My dear diary, semua tulisan ini adalah seonggok perasaan terbuang yang ingin aku taruh dalam sangkar hati.
Diaryku, Aku ingin menuliskan sesuatu, ingin menulis cecaran ini, aku
ingin meneriakan ini, walau aku terbiasa bungkam dengan muak yang
kutahan.
Sebenarnya aku masih bingung harus aku mulai dari mana tulisan ini.
Tapi lagi lagi aku hanya bisa berbicara dengan keaadaan yang akan
seperti ini terus , hal yang terlalu menguras dan akan terus
menyudutkanku terus.
- Aku sadar, siapa diriku sebenarnya, aku terlahir dengan geliat semangat maju yang besar seperti tuhan yang yang senantiasa menganggap mahluknya, aku pun demikiaan seperti “raga” yang sadar dengan “jiwa” seperti hati yang sadar dengan “perasaan”, aku tidak bermaksud “gila” dengan membandingkan diriku dengan tuhan, tapi ini lah kesempatan yang bisa aku lakukan untuk senantiasa bisa menumbuhkan mental keberanianku.
Lagi lagi aku tampak seperti manusia congkak dan segala perbendaharaan buruknya, aku tampak seperti orang yang tinggi hatinya, tapi sadarkah kau hai jiwa jiwa yang hidup ketika melihat aku penuh dengan keramahan menyapamu? Dengan penuh senyum menayanjungmu yang baru hadir? Dengan hati “sumringah” menepuk pundakmu lantas menanyakan kabarmu “bagaimana kabarmu hari ini?”. Apakah aku masih terlihat congkak?
Padahal di balik hati yang mungkin sempat kau anggap buruk ini selalu ada niatan untuk memperbaikinya, tetapai bahasaku belum mampu menyatakanya, bahasa tubuhku, bahasa perasaaanku belum mampu membuatnya benar-benar membuktikan bahwa aku benar benar ingin memperbaikinya.
- Wahai kau makhluk yang suka meredahkanku, bagaimanakah perasanmu setelah mata mu dengan bangga melihatku sebelah mata? Menganggap segala kekuranganku sebagai kehinaan? Sebagai sesuatu yang “nikmat” untuk kau cemoohkan, sebagai sesuatu yang bisa membuatmu puas setelah kau manertawakanya. Aku sekarang bertanya apakah kau juga mau merasaan hal yang sama seperti yang aku rasakan jika seandaianya “sesuatu yang tak pernah kau harapkan ada” entah itu kekurangan, kebiasaan yang tak normal, kebiasaan yang buruk yang semua itu ternyata membuatmu “di cemoohkan, di hina, di permainkan, di tertawakan dan sebagainya”. Jika menghormati seseorang adalah dilihat dari prestasi, uang yang banyak, kecerdaan, kehebatan dan lain sebagianya yang aku tak punya, bolehkah aku mengajakmu untuk mellihatku dari sisi lainya, jangan selalu dari sudut pandang ini.
- Wahai kau mahluk yang menaruh hati padaku, menaruh perasaan cinta dan simpati serta segala perbendahaaranya aku ucapkan terima kasih, karena telah menaruh perhatiaan dengan mendengarkan semua kesahku, telah dengan bahagia menyapaku yang baru turun dari kendaraan, telah dengan begitu perhatian menanyakan “bagaiman kabarmu,ndi hari ini? ” selalu menyemangatiku dalam sudut pandang yang menginspirasi, memberi pengertian dengan begitu sabar. semoga tuhan membalas semua cinta dan kasih sayangmu, aku kembali mengingatkan supaya tidak kecewa nantinya, aku bukanlah makhluk yang sempurna, bukan makhluk yang akan selalu baik seperti yang kau lihat saat ini, aku bisa saja menjadi buruk sewaktu-waktu. Karena aku sadar dengan kekurangan yang melekat pada diriku. Semoga yang kau berikan entah itu cinta, kasih sayang dan segalanya itu adalah Ikhlas karena Allah, kau hanya bisa berharap kebaikan pada Allah tuhan yang esa, karena kebaikan yang terlihat ini semata-mata karena allah sayang sama aku sehingga allah menutupi semua aibku, aku cuma bisa berbisik dengan hati yang teguh “ Jika kau bisa menerima kelebihanku, maka terimalah kekuranganku ini ”
- Wahai makhluk yang acuh dengan keberadaanku, aku bingung harus mengatakan apa karena aku ragu ini akan tersampaikan padamu atau tidak, yang aku inginkan aku bisa menjadi sahabat terbaikmu, menjadi bagian yang mencintaimu dengan tulus, aku sungguh tak punya keteladaan yang bisa aku persembahkan untuk menarik perhatiaanmu tapi aku punya ketulusan yang bisa aku berikan. itulah harapan yang aku tumbuhkan, bukanlah aku yang berharap dicinta dan disayang olehmu, tapi sebesar usahaku mencintaimulah yang membuatku merasa benar dan yakin jika aku layak untuk dicintai olehmu. Aku tau dengan yakin keacuhanmu padaku adalah karena aku tak mengenalmu, kau tak mengenalku, atau karena aku yang tak ingin sama sekali mengenalmu pun sebaliknya, rangkaian kalimat itu mungkin terlalu panjang untuk di tulis, tapi itulah yang bisa aku hadirkan. Untuk kau yang acuh dengan keberaadaanku, aku ingin sekali menghadirkan hati dan menjadikanmu sahabat karib, relasi, kekasih, orang tua dan orang dekat yang bisa aku beri perhatian tulus, aku ingin melebarkan sayap silaturahmiku dengan mu, yang aku yakini itu akan beradampak baik pada kehidupanku sebagai makhluk sosial, pun juga sebaliknya untukmu.
Semua yang kutulis adalah pancaran jelas dari kebodohan yang ingin aku coba untuk memperbaikinya. Karena aku cuma pembelajar yang sibuk mencari perbaikan, tegurlah aku jika aku salah.
0 komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca tulisan di atas, silakan berikan tanggapan/ komentar/ inspirasimu di bawah sini :