Sebaik-baik guru, adalah rangkaian kisah dari sebuah pengalaman
Sepeda adalah barang/benda paling setia yang menemaniku setiap melakukan perjalanan spiritual mencari ilmu saat masa masa SMA walaupun aku sudah menggunakannya sejak masa SMP tetapi aku hanya akan bercerita saat masa SMA saja. Hampir setiap hari, Aku dan sepedaku akan selalu bersama melaju di bawah terik mentari yang menyengat. Karena berangkat pagi jam 7 ke arah timu dan pulangnya jam 2 siang ke arah barat dimana bumi sedang mengalami titik terpanasnya. Kedua arah
Perlu dijelaskan sebelumnya bahwa gambaran jalan tempat aku melaju untuk sampai ke sekolah tidaklah terlalu panjang/jauh jaraknya, hanya saja, jalanan itu terbagi menjadi tiga,petama adalah jalan dari desa menuju ke jalan yang melewati sawah, dari jalanyang melewati sawah menuju jalan aspal yang halus, dan dari jalan aspal menujujalan yang menuju ke sekolah serta jalan yang menuju kesekolah menuju kesekolah.
Jalan yang berasaal dari arah desaku akan melewati jalan yang di sawah, jalan tersebut adalah jalan yang kurang nyaman untuk dinikmati karena terbuat dari tanah liat dan kerikil serta lumayan panjang jaraknya menuju jalan yang beraspal, sehingga konsekuensi pasti adalah akan berpengaruh pada waktu tempuh yang akan banyak tersita untuk melewati jalan tersebut. Karena mutlak sepeda tidak bisa dipakai, disamping becek juga akan ada banyak lumpur yang melekat diban sepeda. Kadang jika di paksakan hanya akan membuat sepeda macet karena sela-sela diantara ban sepeda dengan besi penyangga ban akan terisi penuh oleh tanah liat, dampak lain adalah sepeda menjadi kotor.
Sepatu juga pasti kotor meski sebelumnya telah di cuci, kadang juga terkenacipratan lumpur yang mengenai baju, kalau sudah begitu langkah terbaik adalah sepeda harus di angkat (hehehe kaya super hero), supaya tidak melewati jalan lumpur yang cukup panjang itu. pernah waktu itu jalanan becek dan pas melewatinya pada saat pulang sekolah di mana matahari tepat di atas kepala, terasa banget panasnya mentari yang menyengat sambil mengangkat sepeda supaya ban-nya aman dari sentuhan lumpur yang menempel di ban, karena waktu itu meski sudah siang tanah becek masih tetep becek dan susah keringnya, kalau kejadian yang sama terjadi ketika berangkat maka langkahnya pun akan sama, sepeda harus di angkat nanti kalau sudah sampai di penghujung jalan yang menghubungkan jalan lumpur ke jalan yang beraspal, maka barulah disitu aku akan mencuci atau lebih tepatnya membersihkan kotoran lumpur yang melekat di sepeda, biasanya aku akan membersihkan sepeda dan sepatu yang kotor itu di sebuah rumah di pinggir perbatasan jalan lumpur dan jalan aspal, di rumah yang ada penggilingan padinya, orang sekitar daerah kumenyebutnya “penggiling padi Trisno” karena penggiling padi itu adalah milik bapak sutrisno, saudagar kaya di daerahku waktu itu.
Setelah sepeda dan sepatu di bersihkan, maka selanjutnya saya akan tetap merasa sedikit kurang percaya diri,karena baju osis putih abu-abu yang aku kenakan telah kotor karena waktu melewati di sepanjang jalan yang berlumpur itu, bajuku juga terkena cipratan lumpur, meski tidak banyak tetapi lumayan mengganggu mata yang memandang, belum lagi kalau rantainya lepas, satu musibah lagi adalah tangan akan berwarna hitam agak keminyak-minyakan karena terkena oli rantai sepeda. tetapi abaikan masalah itu, semua demi mimpi dan cita-cita, aku akan tetap melaju di jalan yang beraspal di penghujung jalan lumur itu, aku akan bersepeda sendirian, karena pada saat itu sebagian besar teman sudah memakai sepeda motor, dan pasti aku bisa menebaknya akan ada teman yang menyapaku di jalan karena dia memakai motor menyalipku yang sedang memakai sepeda. Sebenarnya ada keinginan seperti mereka, yaitu memiliki sepeda motor untuk berangkat sekolah seperti teman yang lainnya tetapi bagiku bisa memakai sepeda juga sudah sangat bersyukur meski hanya di pinjami, karena sepeda itu juga bukan punyaku, melainkan punya paman, yang dipinjamkan ke aku,jangan bermimpi pakai sepeda motor, karena sepeda motor adalah barang yang belum perlu dimimpikan saat itu.
Seperti yang aku katakan di atas bahwa sepeda yang aku pakai bukanlah punya ku, melainkan punya paman yang dipinjamkan ke aku, karena keluarga paman simpati dengan semangatku mencari Ilmu, pernah sebelum dapat pinjaman sepeda dari paman. Tepatnya saat menjelang pembukaan pendaftaraan Sekolah Menengah Atas atau SMA. Aku kebingungan ketika mau lanjut SMA terutama dalam hal support financial/ biaya dan kendaraan utuk berangkat sehari-hari. Karena disamping sulit membayar uang gedung yang waktu itu sebesar Rp.675.000.
Rutinitas merawat tanaman Bawang Merah dan bersekolah menjadi kegiatan sehari-hari selama musim panen belum tiba, kadang terasa berat juga, ketika pagi berangkat sekolah kepanasan atau kehujanan, berfikir di sekolah tentang pelajaran disekolah sampai membuat otak merasa lelah, belum lagi pulangnya juga akan terbakar matahari serta dilanjut dengan menyiram tanaman bawang lagi samapai selesai yang sudah menjadi kewajiban kontrak sampai panen. Aku sangat bersyukur karena alhamdulilah masih bisa merasakan sekolah, karena aku termasuk dari keluarga yang sederhana yangberusaha ingin mengubah hidup minimal dengan pendidikan yang aku tekuni, masa-masa awal sekolahpun menjadi indah dengan aktivitas merawat tanaman bawang merah.
Kebahagianpun aku dapatkan ketika mendapatkan upah sebesar Rp.300.000;- dari Bapak Haji Kurdi sebagai upah kerja selama 2 bulan memilahara tanaman Bawang Beliau,bahagia juga karena tanaman bawang merah yang aku dan kakaku rawat ternyata telah panen berlimpah ruah, dan hasil panennya juga bagus dengan ukuran siung bawang merah yang besar-besar, akan tetapi beberapa saat kemudian kebahagiaan itu berangsur berubah menjadi sebuah kebingungan, karena saat musim panen tiba, berarti secara otomatis kontrak sepeda yang aku pinjam akan di ambil alih oleh yang punya sepeda yang tidak lain adalah Kyai Haji Kurdi, waktu itu sempat berharap bapak Kyai haji kurdi supaya jangan datang kerumah, karena aku tau pasti sepeda yang aku pinjam akan di ambil alih, selang beberapa hari, karena memang sepeda itu bukan hak ku maka sepeda tersebutpuna di ambil oleh yang memilikinya, kata beliau sepeda itu mau dipakai buat olah raga setiap hari.
Setelah sepedab di ambil, aku pun mulai gusar dan bingung memikirkan nasibku kedepannya, beberapa hari aku berangkat ke sekolah dengan jalan kaki dilanjut sesekali naik angkot, jalanya lumayan jauh untuk sampai ke jalan yang beraspal. Jadi harus lebih pagi. Sebenarnya pernah ada keinginan untuk meminta di belikan sepeda, tetapi ada rasa tidak tega, jadi aku menunggu rejeki saja, karena masih ingat naik angkot waktu itu sekitar 700 rupiah sekali jalan padahal uang sakuku cuma 1000 perak itupun kadang saku kadang tidak, kalau akau pakai uang saku itu buat bayar angkot hampir dapat di pastikan tidak bisa pulang pakai angkot lagi karena uang saku paling akan sisa 300 perak, jadi terpaksa jalan kaki atau kalau lagi beruntung ada teman sekolah yang berkenan mengantarkan pulang sampai kerumah, Saya yakin Allah pasti akan menolong hamba yang mencari ilmu di jalan-Nya, dan seminggu kemudianpun aku dapat kabar baik dari paman yang katanya mau meminjamkan sepedanya ke aku untukkeperluan sekolah.
Selanjutnya Spiritual mencari Ilmu di SMA pun aku jalani denganpenuh rasa syukur dalam segala bentuk kesederhanaan. Karena semuanya telah membuat aku menjadi sangat semangat, apalagidengan memakai sepeda, di bawah terikpagi dan sore yang membuat kulit menjadi hitam legam di jalan yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah, membuat aku selalu ingin semangat bersekolah sampai menjadi orang yang berhasil, samppai menjadi orang yang benar-benar mampu berkarya tidak cuma untuk diri sendiri tetapi juga untuk umat manusia yang lainya, dan paradoks yang ingin aku buat adalah supaya sepeda yang aku kendarai waktu SMA dulu meskipun itu bukan punyaku, kelak akan menjadi mobil mewah yang memiliki fungsi sebagai pendukung dalam segala hal yang baik. Bagiku mencari ilmu adalah lebih dari sebuah ibadah, lebih dari sebuah keinginan besar dalam diri ini melainkan di atas itu semua ia adalah kebutuhan untuk menjawab pertanyaan zaman dan tantangan zaman demi terciptanya serangkaian perwujudan mimpi supaya mudah untuk berbagi.
minta doanya, aaminn
Semangat :)
0 komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca tulisan di atas, silakan berikan tanggapan/ komentar/ inspirasimu di bawah sini :