Remah - remah hati ini berbicara pada setampuk keyakinan bahwa pernyataan yang dulu pernah aku dengar kembali terngiang. "Teruslah belajar setahap demi setahap, menjejakan kaki di bumi ini untuk melangkah mencari makna diri. selain hidup adalah berpetualang, menjaring awan gemawan harapan di atas kemilau lazuardi, merangkai mozaik impian yang terserak, berselancar di atas ombak-ombak lika – liku hidup yang menantang, penuh daya sekuat tenaga mengarungi labirin kehidupan”. Tetaplah tegar menyongsong langkah, jangan pernah ambruk malas untuk mengikat ilmu dengan pena, karena dari semua yang kau alami perlu untuk di abadikan sari pati maknanya, percayalah akan ada banyak sekali hikmah untuk menciptakan nilai tambah yang berarti.Selama proses itu berlangsung, tak usah peduli melemah dalam perjalanan, tak usah peduli lemas langkah kaki saat mendaki, jangan kau cemaskan tentang kesenangan yang kau takutkan tak akan hinggap, atau kesusahan yang akan mendera. Mungkin kejenuhan akan hadir menyambangi diri. Percayalah “Kalaulah kesenangan adalah matahari, dan kesusahan itu bernama hujan, maka bukankah kita tetap membutuhkan keduanya untuk bisa melihat pelangi?, Pelangi hikmah yang memberi ribuan harapan lebih dari 7 warnanya. Pelangi yang memendam berton-ton makna dari bias warnanya”Makna itu kadang seperti tersumbat. Bebal, tak terdengar gemiricik alirannya, bebal menjadi angan yang tak pernah tersampaikan, seperti bisu yang sekarat, namun setelah tau bahwa ada hal bermakna yang bisa kita lakukan yaitu menulis dalam larik-larik kata yang berbicara, menulis setiap gemiricik ide-ide yang menetes dari embun berfikir kita. Maka kita tersadar bahwa ide itu bisa bersuara lebih jelas, bisa berteriak lebih lantang dari pada ketika kita mengungungkungnya dalam diam penuh jenuh. karena aku masih ingat sebuah nasihat yang pernah aku baca " Seorang penceramah akan menginspirasi orang-orang dalam ruangan. Namun hanya sebatas ketika ia masih hidup saja. berbeda dengan seorang penulis, ia mampu mampu menginspirasi seluruh dunia disaat yang bersamaan. Dan berlangsung ber abad-abad. Bahkan ketika sudah mati sekalipun."Ya Allah aku masih belajar supaya bisa menulis dengan lebih baik dan lebih baik lagi.Ridho-Mu untukku, sangat aku minta. Jadikanlah setiap kata-kata yang aku rangkai menjadi bait-bait penuh makna, memberi kebaikan, memberi energi, menyentuh hati setiap yang membacanya, berdialog dengannya tanpa sedikitpun ada niat untuk menggurui, mendikte, menghakimi dan mencerca. Semoga niat baik itu tersampaikan, semoga niat baik itu berdampak.Masih juga terngiang-ngiang di kepala seruan itu "Kita tak selamanya akan bisa terus berbicara, tak selamanya bisa terus bergerak untuk membantu orang. Tapi yakinlah tulisan yang kita tulis selamanya akan mampu bermanfaat." Sebuah nasihat atau lebih tepatnya sebuah teguran.Melalui tulisan, ijinkan aku untuk berbicara dari hati ke hati, melalui tulisan, ijin kan aku mengerti dan memahami serta berbagi arti, melalui tulisan, ijinkan aku semakin dekat dengan bahasa-bahasa perasaan, semoga selalu bersemangat untuk terus belajar tumbuh menjadi berarti. Menjadi bagian dari yang berbagi dan memberi peran untuk menginspirasi.Tulisan ini juga bisa di baca di Tumblr SANG PEMBELAJAR : http://andiyantosangpembelajar.tumblr.com/post/88780695718/aku-dan-tulisan)Di catat pada : Minggu 15 Juni 2014 Pukul 01:25 WIB di Wisma Albanna, Purwokerto, Jawa TengahFollow Tumblr : http://andiyantosangpembelajar.tumblr.com/Blog : http://andiyantosangpembelajar.blogspot.com/Andi YantoSang PembelajarDi tulis ulang dari Diary tercinta.
“Semangat menulis, satu hari minimal satu judul tulisan di tahun 2014”
0 komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca tulisan di atas, silakan berikan tanggapan/ komentar/ inspirasimu di bawah sini :