Dibawah temaram lampu di sebuah kamar dan buaian denyar-denyar angin diluar
yang menerpa dedaunan ditemani rericik suara jangkrik yang bershimponi
seperti bisikan alam riuh rendah, masih bersahaja dengan cengkerama bintang
gemintangdi langit malam yang seolah tetap saja masih belum menyerah melihat
lebam perasaanku, ia terus menggagaskan sebuah rumusan perasaan yang
terus meneriakiku tiada henti, ia adalah perasaan gelisah. beginilah ketika
diri sedang berhadapan dengan sebuah CINTA dari Allah melalui ujian-Nya semua
harus di hadapi dengan sabar.
Terkadang seolah semua ingin aku putar kembali, seandainya kisah ini serupa
piringan hitam sebuah film tentang hidup, maka ingin aku rewind/ putar kembali
dan aku perbaiki semua yang telah terlewat, tapi tak ada sedikitpun
manfaat
dari bibit penyesalan yang tersebar dan menjalar dihati, khawatir dan takut ia
tumbuhmenjadi benih benih ingkar dari nikmat-Nya.
Gelisahitu sontak membuat ingatanku terseret pada sebuah kerumun di sebuah
majlis Ilmu sangat dulu sekali sekitar tahun 2010-an awal pertama kakiku
menginjakan langkah di bumi Purwokerto dalam sebuah ikhtiar spiritual mencari
Ilmu, di sudut ruang fikirku, ingatanku seperti
menaruhku pada posisi
disebuah balai, sebuah tempat untuk musyawah, pada ingatanku ia berada dalam
aruswaktu di sebuah sore sekitar pukul 16.00 WIB dengan suasana sore yang
cerah, aku duduk di balai tu dengan fokus yang masih stabil untuk
mendengarkan getar-getar dari isi sebuah tausiyah, tausiyah itu di isi
oleh orang yang wajar disebut berilmu atau orang menyebutnyad engan sebutan
Ustadz.
Isi dari tausiyah itu begitu renyah terdengar, jelas dan merembas kedalam hati,
banyak pemahaman yang mencerahkan sisi gelap fikiranku, dan itu sangat
membantuku dalam membangun sebuah pandangan baru tentang bagaimana melihat
hidup dari yang seharusnya yaitu dari sudut pandang bersyukur.
Ada hal menarik yang aku dengar dari isi tausiyah itu, setelah
berbincang-bincang tentang pentingnya bersyukur tentang hidup beliau juga
menjelaskan tentang arti pentingnya bersyukur tehadap waktu yang di berikan
oleh Allah, tentang pentingnya sebuah waktu yang dimanfaatkan dengan sepenuh
hati untuk sebuah kemashlahatan dan hari-hari berkualitas yang berarti,.
Beliau
mulai bercerita tentang sebuah kisah, beliau bilang begini ; ada sebuah makam
di sebuah negeri yang tepat di atas makam itu terdapat sebuah kertas berisi
tulisan, yang kata beberapa orang sekitar merupakan kata - kata terkahir
dari almarhum, ia begitu fenomenal.
tulisan itu berbunyi kurang lebih begini
Aku
Ingin mengubah dunia ini, Ingin sekali, tetapi sudah terlambatseharusnya aku
mengubah negaraku sebelum mengubah dunia, Mengubah negaraku punsudah terlambat,
karena seharusnya aku mengubah masyarakatku, dan itupun tidakmungkin karena
seharusnya aku mengubah dari keluargaku dahulu sebelum mengubahmasyarakatku,
tapi aku juga sadar itu merupakan hal yang sudah tidak mungkinkarena yang harus
aku rubah adalah keluargaku dahulu sebelum mengubahmasyarakat, tapi sudah terlambat
seharusnya aku mulai merubah dari dirikusebelum mengubah keluargaku, tapi aku
sadar semuanya sudah terlambat karena akusudah MATI, seharusnya aku lakukan
perubahan itu dari diri sendiri kemudiankeluarga kemudian berlanjut mengubah
tatanan masyarakat menuju perubahannegaraku baru kemudian aku rubah dunia ini .
Segalanya berawal dari lecutan titik tindakan paling awal, yaitu tubuh kita
sendiri sebagai aktor perubahan untuk yang pertama kali karena disadari atau
tidak tubuh kita bukanlah sekedar tulang yang dibalut oleh segumapl daging tapi
ia penuh daya mengubah dunia.
Kisah dari ingatanku tentang ke-ikut sertaanku dalam sebuah majlis ilmu pada
tahun 2010-an tadi, benar-benar membuat aku semakin bersyukur, bahwa aku belum
terlambat untuk melakukan perubahan yang paling awal yaitu melakukan perubahan
pada diri sendiri terlebih dahulu, Aku meyakini bahwa kesempatan akan selalu
ada bagi siapa saja yang mempercayai bahwa kehadiranya adalah anugrah yang
tidak boleh disia-siakan.
Sekali lagi mengingatkan bahwa pemuda adalah mereka yang mampu menciptakan
perubahan-perubahan besar dengan jumlah yang tidak selalu harus besar. dan
kemauan merubah diri adalah faktor terpenting dari perwujudan perubahan itu
sendiri.
Sang
Pembelajar
0 komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca tulisan di atas, silakan berikan tanggapan/ komentar/ inspirasimu di bawah sini :