Pages

Yakinlah dengan mimpi-mimpi kita, Percayalah dengan apa yang kita yakini.

Ketika orang-orang di sekitar kita mulai meragukan kemampuan kita, maka satu-satu nya cara untuk tetap bertahan adalah, kita harus yakin dengan diri kita. Orang lain tidak akan percaya dengan kita selama kita sendiri meragukan diri kita sendiri.

Ibu Sri Mulyani (Managing Director of World Bank) : Kiprah kita tak boleh berhenti sebatas wilayah.

Mengingat diri kita adalah manusia dengan kapasitas berfikir yang lebih sempurna, kita memiliki tanggung jawab peran untuk melakukan hal terbaik, tidak hanya di tataran lingkungan sendiri (jago kandang ) melainkan juga berani di luar kandang.

Bapak Roy Suryo (Menpora RI) : Energi pemuda itu seperti tidak pernah ada habisnya.

Menjadi Pemuda adalah sebuah takdir sekaligus pilihan, yang meyakini pilihan adalah ketika kita mau menggunakan energi pemuda itu untuk memberikan manfaat kepada linkungan sekitarnya. Hidup Pemuda Indonesia.

Anies Baswedan Menteri Pendidikan: Pendidikan adalah eskalator peradaban.

Memilih untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya demi terciptanya peradaban yang lebih baik bukanlah impian yang salah.

Bapak Dahlan Iskan (Menteri BUMN RI) : Selalu lakukan hal dengan kesungguhan dan ketekunan.

Jika kita merasa pantas memiliki mimpi, maka yakinilah kalau kita pantas meraihny.

Bapak Ruhut Sitompul : Dialog kebersamaan itu tercipta.

Hanya menyapa dan memanggil nama, semuanya terasa akrab, meski terbiasa dibatasi layar kaca.

Saya percaya senyum telah merekat kuat.

Kebersamaan akan selalu menciptakan kesempatan untuk tersenyum lebih hangat, tertawa lebih renyah dan kedekatan persahabatan yang terikat keuat.

Bapak Renald Kasali Tokoh Perubahan Nasional.

Kita jangan kalah seperti bunglon,;Jangan Takut Melakukan Perubahan!..” “Change is the only evidence of life”.

Ahmad Fuadi (Penulis Novel Best Seller Trilogi Negeri 5 Menara): Man Jadda Wa jadda

Jika mau mendapatkan apa yang kita inginkan, pertama adalah usaha, kedua usaha, ketiga juga usaha selanjutnya berdoa dan tawakal kepada tuhan.

Fourm Indonesia Muda (FIM): Kita akan selalu memilih.

Keputusan besar diambil ketika kita tahu bahwa kita pantas tumbuh menjadi pribadi yang mau terus tumbuh dan belajar berjiwa besar.

PPAN : Terpilih untuk memilih

Dalam hidup kita selalu mendapatkan kesempatan untuk memilih, pun juga terpilih untuk memilih.

Keberagaman membuat kita semakin kaya

Keberadaan diri kita di muka bumi ini adalah bagian kecil dari sebuah kekuatan besar yang ada di dunia, bisa benar - benar terwujud jika kita mampu menyatukan setiap bagian-bagian kecil tersebut menjadi satu.

Pemuda harus terus bergerak untuk maju.

Menjadi Pemuda adalah sebuah takdir sekaligus pilihan, yang meyakini pilihan adalah ketika kita mau menggunakan energi pemuda itu untuk memberikan manfaat kepada linkungan sekitarnya.

Menggali nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Sebagai pemuda yang mencintai tanah airnya, menggalih pemahaman tentang budaya adalah harga mati

GALA DINNER Bersama Jajaran Menteri Kabinet Indonesia Bersatu.

Kepercayaan, kepantasan akan menjadi hadiah bagi mereka yang mengusahakannya.

Membuka senyum adalah anugrah terindah.

Senyum itu pertanda bahwa ada kehangatan dalam bentuk kebahagiaan yang ditularkan.

Iwan Sunito (Miliarder Indonesia di Autralia) : Kata beliau "Ndi, kamu pasti bisa lebih sukses ".

Energi yang di tularkan orang besar memiliki kekuatan besar yang sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang.

On Air : Sekali di udara tetap di udara".

Demikan pesan-pesan kebaikan telah terhaturkan, bukan untuk menggurui hanya saling menasehati

Hasrat untuk peduli itu adalah panggilan jiwa.

Menjadi Pemuda adalah sebuah takdir sekaligus pilihan, yang meyakini pilihan adalah ketika kita mau menggunakan energi pemuda itu untuk memberikan manfaat kepada linkungan sekitarnya. Hidup Pemuda Indonesia.

Teladan diri adalah ketika kita mencoba berpenampilan terbaik.

Respect atau menghormati adalah bukan sekedar kita memberi apresiasi kepada orang lain, namun bagaimana kita menghormati diri sendiri terlebih dahulu.

Kekuatan terbesar itu adalah ketika kita mau bersinergi.

Potensi besar itu akan menjadi lebih besar lagi apabila kita mau bersinergi satu sama lain. Tiada hal remeh jika kita mau bersinergi.

Lebarkan sayap silaturahmi, temukan hikmah yang terserak

Ciptakan nilai tambah dimanapun kita berada. Bangunlah jaringan pertemanan sebanyak mungkin.

Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono : Untuk sampai bertemu denganya haruslah memantaskan diri.

Memantaskan diri adalah sebuah persiapan untuk menghadapi kenyataan dari meraih mimpi. Percayalah, persiapan membuat segala hal terasa lebih percaya diri untuk di hadapi.

Satu langkah menuju perbaikan adalah kemajuan.

Lingkungan positif memberi peranan besar dalam pembentukan siapa diri kita. Menjadi baik dan buruk di tentukan oleh lingkungan sekitar kita. Berani maju?? Carilah lingkungan positif.

Kebersamaan selalu memperkaya segala hal.

Hanya orang-orang dekat yang menganggap diri kita adalah bagian hidupnya--- yang mau merasakan susah dan senang bersama.

Kekeluargaan itu penting karena disitulah cinta bersemayam dan berkembang.

Saling mengisi, saling menggenapi adalah alasan adanya kebersamaan. Disitulah kita seharusnya tumbuh bersama.

Sebuah makna TEAM (Together Everyone Achieve More)

Dua tangan lebih baik dari satu tangan, tiga tangan lebih baik dari 2 tangan, semakin kita mampu berkolaborasi dalam sebuah team. Memberikan kita kesempatan berkembang lebih cepat.

Kemenangan itu bukan milik aku atau kamu tetapi milik kita.

Keberhasilan itu di ukur bukan dari hasil yang di raih saja melainkan dari pelajaran- pelajaran berharga yang di peroleh selama proses percapaianya.

Bapak Elmir Amin pendiri Forum Indonesia Muda (FIM) : Habiskan Jatah Gagalmu

Kegagalan ada batasnya, begitulah kata beliau. Jika ingin tau bagaiamana menentukan masa depan suatu bangsa bisa di lihat dari bagaimana pemudanya sekarang.

Memiliki cita-cita mulia salah satunya adalah menjadi bermanfaat.

Pertanyaan yang susah di jawab oleh diri kita adalah “Apa yang telah kita berikan kepada sesama?”

Yakinlah dengan mimpi-mimpi kita, Percayalah dengan apa yang kita yakini.

Ketika orang-orang di sekitar kita mulai meragukan kemampuan kita, maka satu-satu nya cara untuk tetap bertahan adalah, kita harus yakin dengan diri kita. Orang lain tidak akan percaya dengan kita selama kita sendiri meragukan diri kita sendiri.

Selasa, 15 Oktober 2013

2nd Congress of Indonesia 18-20 Agustus 2013 (1)





Semua berawal dari kesungguhan dan keyakinan , Ketika yang lain ragu dengan sebuah keputusanya, maka kami mengambilnya sebagai moment untuk meraihnya. Semua dalam rangka untuk memantaskan diri dalam meraih apa yang kami yakini
Bagian 1

Presiden SBY saat membuka Acara The 2nd Congress of Indonesian Diaspora
Di Pagi yang masih sepi itu, Aku masih ingat di ufuk timur mentari telah bersahaja dengan ikhlas untuk sebuah persembahan besar kepada kehidupan dengan sinarnya. Sabtu 17 Agustus 2013, adalah hari kemerdekaan bagi bangsa Indonesia, semarak ulang tahun untuk bangsaku yang dirayakan penuh dengan hikmat oleh seluruh warga negara di Indonesia. Begitupun Rasa nasionalisme ku pun turut aku sertakan dengan hikmat merayaknya ketika dinding kaca dari dalam bus, telah membatasi antara aku dengan ruang dunia luar yang begitu hidup. Sementara, aku terpaku di dalam  bus yang membawaku bertolak dari terminal bus Purwokerto menuju ke terminal Bus Pulo Gadung Jakarta.


Dalam diariku tercatat Sabtu 17 Agutus 2013. Pagi pukul 06:00 WIB aku tengah disibukan membawa persiapan untuk keperluan sebuah Event Akbar di Jakarta. Ia bernama 2nd Congress of Indonesian Diaspora (CID). Aku menganggapnya acara antah berantah atau absurd  karena belum terlalu jelas dengan defini acara  acara itersebut Waktu itu pendaftaran ke ikut sertaan diadakan  melalui jalur  online yang sumber infonya aku dapatkan dari temanku : Pandu Pambudi Luhur mahasiswa teknik informatika Universitas Negeri Jember. Dari beberapa informasi yang aku dapatkan di website, acara itu adalah acara pertemuan besar untuk seluruh Diaspora (Perantau) Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di luar negeri.


Cocard yang aku pakai
Diaspora Indonesia meliputi WNI yang bekerja di luar negeri, orang Indonesia keturunan atau yang bukan lagi warga negara Indonesia dan orang-orang yang mencintai Indonesia walaupun bukan WNI dan tidak punya keturunan Indonesia. Mereka berasal dari berbagai macam profesi mulai dari pengusaha, peneliti, mahasiswa, pekerja profesional hingga Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Kalau boleh jujur aku membayangkanya  seperti acara pertemuan orang-orang besar di sebuah gedung yang luar biasamegah, akan ada panggung yang besar dengan seluruh perlengkapan canggih dan efek lampu sorot yang memukau, terus  orang macam aku ini Cuma menjadi perusuh kelancaran acara karena terlalu padat di isi oleh para pejabat. Dan peran pemuda seperti aku tidak di butuhkan. itulah imajinasiku waktu itu. Akupun terus mencoba membayangkanya karena jujur saja mneurut jawal acara yang aku baca disini  tercantum daftar nama-nama orang penting yang bakalan hadir. dan itu membuat aku penasaran dan bertanya-tanya, apakah aku bisa ketemu mereka secara langsung? pertanyaan itu berkecamuk di fikiranku.  Dan ternyata fakta dilapangan tidak jauh berbeda dengan apa yang aku bayangkan  tetapi ternyata acara tersebut sungguh luar biasa. Benar-benar layak menjadi ajang silaturahmi sekaligus bertukar fikiran dan menguatkan jaringan pertemanan.

****************^^^^^^^****************

Di Acara Congress of Indonesia Diaspora kami di beri kesempatan mengikuti berbagai diskusi dan seminar diantaranya:
  1. PUBLIC FORUM: “Pencak Silat for the World”.
  2. PUBLIC FORUM: “Youth Forum: Unleashing the Power of the Youth of the 21st Century”
  3. PLENARY: “DIASPORA POWER: ITS RELEVANCE FOR INDONESIA”
  4. PUBLIC FORUM: “INDONESIA SEBAGAI EMERGING POWER DUNIA: PELUANG DAN TANTANGAN”.
  5. PUBLIC FORUM:“BERSAING DI PENTAS GLOBAL: “PERAN DIASPORA DALAM MENDUNIAKAN SENI BUDAYA INDONESIA”.
  6. PUBLIC FORUM: “INDONESIA 2050: THE VIEW OF YOUNG INDONESIAN DIASPORAS”
  7. PUBLIC FORUM: ”MAU BEKERJA, BERBISNIS ATAU BELAJAR DI LUAR NEGERI? NASEHAT DAN PELAJARAN DARI DIASPORA”
  8. PLENARY : “INDONESIA’S GLOBAL FOOTPRINTS IN THE WORLD COMMUNITY”
  9. PUBLIC FORUM: “BUSINESS OPPORTUNITIES, INVESTMENT & NETWORKING: THE ROLE OF DIASPORA ENTREPRENEURS”.
  10. PUBLIC FORUM: “INOVASI-INOVASI DIASPORA INDONESIA DAN MANFAATNYA BAGI RI”
  11. PUBLIC FORUM:  “DEMOCRACY, GOOD GOVERNANCE, PLURALISM”.
Dengan tokoh – tokoh besar yang disiapkan diantaranya :

  1. Soesilo Bambang Yudhoyono (Presiden Republik Indonesia)
  2. Bj Habiebie (Mantan Presiden Republik Indonesia)
  3. Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia)
  4. Marty Natalegawa (Ministry of Foreign Affairs ()
  5. Hatta Rajasa
  6. Dahlan Iskan (Menteri BUMN)
  7. Roy Suryo (Menegpora)
  8. Dr. Sri Mulyani Indrawati (World Bank)
  9. Chairul Tanjung (Ketua KEN, CT Corp)
  10. Prof. Yohanes Surya (Surya Institute)
  11. Gatot M. Suwondo (Direktur Utama BNI)
  12. Indy Rahmawati (TVOne)
  13. Iwan Sunito (Australia)
  14. Dr. Dino Patti Djalal (Duta Besar  RI untuk Amerika Serikat)
  15. Merry Riana (Young Enterpreneur)
  16. Retno Marsudi (Duta Besar  RI untuk Belanda)
  17. Iwan Setyawan (penulis bestseller “9 Summers 10 Autumns”)
  18. Ahmad Fuady (Penulis Best Seller “Negeri 5 Menara” “Ranah Tiga Warna” dan “Rantau Muara”)
  19. Mohamad Al Arief (Worldbank-USA)
  20. Sairiat Arifia (Afrika Selatan)
  21. Aidinal Alrashid (European Pencak Silat Federation)
  22. Leonardo J. Stoute/Waleed  (AS)
  23. Richard Anthony Subaran (AS)
  24. George de Groot (Belanda)
  25. Oki Musakti (Australia)
  26. Wieke Gur (Marketing Expert – Australia)
  27. Dr. Johansyah Lubis, M.Pd (Dekan Fak. Ilmu Olahraga UNJ)
  28. Taufan E.N. Rotorasiko (Ketua KNPI)
  29. Raja Sapta Oktohari (Ketua Umum HIPMI)
  30. Achmad Adithya (IDN-Belanda)
  31. Auskar Surbakti (ABC TV Australia)
  32. Sehat Sutardja (AS)
  33. Prof. Iwan Jaya Azis (Cornell University)
  34. Prof. Takeshi Siraishi (National Graduate Institute for Policy Studies, Japan)
  35. Karim Raslan (CEO KRA Group, Malaysia)
  36. John Riady (Alumni Columbia University)
  37.  Dr. Mari Elka Pangestu (Menparenkraf)
  38. Peter F. Gontha (First Media) –tbc
  39. Wona Sumantri (Silat Al Azhar-AS)
  40. Amalia Wiryono (kurator -Indonesian Arts) -tbc
  41. Moderator: Helmi Johannes (VoA)
  42. Donny Wira Yudha Kusuma (China)
  43. Pramudita Satria Palar (Jepang)
  44. Daya N. Wijaya (UK)
  45. Ridwansyah Yusuf (Belanda)
  46. Teuku Arcky Meraxa (AS)
  47. Alex Brian Ticoalu (AS)
  48. Ratih Maria Dhewi (Australia)
  49. Ariana Alisjahbana (World Resources Institute)
  50. Bima Arya Ph.D. (The Lead Institute)
  51. Johnny Harjantho (Smart Automobile – IDN Singapura)
  52. Alyssa Soebandono (Alumni Monash University / Artis)
  53. Datuk Wira Ir. Hj. Idris bin Hj. Harun
  54. Soewarto Moestadja (Menteri Dalam Negeri Suriname)
  55. Jesse Kuijper – (the Borneo Initiative, Belanda)
  56. Representative from South Africa
  57. Fify Manan (Formcase, The USA )
  58. Mahmudi Fukumoto (Keihin Co. Ltd , Japan)
  59. Tonny Sumartono (ICC Indonesia Co-op)
  60. Kartini Salsilaningsih (Pengusaha-Qatar)
  61. Hermawan Kartajaya (Markplus, inc.)
  62.  Daliana Suryawinata (Arsitek - Belanda)
  63. Satya Witoelar (Founder Yahoo! Koprol)
  64. Andi I Sjamsu (Cari Community - AS)
  65. Dubes A.M. Fachir (Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik, Kemenlu)
  66. Imam Shamsi Ali (Interfaith Activist - AS)
  67. Angelica Carolin Alihusain-del Castilho (mantan Dubes Suriname untuk Indonesia)
  68. Tan Sri Dr. Rais Yatim (Malaysia) -tbc
  69. Rafendi Djamin (Pakar HAM)
  70. Robert Manan (Manan Foundation)
  71. PB IPSI
  72. Persilat
  73. KONI
           


****************^^^^^^^****************

Pukul 06:30 WIB aku berfikir semua sudah siap, aku membawa seluruh keperluan dan juga coklat coki-coki yang aku siapkan untuk bekal nanti ketika di Bus. Aku menghubungi salah satu teman dari Fakultas Peternakan yang yakin katanya juga mau ikut bersama ke acara tersebut, Ia bernama Arbiy`in Pratiwi. Aku banyak berhutang budi kepada orang ini. Ia adalah mahasiswi penuh semangat angakatan 2011 Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman . 

Di pagi itu  aku juga telah sms salah seorang sahabatku untuk mengantarkan aku menuju ke terminal, sahabatku ini begitu baik kawan namanya Firsta Angga Yulianra Subiakto biasa aku panggil Angga, dia berjasa banyak untuk kehidupanku. OK...Kembali ke inti cerita,  akupun menunggu Angga sahabtku itu, dan pada saat yang sama disudut bumi lain lebih tepatnya di terminal Purwokerto, Arbi`in Pratiwi sudah menunggu aku. Ia berinisatiatif memesankan tiket bus murah untuk kami berdua. Namun apa boleh buat ketika aku telah sampai di terminal Purwokerto  ternyata bus pagi hari yang harganya murah telah melaju dengan asyik tanpa kami berdua dan itu merusak semua rencanannya Arbi.

Logo yang di pakaiuntuk acara The 2nd Congress of Indonesian Diaspora


Aku merasa sangat bersalah saat itu, aku berterus terang padanya dan meminta maaf karena tidak sengaja telat kerena waktu semua sudah siap, sahabat yang mau mengantarkan aku keterminal mendadak ada masalah dengan pencernaannya, sehingga aku harus menunggu dia melakukan proses ritual di toilet. Baru setelah itu, ia bisa mengantarka aku ke terminal. Dan itu mengurangi rasa bersalahku kepada Arbi # karena itu keterlambatan yang tidak direncanakan hehehe.

Aku dan Arby`yn Pratiwi
Aku dan Arbi berinsisatif mencari pengganti Bus yang lain, berkali-kali kami bolak balik mencari loket pembayaran tiket bus, sesekali kami mampir kesatu loket kemudian mampir ke loket yang lain, Kami berdua belum menemui titik temu untuk harga yang tepat hingga akhirnya kami berdua muter-muter lagi sambil aku membawa tas punggung dan Ransel dorong “POLO” ukuran jumbo, sementara Arbi membawa tas gendong yang terlihat sangat berat ketika di bawa  olehnya. Kami berdua hampir muter-muter beberapa kali, bolak-balik  menanyakan ke beberapa orang tentang harga tiket untuk bus pagi, namun kebanyakan malah menwarkan Sore hari, kami tidak setuju jika sore karena kami memang siudah menyiapkan segala sesuatunya untuk keberangkatan  pagi hari. Jadi kami berdua kekeh untuk tetep pagi  saja.

Aku melihat semangat Arbi begitu luar biasa, sebagai laki-laki aku tidak mau kalah semangatnya. Akhirnya kami mencari lagi ke beberapa tempat loket pemesanan. Akhirnya kami menemukan bus yang berangkat pagi tetapi dengan harga yang melangit dari sebelumnya. Sebelumnya arbi dapat yang Harga 75 ribu dan sekarang di hadapan mata suda ada bus pagi tetapi harga nya yang kurang cocok yaitu harga 140 ribu rupiah per orang. Kami diskusi berdua sebentar hingga akhirnya ditemukan sebuah kesepakatan untuk membeli tiket tersebut.

Kami berdua sepakat dan membeli tiket tersebut. Sekedar bercerita saja, sebenarnya keberangkatan kami berdua adalah Nekad, ya kawan N-E-K-A--D. Karena kami berdua memang benar-benar sedang paceklik alias boke (ga ada duit), jadi semua harus dipertimbang untuk kesehatan Cash flow money kami. (Maaf sok Inggris). Kami dapat hasil, kesepakatan yang kami tepati bersama adalah hasil rundingan panjang untuk menemui kata sepakat bersama-sama untk berangkat ke Jakarta. Awalnya aku meragukan ke Jakarta untuk mengikuti Program ini karena bulan agustus 2013 aku benar-benar telah menghabiskan banyak dana untuk sebuah training Public Speaking di Pare, Jawa Timur. Jadi benar-benar sedang tidak ada duit untuk keperluan lain. Tetapi keraguan sedikitpun tidak aku temukan pada diri Arbi`in Pratiwi, dia begitu yakin dengan apa yang ingin dia raih. Disitulah aku menanyakan komitmennya untuk acara CID ini.

“Bagaimana, Ukh Arbi apakah serius mau kesana?” tanyaku disebuah telepon
“Insya Allah, akh serius berangkat, mengingat disana pembicaranya juga orang-orang penting, akh”
“Baiklah, kalau ukh Arbi serius, ane juga serius ”
“Iya Akh, bismillah insya Allah, Allah yang akan menolong Insya Allah ada rejeki” jawaban ini yang membuat segala dayaku pasrah pada keputusan Allah, dan semangatpun maju lagi beberapa digit.
“Oke, baiklah berdoa saja semoga nanti kita di beri kemudahan”
“aamiin”
“Aamiin, wassalam wr wb”
“Wa alaikum salam wr wb”

Kami menemui kata sepakat untuk berangkat bersama. Aku faham Arbiin adalah perempuan yang memiliki Prinsip dan Pemahaman baik dalam Agama, maka seperti pada wanita yang lainya aku menjaga jarak dan menjaga keadaanya. 

Setiap jengkal keputusan yang kami buat harus atas asas kesepakatan bersama,(wuih lebay banget) dari mau pergi ,mau cari makan dan sebagainya. Setelah sepakat membeli tiket untuk bus yang kami naiki akhirnya kami resmi menjadi penumpang untuk BUS jurusan terminal yang berangkat pukul 09:00 WIB jurusan Pulo Gadung, dengan tulisan besar di badan Bus “Keramat Jati”. Tidak cukup itu saja, seorang kondektur memberi nama busnya “Bus Kramat Jati Pake WC dalam” maksudnya di dalam busnya ada WC nya yang ternyata sampai terminal aku tidak pernah memakai fasilitas itu. (penginnya minta kortingan ) hehehe

Di dalam bus aku memilih tempat duduk urutan ke 2 dari depan sebelah kanan, tepatnya di belakang supir urut kedua. sementara Arbi duduk sendirian di urutan ke lima dari depan sebelah kiri. Jarak yang jauh memang untuk berkomunikasi di dalam bus jadi kami menyiasatinya dengan memakai SMS untuk berkomunikasi.

Sewaktu baru masuk di dalam bus, aku mulai membuka tas dan mengambil buku bacaan, waktu itu aku masih ingat buku yang di susun “Tjahya Gunawan Diredja” berujudul “Chairul Tandjung Si anak Singkong” buku itu membuat aku panas dingin dan deg-degan ingin jadi pengusaha kaya seperti Cahirul Tanjung.

Sewaktu aku membaca aku teringat kalau aku telah membawa coklat coki-coki 50 batang, aku ambil 25 untuk aku tawarkan ke Arbi`in. Aku datang menghampiri sambil membawa tiket bus. Pas aku serahkan ternyata Arbi`in tidak mau dengan coklatnya, mungkin tidak suka coklat. akhirnya aku urungkan niatku itu. Kemudian aku berikan kepada balita di depan tempat duduk ku, Stelah itu aku balik ke tempat duduk kemudian asyik membaca buku lagi, tiba-tiba Arbi`in memberi aku snack dan Biskuat Coklat, aku menerimanya buat teman ngemil saat baca buku di dalam bus.

****************^^^^^^^****************
Kalau boleh jujur, semua rasa khawatirku dalam perjalanan ini adalah karena hanya membawa uang Rp.400.000 yang terkadang  kembang kempis kalau untuk perjalanan ke Jakarta,. M0aksudnya kadang kepikiran apakah cukup atau tidak? Tetapi kalau ingat kembali kata Arbi,in bahwa Allah pasti akan menolong hambanya. Aku jadi tidak pernah takut untuk apapun. "Allah maha kaya." begitu sergahnya

Mendapatkan kesempatan dan sekaligus berani mengambil keputusan untuk berangkat disaat yang lain tidak yakin, membuat rasa bersyukur tersendiri buat aku pribadi. semoga juga buat Arbiin, karena untuk acara ini sebenarnya dari kampus ku ada beberapa anak yang telah mendaftar. mereka tidak jadi berangkat karena beberapa alasan, ada yang menurutku urgent, ada juga yang menurutku karena tidak yakin, misalnya beberapa teman megira acara itu cuma perkumpulan biasa, jadi mereka memutuskan untuk tidak hadir. ada juga yang karena tidak ada uang dan mengira acaranya kurang bermanfaat. Semua ada benarnya karena masing-masing punya urusan sendiri-sendiri.


Aku mencoba elihat dari sisi manfaat seandainya bisa berangkat, yang pertama jaringan pertemanan yang luas, itu ynag menjadi pertimbangan besar untuk ikut, sisanya bonus ketemu orang-orang penting. Aku melihat semua harus disikapi dengan kesungguhan dan keseriusan Apalagi Arbi`in yang menurutku penuh dengan berfikir positif seolah-olah segalanya Allah yang mengatur.  Mencoba mengkombinasikan dengan sisi realistis antara semangat berfikir positif dengan keadaan uang kami selama perjalanan maka hasilnya Prihatin, maka jadilah kami berdua prihatin (hampir mempriihatinkan). Kami tidak makan selama perjalanan. Walaupun disana-sini orang pada berjualan kami konsisiten tidak membeli apa-apa padahal aku dari kemarin tidak makan tenyata tidak makan lagi, sekali lagi prihatin. Tapi tenang kawan ini adalah awal dari sebuah kebahagiaan hehe.

Kalau mau flash back ke sebelumnya, sebenarnya kami tidak perlu melakukan hal seperti itu, karena kami telah berencana megajukan proposal ke Universitas Jenderal Soedirman, namun karena suatu hal terpaksa di tunda dan berencana menggantikan hari pengajuannya nanti setelah pulang dari acara.

Akhirnya kami nikmati perjalannan dengan sesekali memperhatikan alam luar disana, kaca bus benar-benar menjadi sekat antara aku dengan dunia luar yang ramai. Kami beberapa kali mengalami kemacetan di karenakan moment 17-an yang membanjiri jalanan, berbagai festival dan karnaval aneh berupa manusia jadi - jadian dengan  rupa-rupa atribut konyol yang melekat pada tubuh mereka, benar-benar membuat aku terhibur, mereka atraksi disana-sini. sejadi-jadinya. Bagiaman dengan  aku?, cukup merasakan euphoria itu di dalam hati



 bersambung kehalaman selanjutnya

0 komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca tulisan di atas, silakan berikan tanggapan/ komentar/ inspirasimu di bawah sini :

Baca juga tulisan di bawah ini :