Tulisan ini merupakan ungkapan
dari bahasa diamku, berupa tulisan yang merekam,
hampir seperti fikiran merenung. Ia berkelebat tak tentu arah, menggalih-galih bongkahan
pengalaman, menggalih dan mencari butiran kenangan yang bertebaran dimana-mana,
seperti puzzle yang bisa merangkai atau serupa Mozaik kaca yang berderai. Ia berujar pada satu
makna akan suatu masa atau moment.
Moment itu merangkai menjadi 1
bejana utuh untuk mengingat, membuat aku terjerembab pada suatu keadaan ---
lebih tepatnya "sedih " , sedih ketika tadi pagi mendengar keadaan
dik Ayi, seorang sahabat yang sudah seperti adik sendiri di Forum Indonesia
Muda (FIM). Sekarang ia sedang sakit dan baru tadi pagi menjalani operasi untuk
mengobati sakitnya. Maka dari itu aku ingin memposting sebuah catatan dari
(buku) diary ku tentangnya ketika bersama –sama dengan sahabat yang lain ( Mas
Afifi dan Mas Bintang) saat liburan ke Jogjakarta.
Ada 2 Episode, yaitu episode 1
yang di tulis pada tanggal 31 Desember 2013 dan Episode 2 yang di tulis pada
tanggal 1 Januari 2014
(Tulisan ini di salin dari buku
Diary tahun 2013 dan awal 2014, Untuk Dik ayi semoga cepat sembuh aamiiinn :D )
Episode 1 . Selasa, 31 Desember
2014. Pukul 07:36 WIB di Gamping , Ring Road Jogjakarta (Di Rumah Kontrakan Mas
Afif).
“ Sekali lagi dik Ayi, bukan
malam pergantian tahun baru yang kami tunggu tetapi moment kebersamaan kitalah
yang menjadi prioritas utama “
~Sang Pembelajar~
Tergilitik rasanya menemukan
beberapa isi pesan di kotak masuk Whats App dan SmS ketika aku buka aplikasi Go
SMS di Galaxi Mini 2 ku. Tidak ada yang wah memang, namun isinya lumayan kocak,
jujur aku sebenarnya kasian juga membaca isi pesan itu. Entah apakah itu yang
dinamakan dengan rasa khawatir atau phobia yang berlebihan pada suatu keadaan yang
belum pernah terjadi. Lebih tepatnya cemas tingkat akut.
Jadi begini kawan, beberapa hari
yang lalu ada berita duka cita tentang meninggalnya vokalis group nasyid
Edcoustic : Kang Aden di Twitternya @adenlife sempat muncul tweet dari almarhum beliau semasa hidup yang
update pada pukul 17:37 WIB 28 Desember 2013 dari mampang Prapatan Jakarta
Selatan. Itu data aku ambil dari salah satu capture photo yang aku ambil dari Group Whats App “ Keluarga FIM15 ”. (Forum Indonesia Muda angkatan ke - 15)
Berita itu sempat membuat salah
seorang sahabat yang kece badai --- yang pertama aku temui sejak mengikuti
serangkaian acara Forum Indonesia di Cibubur, merasa gelisah kurang lebih
begitu. Aku juga bingung apa gerangan yang membuatnya gelisah. Nanti aku cari
tahu.
Just For your information, Sahabtku ini berasal dari kota Palembang yang sekarang
sedang menempuh pendidikan di STKIP Surya. Kalau boleh aku sebutkan Nama
aslinya adalah Hastuti, sebut saja Ayi, begitulah orang-orang biasa
menyebutnya. Karena dia usianya masih sangat muda lebih tepatnya aku anggap
sebagai adiku sendiri jadi aku panggil dia dengan panggilan Dik atau adik
kebiasaan #maksa dengan panggilan Dik Ayi.
Kembali ke pembicaraan awal soal
kecemasan dik Ayi ini, dari informasi yang tersebar di Whats app itu aku menemukan ada semacam gejala cemas atau khawatir atau
lebih tepatnya Paranoid yang membuat dik Ayi kurang tenang. Rasa kurang tenang
itu telah mencemari fikiranya yang awalnya telah mantap berencana berkunjung ke
kota Jogjakarta untuk liburan. Liburan akhir tahun lebih tepatnya. Hampir Saja
batal.
“Kak Andi, Waktu di group Whats
app FIM 15 aku pernah bilang “Insya allah kalau tahun depan masih hidup”, kok
aku jadi kepikiran terus ya kalimat itu” . itu isi pesan masuk yang aku terima
dari Dik Ayi yang saat itu paranoid di ujung sana (Masih di Jakarta).
Mungkin dia sangat khawatir jika dia benar-benar tidak bertemu dengan tahun 2014.
Karena saat itu memang masih tanggal 31 Desember 2013.
Memang terkadang ada kondisi
dimana diri kita terlalu banyak tersita perhatiannya oleh keadaan lingkungan,
keadaan ingatan kita tentang suatu hal yang pernah terucap atau sebagainya.
Seperti dalam hal ini, dik Ayi merasa sangat terganggu secara psikologis ( Sok
tau ) karena dulu pernah bilang “Insya allah kalau tahun depan masih hidup”.
Kalimat itu memninggalkan kesan seolah ada rasa ragu kalu usia kita bisa sampai
pada tahun depannya, yaitu tahun 2014, aku mengetik ini Hari ini Selasa tanggal
31 Desember 2013 (Sekali lagi soal usia hanya Allah yang tahu).
Semua nya telah mempengaruhi
keadaan psikis dik ayi, aku juga berharap tidak akan terjadi sesuatu
dengan dik Ayi ini, (dia sudah aku anggap seperti adik sendiri) sehingga dia
setengah ragu untuk melakukan perjalanan ke kota Jogjakarta untuk liburan bersama
teman-teman alumni FIM (Forum Indonesia Muda). Semua telah di rencanakan
bersama Mas Afif Pratama dari UMY , Mas Bintang dari ITS Surabaya dan Aku (Andi
Yanto) dari UNSOED Purwokerto. Kami semua berharap bisa bertemu bersama untuk
berbagi kebahagiaan. Lebih tepat berbagi kebahagiaan liburan tahun baru di
Jogjakarta.
Sepertinya dik ayi benar-benar
membatalkan tentang liburanya ke Jogjakarta. Aku benar-benar sedikit kecewa
waktu itu karena Mas Bintang yang jauh-jauh dari Surabaya sedang dalam
perjalanan menuju ke Jogjakarta, kalau sampai dik Ayi tidak jadi datang berarti
secara langsung kebahagiaan kami akan berkurang, setidaknya itu yang aku
rasakan. Benar –benar ngarep banget dik Ayi bisa dateng.
Singkatnya cerita. Aku lupa
apakah dik ayi memutuskan jadi akan pergi ke Jogja atau tidak, namun hal yang
membuatku bahagia dan sedikit terkejut adalah ketika aku membuka facebook di
handphone, aku tersenyum-senyum sendiri di depan layar Samsung Galaxi Mini 2
ku.
” Kak Andi Yanto , Kak Bintang
Wahyu Syah pokoknya kalian harus denger cerita perjuangan saya ke Jogja.” Di
facebook; namaku dan nama Mas Bintang tercetak tebal warna biru karena telah
di- Tag di status yang dia update.
Itu adalah hasil keputusan dik
ayi, yang ternyata akhirnya dia memutuskan untuk fixed liburannya ke Jogjakarta. Hal itu
sekaligus membuat aku dan Mas Afif serta Mas Bintang merasa bahagia tiada
terperi, karena sedikit lagi rencana liburan dan jalan-jalan ke Borobudur
bersama alumni FIM 15 di tahun baru akan terlaksana. #Ya Allah semoga lancar
aamiin.
*********“
Awalnya aku kaget saat mendengar
kalau dik Ayi ternyata terlambat. Aku membaca pesan Whats app darinya di
handphone ku. Yang isi nya memberitahu-kan kalau ternyata dik ayi terlambat
datang. Entah itu benar atau tidak tentang hal itu. Aku langsung mencoba
mengiriminya pesan Whats App ke dia.
“Dik Ayi, kabari secara berkala
setiap ada stasiun supaya ketika sudah sampai, kita semua tahu kondisi disana
seperti apa, jangan lupa sebelum bernagkat sarapan dulu dik ayi”
Jawab :
Lagi bergerak dengan waktu kak,
aku berangkatnya kesiangan kk. Kalau missal ketinggalan kereta itu biasanya ada
kereta tambahan apa ga yah?
Aku terkejut membaca pesan Whats App tersebut, aku menerka-nerka apakah dik ayi telah ketinggalan
kereta api? Dari pesan Whats App nya sedikit beda karena aku udah cukup
mengenalnya, aku pun langsung bergegas membalas pesan Whats App tersebut.
“Ga, dik ayi, ga mungkin dapat
ticket kereta tambahan, tapi dik Ayi harus beli tiket yang baru ya dik.
Semangat :) .”
Dik ayi langsung membalas.
“Ok That`s the risk” 08:54 am
Aku bingung, kenapa malah balas Whats App nya sperti itu, namun dari situ aku seperti mendapatkan gambaran
jelas dari kondisi dik ayi disana – dugaan ku 95 % dik Ayi terlambat sudah terlihat, lantas aku
segera bertanya padanya
“Dik Ayi sudah berada dimana?
Kapan keretanya berangkat?” 08:55 am
Pertanyaan ini muncul karena aku
yang masih bingung kenapa jam segini dik ayi malah belum berangkat, padahal sudah
seharusnya sejak tadi pagi, aku berfikir apakah ada sesuatu terjadi disana,
kekhawatiran yang tak menentu karena tidak seharusnya jam 08:55 pagi kereta belum berangkat.
Kemudian Hp - ku berbunyi lagi, tanda ada pesan Whats app yang
masuk.
“Masih di stasiun Jakarta kak, nanti malam keretanya baru berangkat” 08:56 am.
Aku pun makin yakin kalau dik ayi
telah tertinggal kereta api, namun untuk meyakinkan itu, aku langsung
memastikannya dengan bertanya langsung.
“Maksudnya gimana, dik Ayi?”
08:56 am
Seketika itu hp pun langsung
berbunyi lagi, sungguh respon yang cepat.
“Ya begitulah, kak. Nanti saya
ceritakan” 08:57 am
Aku pun semakin penasaran , aku
pastikan lagi dengan bertanya lebih lanjut.
“Dik Ayi, dari Jakarta sampai di
Jogja sampai jam berapa dik?” 08:58 am
“Dini Hari,kak. Pukul 03: 28 WIB”
09:06 am
Aku langsung yakin kalau dik ayi
benar-benar telah ketinggalan kereta. Fixed, she was late . Aku ikut merasakan kesedihan
ini, maksudnya bukan hal ini perlu untuk di ratapi melainkan aku ikut merasa
simpati kepada dik ayi -- yang pasti bisa jadi dia sedang sangat kecewa karena
terlambat dan ini adalah kali pertama dia membeli ticket kereta api seumur
hidupnya, dan kali pertama pula dia ketinggalan kereta , yang berarti harus di
ganti dengan membeli tiket baru lagi. Otomatis, pengeluaran harus di tambah
lagi. Pemasukan jadi berkurang. Semangat dik Ayi.
Aku juga tidak tahu di stasiun
mana ia akan turun karena aku tak sempat bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan kereta Api saat
itu. Cukuplah ini menjadi pengalaman buat dik Ayi (dan tentunya juga pelajaran
buat aku yang tahu hal ini). Namun dikarenakan aku lupa tidak bertanya tentang
nama stasiun dik ayi akan turun, membuat aku dan Mas bintang dan Mas Afif
bingung untuk melakukan penjemputan.
Memang ini sangat sederhana,
namun kami menilai moment ini adalah moment special, karena besok adalah moment
tahun baru, ya benar sekali besok nya kami rencanakan untuk kebersamaan momentum pergantian tahun
baru, memang sih kalau dari aku sendiri bukan typical orang yang suka merayakan malam
pergantian tahun dengan euphoria, Menyalakan petasan atau
membunyikan terompet keras-keras di penghujung pergantian tahun. Semua di
pertimbangkan sematang mungkin untuk sebuah moment kebersamaan : Merajut
kembali benang -benang tali silaturahim.
Satu hal entang liburan ini,
jujur saja kalau aku lebih mencari momentum kebersamaannya. Karena acara kumpul alumni FIM - 15 ini di adakan bukan sebuah
kebetulan, melainkan memang sudah direncanakan oleh inisiator yang terlibat langsung yaitu mas Bintang
Wahyu Syah (beliau adalah mahasiswa ITS Surabaya angkatan 2010. ) Dia menggagas
pertemuan ini sejak jauh-jauh hari. Dialah inisiator dibalik rencana kumpul
bareng Alumni FIM 15 ini. Dan karena mas Bintang yang merencanakan ini, maka
jangan heran kalau hal ini juga berpengaruh langsung dengan Dik Ayi, yaitu ada
semacam janji untuk bertemu kembali sebagai bagian keluarga FIM 15 karena dulu
Aku dan Mas Bintang serta Ayi adalah teman satu kelompok waktu mengikuti
Training di Forum Indonesia Muda angkatan 15. # Reuni terselubung satu kelompok
heheheh : D
*****
Tunggu saja dik Ayi di Stasiun
yang ada di Jogjakarta, kami bertiga (Mas Afif, Mas Bintang dan Aku) akan
menjemput kamu pada saat yang telah kita semua sepakati. Mungkin kami masih
belum tahu tentang di stasiun mana dik ayi akan kami jemput tetapi berdasarkan
asumsi kami sepertinya dik Ayi akan turun di stasiun Tugu, karena suasana
menjelang tahun baru biasanya tiket banyak yang habis terutama untuk kelas
Ekonomi, kecuali tiket kereta api kelas bisnis dan eksekutif yang biasaya tidak
se-laris tiket kelas ekonomi, sedangkan seperti kita ketahui bahwa di Jogja
kalau stasiun untuk kelas bisnis dan eksekutif itu ada di stasiun Tugu.
Demikian pertimbangan sederhana namun pasti hehehe :D
Kawan. Tadi, kan ceritanya lagi mellow tuch, jadi aku buat ceritanya sedemikian rupa, saat dik Ayi bilang
bahwa dia akan sampai di Jogjakarta sekitar Pukul 03:28 WIB dini hari pada
tanggal 1 Januari 2014.
Tunggu kami, menjemput kamu ya,
tetep semangat insya allah , allah senantiasa memberi keselamatan untuk
hambanya yang selalu berdoa pada-Nya.Sekali lagi dik Ayi, bukan malam
pergantian tahun baru yang kami tunggu tetapi moment kebersamaan kitalah yang
menjadi prioritas utama, jadi tidak masalah mau sampai di Jogjakarta tanggal 1 Januari
2014. Atau kapan pun yang penting kamu datang kesini bersama kami. Itu yang
kami harapkan. J
·
Episode 2. Di catat pada Rabu, 1 Januari 2014. Pukul 22:36 WIB di
Gamping , Ring Road Jogjakarta (Di Rumah Kontrakan Mas Afif).
Di Kamar Bang Afif, Kami bertiga
( mas Afif, mas Bintang, dan aku ) terbangun sekitar pukul 03:15 WIB setelah
lelah jalan-jalan di Sekaten Jogjakarta, dilanjutkan mengikuti Agenda The 20th Jogja Islamic Book Fair 2013 Yogyakarta sekalian temu
kangen dengan anggota komunitas ODOJ (One Day One Juz) bersama ustadz Syatory
Abdurouf di gedung GOR (Gelanggang Olah Raga) Universitas Negeri Yogyakarta.
Kami masing-masing pergi ke kamar mandi mengambil Wudlu untuk menunaikan ibadah Sholat sunah yang sangat di
anjurkan ; Tahajud. Setelah itu aku mengingatkan kembali kepada Mas Bintang dan
Mas Afif untuk menjemput dik Ayi (Pada saat malam tahun baru, Dik Ayi, belum sampai di
Jogja alias masih di dalam perjalanan menuju jogja, sehingga malam tahun baru
kami isi dengan mengunjungi Agenda The 20th Jogja Islamic Book Fair
2013 Yogyakarta sekalian temu kangen dengan anggota komunitas ODOJ (One Day One
Juz) bersama ustadz Syatory Abdurouf di gedung GOR (Gelanggang Olah Raga)
Universitas Negeri Yogyakarta )
Kami sebelumnya sudah mendapatkan
informasi dari dik Ayi, bahwa kami di minta menjemput dia di stasiun yang dia
tidak menyebutkan di mana tepatnya, Namun spekulasi kami memutuskan untuk
menjemputnya di stasiun Tugu karena beberapa pertimbangan dari kereta yang dia
pakai yaitu kereta kelas Bisnis. Meskipun sebelumnya dik Ayi belum sempat
memberi tahu tentang hal ini tetapi kami yakin bahwa tempat turunnya kereta
yang di tumpangi oleh dik Ayi akan turun di stasiun Tugu, Jogjakarta. Kami
kesusahan menghubunginya karena HP yang dipakai dik Ayi non-active.
Sebelum kami berangkat, kami
kebingungan mencari motor dan helm yang akan kami gunakan untuk menjemput dik
Ayi. Kami bertiga ( Mas Bintang, Mas Afif dan aku ) sudah siap untuk menjemput,
namun sampai menjelang pukul 04:00 WIB pagi, kami belum mendapatkan kendaraan
juga, Namun akhirnya Mas Afif mendapatkan 1 sepeda motor lagi dan 3 helm untuk siap di pakai kami. Helm masih
kurang 1 lagi namun kata mas Afif kami akan memakai helm yang ada di tempat
teman beliau. Kami berangkat memakai sepeda motor. Aku memakai sepeda motor mas
Afif, sedangkan mas Afif memakai sepeda motor yang beliau pinjam. Sebelum kami
berangkat, aku memastikan membawa KTP. Kami segera melakukan perjalanan dan
meminjam 1 helm lagi untuk dipakai dik Ayi.
Dalam perjalanan, kami merasakan
udara pagi saat itu masih segar. Kami pun mampir dulu ke masjid untuk
mengerjakan Sholat Subuh berjamaah. Setelah mengerjakan sholat subuh, kami
bergegas menuju kearah stasiun Tugu, di Jogjakarta. Aku sempat mengirim dik Ayi
pesan yang intinya meminta untuk sabar menunggu, karena jujur saja, kami merasa
cemas, karena mengingat dik Ayi adalah perempuan yang sedang naik kereta Api untuk
pertama kalinya dalam hidupnya, di tambah lagi baru sampai di tempat tujuan di
jadwalkan sekitar pukul 03:28 WIB. Kami bertiga terlambat menjemputnya karena
sempat terhalang oleh keadaan saat mencari kendaraan untuk penjemputan.
Kami sampai di stasiun Tugu
sekitar pukul 04:32 WIB 1 Januari 2014. Setelah sampai, kami segera mencari
tempat parkir dan langsung mencari tau keberadaan dik Ayi. Handphone dik ayi masih saja non-active sehingga kami mengalami kesusahan untuk menghubunginya.
Sementara tak hilang akal, jalan satu-satunya adalah kami masuk kedalam stasiun
dan mencari tau keberadaan dik Ayi.
Setelah mas Afif, dan Mas bintang
mencari cara, akhirnya ada satu cara yaitu minta ijin ke bapak-bapak satpam
yang sedang bertugas untuk masuk ke stasiun, alasanya sederhana yaitu untuk
menjemput saudara/kerabat yang di dalam stasiun. Namun sempat di larang karena
selain orang yang memegang tiket, maka dilarang masuk ke stasiun. Kalau pun mau
jemput cukup di luar saja.
Aku bingung, Mas bintang bingung
dan Mas Afif juga bingung. Semua bingun mencari cara untuk masuk ke Stasiun.
Beberapa saat kemudian Mas afif bilang ke Bapak satpam bahwa pihak yang di
jemput handphone nya mati, sementara orangnya baru pertama kali naik kerata Api
dan pertama kali pula ke Jogjakarta sehingga harus di temui secara langsung di
dalam Stasiun.
Setelah meminta ijin kepada bapak
Satpam, akhirnya kami di ijinkan, dengan syarat menunjukan KTP, Mas Bintang dan
Mas Afif lupa tidak membawa KTP, sedangkan aku kebetulan sekali tadi pagi waktu
mau berangkat menyempatkan membawa KTP. Akhirnya Aku yang bisa di ijinkan masuk
ke dalam stasiun untuk mencari dik ayi. Awalnya susah untuk mencarinya karena
terbatasnya akses komunikasi. Hp Mati, namun kami tidak menyerah hingga sampai
pukul 05:20 WIB salah satu dari kamu di ijinkan masuk yaitu aku, alhamdulilah
aku berhasil bertemu dengan dik Ayi di dalam stasiun. Segera saja aku ajak
untuk keluar dari stasiun.
*********
Setelah kami Menjemput dik Ayi, langkah selanjutnya adalah eksekusi semua rencana yang sudah matang tersusun , yaitu Jalan-jalan ke
Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah. Kami berempat menuju tempat parkir dan
segera menyiapkan segalanya. Kami berangkat dengan perlengkapan yang sudah kami
siapkan. Satu hal yang membuat kami berempat tertawa adalah antara Mas Bintang
dan Dik Ayi, mereka berdua memakai jaket dengan model yang sama. Jadilah mereka
seperti adik dan kaka yang di pertemukan oleh nasib setelah dewasa ditambah
kompak dengan jaket yang kembar modelnya, mereka adalah korban bully-an kami di
hari kebahagian itu : Aku dan Mas Afif.
Kami melaju dengan kecepatan yang
tak waras, melesat-lesat bagai kilat, itu masih mending, kami seperti
kesetanan. Mengendarai motor serabutan. Jalanan di Jogajakarta pagi itu sangat
sepi sekali. Hanya kabut yang mengambang,
serta udara dingin yang menusuk tulang, udara masih bersih dan belum tercemar
oleh polusi sehingga membuat kami betah berkendara tanpa masker.
Perjalanan dari Stasiun Tugu
Jogjakarta menuju komplek Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah menempuh
waktu yang cukup lama, sebelumnya aku megira bahwa perjalananya tidak akan
selama itu.
Pukul 07:06 WIB kami berhenti di warung makan
untuk menikmati sarapan. Perut kami sudah bernyanyi-nyanyi pagi itu. Kamipun
sarapan dengan menu nasi pecel campur Ayam kecuali mas Bintang yang memilih
menu sesuai dengan seleranya yaitu, nasi Pecel dan telor dengan campuran cabe
dengan jumlah cabe terhitung banyak.
Sekitar pukul 07:30 WIB, kami melanjutkan ritual
perjalanan menuju candi Borobudur. Selang beberapa menit kami pun sampai di
depan pintu masuk menuju Candi Borobudur terlebih dahulu. Kami memarkirkan
sepeda motor kami. Baru setelah itu kami langsung menuju ke tempat pembelian
tiket masuk. Tiket Masuk di jual dengan harga sekitar 30 ribu perorang, waktu
itu pembelian di wakilkan satu orang yaitu mas Afif, sementara kami bertiga;
Aku , Dik Ayi dan Mas Bintang menunggu.
Setelah tiket sudah berada di
genggaman tangan, kami pun langsung masuk menuju kawasan Candi Borobudur.
Selama dalam perjalanan masuk, Aku mencoba-coba mencocokan ingatanku ketika aku
berkunjung ke candi borocodur 11 tahun yang lau, sekitar kelas 6 SD, ketika itu
aku mengikuti programstudy tour yang di adakan setiap kelas 6 SD usai ujian Nasional.
Aku menemukan banyak sekali
perbedaan yang ada. Mungkin sudut jangkauan pandangan ku waktu itu masih kecil
sehingga kalau melihat segala sesuatunya tampak besar sekali, namun sebenarnya
semua sama.
Kami berempat berjalan menuju ke
lantai atas di Candi Borobudur. Sebelum itu juga kami menyempatkan diri
berphoto bersama di depan papan petunjuk di candi Borobudur. Kami melanjutkan
dengan naik dari tahap demi tahap. Sekali lagi, ingatanku terbang pada saat SD
kelas 6 dulu, sewaktu masih kecil itu aku
merasakan undakan atau tangga yang menuju ke puncak Stupa paling atas itu
sangat tinggi, namun setelah sekarang aku melihat sungguh sangat biasa, tidak
terlalu besar. Aku terlalu asyik dengan ingatan masa kecilku. Mungkin itu
referensi minimal tentang pengalaman ke Borobudur selain hari ini.
Kami menelusuri Candi Borobudur
sesuai petunjuk yang di berikan oleh pihak pengelola tempat pariwisata. Yaitu
dari kanan ke kiri, searah jarum jam dan mencoba membaca relief yang tergambar
jelas di candi Borobudur. Aku termasuk salah seorang yang merasa tidak paham
dengan makna relief tersebut hanya bisa menikmati pemandangan dan reliefnya.
Kami berempat berphoto bersama,
serta dengan gokilnya mas Bintang meminta kami berempat untuk merekam sebuah
Lagu yel-yel kami yang booming di acara Forum Indonesia Muda (FIM) angkatan ke
15 yang diadakan di Cibubur, Wiladatika Jakarta pada tanggal 27 Oktober 2013- 3 November 2013 dengan kamera yang di pasang di sisi
salah satu candi Borobudur. Lagu yel-yel yang kami rekam
bersama, adalah “Pak Ijo” dan “Good Job” serta “Trek Jing”. Kami benar benar
merasa sudah hilang urat malunya. Kegokil-an kami semakin menjadi-jadi karena
mentang-mentang tidak banyak orang yang mengenal. Kami mengelinjang-menggelinjangan
kaya orang kesurupan.
Hal yang paling ektreme dan benar-benar challenge kami lakukan selanjutnya adalah, Syuting Video tentang lagu “Pak Ijo” yang sangat fenomenal di FIM 15,
karena bakal membuat orang yang melihatnya tertawa. Kami berinisiatif mengambil
gambar dengan backround Candi Brorobudur. Kami meminta tolong pada seseorang
untuk merekam kami berempat. Kami berusaha sekuat tenaga menahan malu sambil
menyanyi lagu yel-yel “Pa Ijo” yang fenomenal saat itu. Semua orang tersita perhatiannya
karena nyanyian dan tarian khas yel-yel “Pa Ijo”.
Kami menahan tawa, menahan malu
dan lupa kalau urat malu kami mungkin telah putus. Di Akhir tenyata orang yang kami
mintai tolong buat merekam kami salah pencet tombol, dia tidak merekam melainkan
di “pause” dan hanya merekam 4 detik menjelang akhir. Kebayang betapa kesalnya kami
telah menahan rasa malu seperti menahan kentut, di tambah menahan dari rasa
ingin tertawa. Bener-bener sial.
Seolah tidak mau gagal sia-sia,
kami berempat akhirnya menuju ke lokasi lain yang lebih rame, jika asumsi kami
tentang gagalnya perekaman video tadi adalah karena faktor gaptek alias gagap tekonologi. Maka karena belajar dari penyebab
tersebut, perekaman video selanjutnya adalah dengan cara meneyeleksi orang yang
akan kami mintai tolong yaitu orang yang faham tentang kamera. Kami mencari nya
dan akhirnya dapat. Kamipun memulai perekaman video tentang yel-yel “Pa Ijo” dengan background candi Borubudur. Kami pun sukses
dengan kegokilan yang tak kalah seru dari sebelumnya.
Inilah petualangan itu, inilah
liburan itu. Inilah kebersamaan kami, mencoba memupuk kebersamaan yang pernah
kami tanam namun sempat terabaikan karena faktor jarak, namun ketika kami
bersama, kebahagiaan, keceriaan selalu menjadi warna yang selalu sejuk untuk di
pandang. Selalu menjadi penyatu yang merekatkan. Untuk kita semua.
Untuk dik Ayi semoga cepat sembuh
ya, untuk yel-yel "Good - Joob" nya akan menjadi Masterpiece
kebangaan FIM (Forum Indonesia Muda ) angkatan 15 , sama halnya yel-yel
"Pak Ijo" sebagai kebanggan untuk moment kita semua semasa pelatihan
dulu kini dan nanti. Semangat..
Andi Yanto Sang Pembelajar
(Di tulis ulang dari buku diary,
di persembahkan special untuk dik Ayi, Mahasiswa STKIP Surya (Universitas milik
bapak Yohanes Surya) yang gokil yang sudah aku anggap seperti adik sendiri .)
Di tulis ulang dari Diary
tercinta.
“Semangat menulis, satu hari
minimal satu judul tulisan di tahun 2014”
0 komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca tulisan di atas, silakan berikan tanggapan/ komentar/ inspirasimu di bawah sini :