teman megira acara itu cuma perkumpulan biasa, jadi mereka memutuskan untuk tidak hadir. ada juga yang karena tidak ada uang dan mengira acaranya kurang bermanfaat. Semua ada benarnya karena masing-masing punya urusan sendiri-sendiri.
Aku mencoba elihat dari sisi manfaat seandainya bisa berangkat, yang pertama jaringan pertemanan yang luas, itu ynag menjadi pertimbangan besar untuk ikut, sisanya bonus ketemu orang-orang penting. Aku melihat semua harus disikapi dengan kesungguhan dan keseriusan Apalagi
Arbi`in yang menurutku penuh dengan berfikir positif seolah-olah segalanya
Allah yang mengatur. Mencoba
mengkombinasikan dengan sisi realistis antara semangat berfikir positif dengan
keadaan uang kami selama perjalanan maka hasilnya Prihatin, maka jadilah kami
berdua prihatin (hampir mempriihatinkan). Kami tidak makan selama perjalanan.
Walaupun disana-sini orang pada berjualan kami konsisiten tidak membeli apa-apa
padahal aku dari kemarin tidak makan tenyata tidak makan lagi, sekali lagi
prihatin. Tapi tenang kawan ini adalah awal dari sebuah kebahagiaan hehe.
Kalau
mau flash back ke sebelumnya, sebenarnya kami tidak perlu melakukan hal seperti
itu, karena kami telah berencana megajukan proposal ke Universitas Jenderal
Soedirman, namun karena suatu hal terpaksa di tunda dan berencana menggantikan
hari pengajuannya nanti setelah pulang dari acara.
Akhirnya
kami nikmati perjalannan dengan sesekali memperhatikan alam luar disana, kaca bus
benar-benar menjadi sekat antara aku dengan dunia luar yang ramai. Kami
beberapa kali mengalami kemacetan di karenakan moment 17-an yang membanjiri jalanan,
berbagai festival dan karnaval aneh berupa manusia
jadi - jadian dengan rupa-rupa atribut konyol
yang melekat pada tubuh mereka, benar-benar membuat aku terhibur, mereka atraksi disana-sini. sejadi-jadinya. Bagiaman dengan aku?, cukup merasakan euphoria itu di dalam hati
0 komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca tulisan di atas, silakan berikan tanggapan/ komentar/ inspirasimu di bawah sini :