Siapa
yang percaya pada proses, maka menyerah adalah suatu tindakan yang tak pantas, sebagaiman
terungkap dalam sebuah analogi, “ Seumpama tetes air yang mampu membuat lubang
di batu.” Ya hanya tetes-tetes air yang menerpa di atas batu. Namun nilai ke
konsisten-an akan tetes air itulah yang mampu memberi dampak luar biasa. Bahwa tetes
air yang merupakan zat cair saja mampu melubangi batu yang sudah tentu keras.
Begitulah perumpamaan sebuah makna usaha konsisten dalam berproses di mana
maknanya akan selalu bertalian dengan dampak besar.
Mana
kala kita mampu melakukan suatu hal dengan istiqomah atau konsisten maka tak
peduli hal itu sulit, selama ada possibility
untuk bisa terjadi maka pastilah akan mampu di taklukan meski sesusah dan
sesulit apapun. Tak jarang kalimat-kalimat motivasi sering menyematkan
kata-kata bernaskan kemungkinan seperti misal “Itu susah tapi mudah”, ada
harapan positif yang masih di sematkan atas apa yang kita hadapi. Tentunya jika
mau berproses.
Ini
sejalan dengan makna “tangguh’ atau pantang menyerah, di mana ada keinginan
untuk tidak menyerah di kala kebosanan menyerang, dikala kejenuhan mencemari dari
berbagai sisi untuk berhenti berusaha. Maka sejatinya nilai istiqomah atau
konsisten menjadi kekuatan besar untuk mewujudkan kemungkinan-kemungkinan yang
ingin di raih.
Seperti
pengalamanku tadi yang berkaitan dengan usaha konsisten. Atau terus menerus
yang berdampak pada suatu pencapaian yang sangat berarti.
Sebut
saja namanya Ilham (Bukan nama sebenarnya), Dia adalah mahasiswa Sastra
Indonesia, adik angkatanku yang dulu sangat pendiam dan tertutup. Sungguh aku
tak menyangka banyak hal besar terjadi pada dirinya. Ilham yang sekarang adalah
Ilham yang sudah berubah, Ilham yang sekarang bukan lagi Ilham yang dulu. Ilham
yang sekarang adalah Ilham yang lain dari yang lain, Ilham yang sekarang sudah
jadi Hafidz alias penghafal Al qur`an.. Sudah hafal beberapa Juz dan suaranya juga
sangat merdu ketika mengalunkan ayat-ayat-Nya.
Padahal
masih belum kering ingatanku ketika dulu aku menjadi anggota panitia Ospek. Aku
sempat berbincang-bincang dengannya ketika usai sholat dhuhur berjamah di
Mushola kampus Ilmu Budaya. Tepat ketika kami sedang memakai sepatu
bersebalahan dengan dirinya. Dia tiba-tiba menyapaku dengan panggilan pelan. Aku
menengok ke arahnya. Dari matanya terlihat seperti ingin menyampaikan sesuatu.
Ya , ia begitu ingin menyampaikan sesuatu yang tertahan. Sesuatu itu begitu
asing, namun dari wajahnya aku melihat ia seperti meminta aku mendengarkan
kata-katanya. Aku pun mencoba mengerti, sehingga aku mendekatkan posisi duduk
ketika sedang memakai sepatu. Kebetulan sepatuku pantovel, sehingga lebih cepat
aku memakai jika di banding dengan Ilham, sedangkan Ilham, ia memakai sepatu
tali sehingga lumayan lama. Karena aku sudah selesai maka aku segera memakai
tas punggungku. Kemudian aku bilang padanya “Dik Ilham, ada yang bisa aku
bantu?” begitu tanyaku.
“Mas
Andi. Ya mas, aku ingin minta masukan Motivasi dari mas andi.” Ucapnya tampak
serius.
“Aduh
motivasi, emang kakak motivator?” begitu celetuku.
“Ya
mas, aku ingin mendengarkan masukan motivasi kalau mas berkenan” kilahnya
dengan tersenyum kecil bercampur malu.
“Ada
apa dik Ilham, lagi ga enak badan ya, ayo semangat.” tanyaku basa-basi sambil
senyum dan menaruh tanganku di pundaknya.
“Nggak mas, aku mau minta nasehat dari
mas Andi, aku kan berasal dari keluarga yang di sebut kurang mampu. Dan
sekarang bisa berkuliah, kadang aku minder dengan mahasiswa yang lain.”
“Kenapa
harus minder?” tanyaku serius.
“Aku
belum tau apa-apa disini. Ga tau juga nanti mau jadi apa.
Kadang gaptek juga” jawabnya lirih dan merasa serba salah.
“Ya
wajar lah dik, kalau belum tau apa-apa karena masih mahasiswa baru. Nanti juga
akan tau banyak”.
“Terus
mas Andi punya saran apa, ga?” sambil
menuntaskan ikatan tali sepatunya.
“Dik
Ilham, teruslah belajar banyak hal, belajar hal-hal baru yang tidak kita tau.
Kalau konsisten insya Allah kamu bisa menjadi terampil atau ahli.”
Kawan,
Obrolan itu adalah obrolan privasi yang berlangsung beberapa menit, setelah
moment itu. Beberapa tahun kemudian kami tidak mengobrol untuk hal-hal privasi
lagi, paling kalau ketemu di jalan, kami cuma saling sapa dan bertanya kabar,
pernah juga waktu itu usai sholat Jum`at di Masjid Fatimatuz Zahra Purwokerto,
aku bertemu denganya, kami juga tidak sempat ngobrol hal-hal privasi lagi,
karena sepertinya dia selalu terlihat sibuk mengurus sesuatu di masjid
fatimatuzahra. Namun pernah kami menyempatkan obrolan kecil seputar kuliah nya.
Kuliahnya lancar alias tidak ada masalah berarti. Dia juga sempat berkomentar
takjub dengan beberapa postingan status dan photo-photo di facebook yang aku
upload. Setiap kali dia memujiku selalu aku balas “Insya Allah masih belajar
memantaskan diri.” Selalu begitu aku balas.
Saat
itu aku tau kalau dia ternyata telah menetap tinggal di Masjid Fatimatuz Zahra
sebagai santri di Masjid yang juga merupakan pesantren untuk mahasiswa.
Sehingga aku tak heran jika di beberapa waktu, Ilham di beri tugas sebagai muadzin
di masjid Besar Fatimatuz Zahra itu. Suaranya merdu. Tidak lain dan tidak bukan
pasti hasil dari ilmu yang ia dapatkan di Pesantrennya.
Namun
oh tuhan betapa semuanya begitu luar biasa terjadi. Seolah waktu bergerak
membuktikan kekuatan dari sebuah nilai konsisten atau istiqomah. Maka kemajuan
demi kemajuan benar-benar berpihak padanya. Berkat usaha dan kesungguhannya di
pesantren, kemajuan kian hari, kian waktu, mulai bermunculan kepermukaan
terutama dalam hal kefasihanya dalam baca Al Qur’an. Semakin hari aku saksikan semakin
baik dan semakin baik, begitu seterusnya. Di beberapa waktu yang dulu Ilham memang
lebih sering mengumandangkan adzan, hingga puncaknya Ramadhan kemarin hampir
setiap waktu sholat dia yang menjadi muadzin, kadang aku sesekali melihatnya menjadi
imam untuk makmum yang masbuk untuk membuat barisan sendiri ketika barisan
sholat yang sift pertama sudah salam. Ia biasa saja menjadi imam, bacaannya
masih biasa waktu itu.
Namun
kini seakan benar-benar berbeda. Bahwa usaha untuk menjadi apapun kalau
benar-benar di tekuni maka kita akan menjadi apa yang kita inginkan selama
masih ada kemungkinan. Dan itu terjadi pada Ilham saat ini, Ilham sekarang di
percaya menjadi imam di Masjid Besar Fatimatuzahra, mengimami ustadz-ustadznya
yang merupakan hafidz. Jika Ilham menjadi imam dan membaca surat didalam sholat maka hati-hati makmun bergetar.
Suaranya merdu teramat sangat. Aku kadang merinding, kadang terasa begitu
melebur dengan perasaan. Ada syahdu yang menelisik ke pedalaman jiwaku. Semua
bersatu membentuk perasaan tenang yang benar-benar membuat tenteram teramat
sangat.
Seperti
tadi ketika aku sholat isya berjamaah dan Ilham yang menjadi imam utama. Dan
makmum di barisan pertama tepat di belakangnya adalah ustadz-usatdznya yang
mengajarinya membaca Al Qur`an. Aku berada di saf pertama. Terpaut 3 makmum
jaraknya dari urutan depan di dekat Ilham. Sholat pun di mulai dengan terlebih
dahulu Ilham memmengatkan “Merapatkan dan meluruskan sholat adalah salah satu
ke utamaan sempurnanya sholat berjamaah”.
Benar-benar
sholat yang penuh penjiwaan, mana kala imam mampu membacakan ayat-ayat
cinta-Nya dengan lantunan tartili dan
merdu maka sholat pun menjadi terasa lebih khusyu, merasa tersentuh dari setiap
kelembutan dan kemerduan ayat yang di lantunkan. Apalagi momentum dalam sholat
adalah keadaan di mana hati dan fikiran terjaga. Betapa keindahan lantunana
ayat-ayat suci benar-benar mengisi sanubari. Menguatkan kembali jiwa yang
lemah, menyegarkan kembali jiwa yang lelah, menyemangati lagi jiwa yang sedang
lesu. Semua seperti obat, disinilah barangkali sebutan Asyifa benar adanya
untuk nama lain Alqur`an.
Ilham
melantunkan ayat-ayat suci-Nya dengan penghayatan, sehingga bagai gayung
bersambut. Makmum pun ikut larut dalam kemerduan dan kesyahduan ayat-ayat
AlQur`an yang terlantun oleh bibir ikhlasnya. Surat Al fatihah di rakaat pertama
mampu menggetarkan jiwa yang di lumuri kerak-kerak kebencian hingga terasa
luruh, berlanjut ke surat Al Baqoroh sebagai bacaan surat setelah al Fatihah di
rakaat pertama, merasa air mata mengumpul di kelopak saat di bacakan ayat pertama
“Alif lam mim” yang di katakan bahwa Alif lam mim itu bukanlah satu huruf
melainkan alif satu huruf, lam satu huruf dan mim juga satu huruf. Betapa ayat
pertama saja sudah mampu menggetarkan jiwa ini. Dan ternyata lagi-lagi bukan
hanya aku yang merasakan damainya moment itu, melainkan sosok tua di sebelah ku
malah sudah sesenggukkan. Ketika ruku, tak sengaja aku melihat secercah tetes
air bening jatuh menetes kebawah. Mungkin itu air mata.
Setelah
Itidal, sujud, duduk di antara dua sujud di lanjutkan takbiratul ikhram,
melantunlah kembali ayat-ayat penuh karunia-itu. Surat Alfatihah kembali
terlantun, kini jiwa siapa yang tidak berubah menjadi tenang di kala di dera kesyahduan teramat sangat dari
merdunya bacaan sang imam. Batin siapa tak akan buncah ketika di dera merdu
suara lantunan ayat-ayat kauliyah-Nya. Hati ini di lumuri haru biru rindu.
Perasaan ini buncah entah kemana rimbanya. Tenang tenteram, hanyut. Suara sang
imam begitu merembas ke dalam sukma. Khusyu dan batinku terasa di remas-remas
oleh rasa nyaman yang teramat sangat.
Surat
pendek yang di baca setelah bacaan Al fatihah di rokaat ke dua adalah surat
annaba. Sebuah surat yang menerangkan pengingkaran orang-orang musyrik terhadap
hari berbangkit, ancaman Allah terhadap sikap mereka, azab yang mereka terima
di hari kiamat serta kebahagiaan orang-orang yang beriman., begitulah kira-kira
isi makna surat tersebut. Apalagi di baca oleh sang imam yang begitu faham
tentang ilmu membaca Alqur`an yang baik dan benar. Maka benar seperti yang aku
sangka, kemerduan ayat-ayat yang terlantun pasti mampu menggetarkan hati setiap
makmum.
Demikian
pengalaman yang tadi aku alami, dalam benaku aku masih ingat Ilham dulunya
siapa, dan sekarang menjadi siapa. Aku juga pernah sempat mendengar Ilham membacakan
surat An-nabba ketika di undang sebagai pembaca tilawah Qur`an di sebuah acara
yang waktu itu aku sebagai pembicaranya. Aku juga sempat menyimaknya dengan
seksama. Di moment pas ketika aku sedang mengisi acara, sempat aku sampaikan
pujian untuknya secara langsung di depan para audiens, ya pujian itu tulus dari
hati karena aku begitu menyukai bacaannya. Sengaja aku sampaikan supaya orang
lain termotivasi juga untuk sama seperti dirinya , termasuk diri saya pribadi
juga yang ingin seperti Ilham. Dan seusai mengisi acara, aku mendekati Ilham
dan bertanya tentang hafalan dan bacaannya, namun yang mencengangkan dia bilang
“Butuh bertahun-tahun, mas untuk bisa seperti tadi, harus sabar dan istiqomah
untuk selalu semangat menghafal dan memperbaiki bacaan sesuai tajwid”
Dan
inilah sekali lagi yang menjadi pelajaran, pujian begitu mudah tersemat
kepadanya dari mulut-mulut yang mendengarkannya. Semua terasa terjadi instan.
Kita mengira semuanya baru kemarin, namun ternyata di butuhkan waktu yang tidak
sebentar untuk menjadi “bisa” dalam suatu hal.
Sama
hal nya dengan ketika kita memuji teman atau kawan kita yang sukses akan suatu
hal, kita mungkin mengira itu terjadi karena persiapan kemarin padahal itu
terjadi karena latihan-latihan berulang kali yang tak kenal lelah, tak kenal
kata menyerah, fikiran positif, perasaan beriman akan hasil akhir yang baik
meski butuh waktu lama, merupakan modal utama. Sama halnya analogi, tetesan air
yang mampu melubangi batu sekalipun, tentu bukan satu , dua atau tiga hari,
namun di butuhkan waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
atau puluhan tahun.
Aku
kagum, kagumku pun beralasan, alasan yang sangat mendasar. Kegigihan, itulah
alasanku, aku kagum karena ilham gigih dalam berusaha, konsisten dan mau
berusaha. Dan menurutku hal tersebut berlaku untuk semua , untuk siapapun yang
ingin meraih mimpi, maka gigih dan konsisten menjadi nominal yang pantas untuk
membayar suatu pencapaian. Sekarang, jika flask back ke moment ketika berbicang-bincang
di Mushola ilmu budaya semasa ospek dulu. Maka seandainya waktu itu bisa diulang
ke detik ketika ia mengatakan.
“Aku
belum tau apa-apa disini. Ga tau juga nanti mau jadi apa.
Kadang gaptek juga” aku ingin mengatakan pada nya. “ suatu saatu kamu akan jadi
hafidz yang baik hati dan gigih.” Semangat !!!.
PIN BB 7436105E
0 komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca tulisan di atas, silakan berikan tanggapan/ komentar/ inspirasimu di bawah sini :