Pages

Yakinlah dengan mimpi-mimpi kita, Percayalah dengan apa yang kita yakini.

Ketika orang-orang di sekitar kita mulai meragukan kemampuan kita, maka satu-satu nya cara untuk tetap bertahan adalah, kita harus yakin dengan diri kita. Orang lain tidak akan percaya dengan kita selama kita sendiri meragukan diri kita sendiri.

Ibu Sri Mulyani (Managing Director of World Bank) : Kiprah kita tak boleh berhenti sebatas wilayah.

Mengingat diri kita adalah manusia dengan kapasitas berfikir yang lebih sempurna, kita memiliki tanggung jawab peran untuk melakukan hal terbaik, tidak hanya di tataran lingkungan sendiri (jago kandang ) melainkan juga berani di luar kandang.

Bapak Roy Suryo (Menpora RI) : Energi pemuda itu seperti tidak pernah ada habisnya.

Menjadi Pemuda adalah sebuah takdir sekaligus pilihan, yang meyakini pilihan adalah ketika kita mau menggunakan energi pemuda itu untuk memberikan manfaat kepada linkungan sekitarnya. Hidup Pemuda Indonesia.

Anies Baswedan Menteri Pendidikan: Pendidikan adalah eskalator peradaban.

Memilih untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya demi terciptanya peradaban yang lebih baik bukanlah impian yang salah.

Bapak Dahlan Iskan (Menteri BUMN RI) : Selalu lakukan hal dengan kesungguhan dan ketekunan.

Jika kita merasa pantas memiliki mimpi, maka yakinilah kalau kita pantas meraihny.

Bapak Ruhut Sitompul : Dialog kebersamaan itu tercipta.

Hanya menyapa dan memanggil nama, semuanya terasa akrab, meski terbiasa dibatasi layar kaca.

Saya percaya senyum telah merekat kuat.

Kebersamaan akan selalu menciptakan kesempatan untuk tersenyum lebih hangat, tertawa lebih renyah dan kedekatan persahabatan yang terikat keuat.

Bapak Renald Kasali Tokoh Perubahan Nasional.

Kita jangan kalah seperti bunglon,;Jangan Takut Melakukan Perubahan!..” “Change is the only evidence of life”.

Ahmad Fuadi (Penulis Novel Best Seller Trilogi Negeri 5 Menara): Man Jadda Wa jadda

Jika mau mendapatkan apa yang kita inginkan, pertama adalah usaha, kedua usaha, ketiga juga usaha selanjutnya berdoa dan tawakal kepada tuhan.

Fourm Indonesia Muda (FIM): Kita akan selalu memilih.

Keputusan besar diambil ketika kita tahu bahwa kita pantas tumbuh menjadi pribadi yang mau terus tumbuh dan belajar berjiwa besar.

PPAN : Terpilih untuk memilih

Dalam hidup kita selalu mendapatkan kesempatan untuk memilih, pun juga terpilih untuk memilih.

Keberagaman membuat kita semakin kaya

Keberadaan diri kita di muka bumi ini adalah bagian kecil dari sebuah kekuatan besar yang ada di dunia, bisa benar - benar terwujud jika kita mampu menyatukan setiap bagian-bagian kecil tersebut menjadi satu.

Pemuda harus terus bergerak untuk maju.

Menjadi Pemuda adalah sebuah takdir sekaligus pilihan, yang meyakini pilihan adalah ketika kita mau menggunakan energi pemuda itu untuk memberikan manfaat kepada linkungan sekitarnya.

Menggali nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Sebagai pemuda yang mencintai tanah airnya, menggalih pemahaman tentang budaya adalah harga mati

GALA DINNER Bersama Jajaran Menteri Kabinet Indonesia Bersatu.

Kepercayaan, kepantasan akan menjadi hadiah bagi mereka yang mengusahakannya.

Membuka senyum adalah anugrah terindah.

Senyum itu pertanda bahwa ada kehangatan dalam bentuk kebahagiaan yang ditularkan.

Iwan Sunito (Miliarder Indonesia di Autralia) : Kata beliau "Ndi, kamu pasti bisa lebih sukses ".

Energi yang di tularkan orang besar memiliki kekuatan besar yang sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang.

On Air : Sekali di udara tetap di udara".

Demikan pesan-pesan kebaikan telah terhaturkan, bukan untuk menggurui hanya saling menasehati

Hasrat untuk peduli itu adalah panggilan jiwa.

Menjadi Pemuda adalah sebuah takdir sekaligus pilihan, yang meyakini pilihan adalah ketika kita mau menggunakan energi pemuda itu untuk memberikan manfaat kepada linkungan sekitarnya. Hidup Pemuda Indonesia.

Teladan diri adalah ketika kita mencoba berpenampilan terbaik.

Respect atau menghormati adalah bukan sekedar kita memberi apresiasi kepada orang lain, namun bagaimana kita menghormati diri sendiri terlebih dahulu.

Kekuatan terbesar itu adalah ketika kita mau bersinergi.

Potensi besar itu akan menjadi lebih besar lagi apabila kita mau bersinergi satu sama lain. Tiada hal remeh jika kita mau bersinergi.

Lebarkan sayap silaturahmi, temukan hikmah yang terserak

Ciptakan nilai tambah dimanapun kita berada. Bangunlah jaringan pertemanan sebanyak mungkin.

Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono : Untuk sampai bertemu denganya haruslah memantaskan diri.

Memantaskan diri adalah sebuah persiapan untuk menghadapi kenyataan dari meraih mimpi. Percayalah, persiapan membuat segala hal terasa lebih percaya diri untuk di hadapi.

Satu langkah menuju perbaikan adalah kemajuan.

Lingkungan positif memberi peranan besar dalam pembentukan siapa diri kita. Menjadi baik dan buruk di tentukan oleh lingkungan sekitar kita. Berani maju?? Carilah lingkungan positif.

Kebersamaan selalu memperkaya segala hal.

Hanya orang-orang dekat yang menganggap diri kita adalah bagian hidupnya--- yang mau merasakan susah dan senang bersama.

Kekeluargaan itu penting karena disitulah cinta bersemayam dan berkembang.

Saling mengisi, saling menggenapi adalah alasan adanya kebersamaan. Disitulah kita seharusnya tumbuh bersama.

Sebuah makna TEAM (Together Everyone Achieve More)

Dua tangan lebih baik dari satu tangan, tiga tangan lebih baik dari 2 tangan, semakin kita mampu berkolaborasi dalam sebuah team. Memberikan kita kesempatan berkembang lebih cepat.

Kemenangan itu bukan milik aku atau kamu tetapi milik kita.

Keberhasilan itu di ukur bukan dari hasil yang di raih saja melainkan dari pelajaran- pelajaran berharga yang di peroleh selama proses percapaianya.

Bapak Elmir Amin pendiri Forum Indonesia Muda (FIM) : Habiskan Jatah Gagalmu

Kegagalan ada batasnya, begitulah kata beliau. Jika ingin tau bagaiamana menentukan masa depan suatu bangsa bisa di lihat dari bagaimana pemudanya sekarang.

Memiliki cita-cita mulia salah satunya adalah menjadi bermanfaat.

Pertanyaan yang susah di jawab oleh diri kita adalah “Apa yang telah kita berikan kepada sesama?”

Yakinlah dengan mimpi-mimpi kita, Percayalah dengan apa yang kita yakini.

Ketika orang-orang di sekitar kita mulai meragukan kemampuan kita, maka satu-satu nya cara untuk tetap bertahan adalah, kita harus yakin dengan diri kita. Orang lain tidak akan percaya dengan kita selama kita sendiri meragukan diri kita sendiri.

Minggu, 15 Juni 2014

Diary tentang sahabat ku (Dik Ayi : Forum Indonesia Muda)

Tulisan ini merupakan ungkapan dari bahasa diamku,  berupa tulisan yang merekam, hampir seperti fikiran merenung.  Ia berkelebat tak tentu arah, menggalih-galih bongkahan pengalaman, menggalih dan mencari butiran kenangan yang bertebaran dimana-mana, seperti puzzle yang bisa merangkai  atau serupa Mozaik kaca yang berderai. Ia berujar pada satu makna akan suatu masa atau moment.


Moment itu merangkai menjadi 1 bejana utuh untuk mengingat, membuat aku terjerembab pada suatu keadaan --- lebih tepatnya "sedih " , sedih ketika tadi pagi mendengar keadaan dik Ayi, seorang sahabat yang sudah seperti adik sendiri di Forum Indonesia Muda (FIM). Sekarang ia sedang sakit dan baru tadi pagi menjalani operasi untuk mengobati sakitnya. Maka dari itu aku ingin memposting sebuah catatan dari (buku) diary ku tentangnya ketika bersama –sama dengan sahabat yang lain ( Mas Afifi dan Mas Bintang) saat liburan ke Jogjakarta.

Ada 2 Episode, yaitu episode 1 yang di tulis pada tanggal 31 Desember 2013 dan Episode 2 yang di tulis pada tanggal 1 Januari 2014

(Tulisan ini di salin dari buku Diary tahun 2013 dan awal 2014, Untuk Dik ayi semoga cepat sembuh aamiiinn :D )

Episode 1 . Selasa, 31 Desember 2014. Pukul 07:36 WIB di Gamping , Ring Road Jogjakarta (Di Rumah Kontrakan Mas Afif).

“ Sekali lagi dik Ayi, bukan malam pergantian tahun baru yang kami tunggu tetapi moment kebersamaan kitalah yang menjadi prioritas utama “ 

~Sang  Pembelajar~


Tergilitik rasanya menemukan beberapa isi pesan di kotak masuk Whats App dan SmS ketika aku buka aplikasi Go SMS di Galaxi Mini 2 ku. Tidak ada yang wah memang, namun isinya lumayan kocak, jujur aku sebenarnya kasian juga membaca isi pesan itu. Entah apakah itu yang dinamakan dengan rasa khawatir atau phobia yang berlebihan pada suatu keadaan yang belum pernah terjadi. Lebih tepatnya cemas tingkat akut.

Jadi begini kawan, beberapa hari yang lalu ada berita duka cita tentang meninggalnya vokalis group nasyid Edcoustic : Kang Aden di Twitternya @adenlife sempat muncul tweet dari almarhum beliau semasa hidup yang update pada pukul 17:37 WIB 28 Desember 2013 dari mampang Prapatan Jakarta Selatan. Itu data aku ambil dari salah satu capture photo yang aku ambil dari Group Whats App Keluarga FIM15 . (Forum Indonesia Muda angkatan ke - 15)

Berita itu sempat membuat salah seorang sahabat yang kece badai --- yang pertama aku temui sejak mengikuti serangkaian acara Forum Indonesia di Cibubur, merasa gelisah kurang lebih begitu. Aku juga bingung apa gerangan yang membuatnya gelisah. Nanti aku cari tahu.

Just For your information, Sahabtku ini berasal dari kota Palembang yang sekarang sedang menempuh pendidikan di STKIP Surya. Kalau boleh aku sebutkan Nama aslinya adalah Hastuti, sebut saja Ayi, begitulah orang-orang biasa menyebutnya. Karena dia usianya masih sangat muda lebih tepatnya aku anggap sebagai adiku sendiri jadi aku panggil dia dengan panggilan Dik atau adik kebiasaan #maksa  dengan panggilan Dik Ayi. 

Kembali ke pembicaraan awal soal kecemasan dik Ayi ini, dari informasi yang tersebar di Whats app itu aku menemukan ada semacam gejala cemas atau khawatir atau lebih tepatnya Paranoid yang membuat dik Ayi kurang tenang. Rasa kurang tenang itu telah mencemari fikiranya yang awalnya telah mantap berencana berkunjung ke kota Jogjakarta untuk liburan. Liburan akhir tahun lebih tepatnya. Hampir Saja batal.


“Kak Andi, Waktu di group Whats app FIM 15 aku pernah bilang “Insya allah kalau tahun depan masih hidup”, kok aku jadi kepikiran terus ya kalimat itu” . itu isi pesan masuk yang aku terima dari Dik Ayi yang saat itu paranoid di ujung sana (Masih di Jakarta).

Mungkin dia sangat khawatir jika  dia benar-benar tidak bertemu dengan tahun 2014. Karena saat itu memang masih tanggal 31 Desember 2013.
Memang terkadang ada kondisi dimana diri kita terlalu banyak tersita perhatiannya oleh keadaan lingkungan, keadaan ingatan kita tentang suatu hal yang pernah terucap atau sebagainya. Seperti dalam hal ini, dik Ayi merasa sangat terganggu secara psikologis ( Sok tau ) karena dulu pernah bilang “Insya allah kalau tahun depan masih hidup”. Kalimat itu memninggalkan kesan seolah ada rasa ragu kalu usia kita bisa sampai pada tahun depannya, yaitu tahun 2014, aku mengetik ini Hari ini Selasa tanggal 31 Desember 2013 (Sekali lagi soal usia hanya Allah yang tahu).

Semua nya telah mempengaruhi keadaan psikis dik ayi, aku juga berharap tidak akan terjadi sesuatu dengan dik Ayi ini, (dia sudah aku anggap seperti adik sendiri) sehingga dia setengah ragu untuk melakukan perjalanan ke kota Jogjakarta untuk liburan bersama teman-teman alumni FIM (Forum Indonesia Muda). Semua telah di rencanakan bersama Mas Afif Pratama dari UMY , Mas Bintang dari ITS Surabaya dan Aku (Andi Yanto) dari UNSOED Purwokerto. Kami semua berharap bisa bertemu bersama untuk berbagi kebahagiaan. Lebih tepat berbagi kebahagiaan liburan tahun baru di Jogjakarta.

Sepertinya dik ayi benar-benar membatalkan tentang liburanya ke Jogjakarta. Aku benar-benar sedikit kecewa waktu itu karena Mas Bintang yang jauh-jauh dari Surabaya sedang dalam perjalanan menuju ke Jogjakarta, kalau sampai dik Ayi tidak jadi datang berarti secara langsung kebahagiaan kami akan berkurang, setidaknya itu yang aku rasakan. Benar –benar ngarep banget dik Ayi bisa dateng.

Singkatnya cerita. Aku lupa apakah dik ayi memutuskan jadi akan pergi ke Jogja atau tidak, namun hal yang membuatku bahagia dan sedikit terkejut adalah ketika aku membuka facebook di handphone, aku tersenyum-senyum sendiri di depan layar Samsung Galaxi Mini 2 ku.

” Kak Andi Yanto , Kak Bintang Wahyu Syah pokoknya kalian harus denger cerita perjuangan saya ke Jogja.” Di facebook; namaku dan nama Mas Bintang tercetak tebal warna biru karena telah di- Tag di status yang dia update.

Itu adalah hasil keputusan dik ayi, yang ternyata akhirnya dia memutuskan untuk fixed liburannya ke Jogjakarta. Hal itu sekaligus membuat aku dan Mas Afif serta Mas Bintang merasa bahagia tiada terperi, karena sedikit lagi rencana liburan dan jalan-jalan ke Borobudur bersama alumni FIM 15 di tahun baru akan terlaksana. #Ya Allah semoga lancar aamiin.



*********“

Awalnya aku kaget saat mendengar kalau dik Ayi ternyata terlambat. Aku membaca pesan Whats app darinya di handphone ku. Yang isi nya memberitahu-kan kalau ternyata dik ayi terlambat datang. Entah itu benar atau tidak tentang hal itu. Aku langsung mencoba mengiriminya pesan Whats App ke dia.

“Dik Ayi, kabari secara berkala setiap ada stasiun supaya ketika sudah sampai, kita semua tahu kondisi disana seperti apa, jangan lupa sebelum bernagkat sarapan dulu dik ayi”

Jawab :
Lagi bergerak dengan waktu kak, aku berangkatnya kesiangan kk. Kalau missal ketinggalan kereta itu biasanya ada kereta tambahan apa ga yah?

Aku terkejut membaca pesan Whats App tersebut, aku menerka-nerka apakah dik ayi telah ketinggalan kereta api? Dari pesan Whats App nya sedikit beda karena aku udah cukup mengenalnya, aku pun langsung bergegas membalas pesan Whats App tersebut.

“Ga, dik ayi, ga mungkin dapat ticket kereta tambahan, tapi dik Ayi harus beli tiket yang baru ya dik. Semangat :) .”

Dik ayi langsung membalas.
“Ok That`s the risk” 08:54 am

Aku bingung, kenapa malah balas Whats App nya sperti itu, namun dari situ aku seperti mendapatkan gambaran jelas dari kondisi dik ayi disana dugaan ku 95 % dik Ayi terlambat sudah terlihat, lantas aku segera bertanya padanya

“Dik Ayi sudah berada dimana? Kapan keretanya berangkat?” 08:55 am

Pertanyaan ini muncul karena aku yang masih bingung kenapa jam segini dik ayi malah belum berangkat, padahal sudah seharusnya sejak tadi pagi, aku berfikir apakah ada sesuatu terjadi disana, kekhawatiran yang tak menentu karena  tidak seharusnya jam 08:55 pagi kereta belum berangkat. Kemudian Hp - ku berbunyi lagi, tanda ada pesan Whats app yang masuk.

“Masih di stasiun  Jakarta kak, nanti malam keretanya baru berangkat 08:56 am.

Aku pun makin yakin kalau dik ayi telah tertinggal kereta api, namun untuk meyakinkan itu, aku langsung memastikannya dengan bertanya langsung.

“Maksudnya gimana, dik Ayi?” 08:56 am

Seketika itu hp pun langsung berbunyi lagi, sungguh respon yang cepat.

“Ya begitulah, kak. Nanti saya ceritakan” 08:57 am

Aku pun semakin penasaran , aku pastikan lagi dengan bertanya lebih lanjut.

“Dik Ayi, dari Jakarta sampai di Jogja sampai jam berapa dik?” 08:58 am
“Dini Hari,kak. Pukul 03: 28 WIB” 09:06 am

Aku langsung yakin kalau dik ayi benar-benar telah ketinggalan kereta. Fixed, she was late . Aku ikut merasakan kesedihan ini, maksudnya bukan hal ini perlu untuk di ratapi melainkan aku ikut merasa simpati kepada dik ayi -- yang pasti bisa jadi dia sedang sangat kecewa karena terlambat dan ini adalah kali pertama dia membeli ticket kereta api seumur hidupnya, dan kali pertama pula dia ketinggalan kereta , yang berarti harus di ganti dengan membeli tiket baru lagi. Otomatis, pengeluaran harus di tambah lagi. Pemasukan jadi berkurang. Semangat dik Ayi.

Aku juga tidak tahu di stasiun mana ia akan turun karena aku tak sempat  bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan kereta Api saat itu. Cukuplah ini menjadi pengalaman buat dik Ayi (dan tentunya juga pelajaran buat aku yang tahu hal ini). Namun dikarenakan aku lupa tidak bertanya tentang nama stasiun dik ayi akan turun, membuat aku dan Mas bintang dan Mas Afif bingung untuk melakukan penjemputan.

Memang ini sangat sederhana, namun kami menilai moment ini adalah moment special, karena besok adalah moment tahun baru, ya benar sekali besok nya  kami rencanakan untuk kebersamaan momentum pergantian tahun baru, memang sih kalau dari aku sendiri bukan typical orang yang suka merayakan malam pergantian tahun dengan euphoria, Menyalakan petasan atau membunyikan terompet keras-keras di penghujung pergantian tahun. Semua di pertimbangkan sematang mungkin untuk sebuah moment kebersamaan : Merajut kembali benang -benang tali silaturahim.

Satu hal entang liburan ini, jujur saja kalau aku lebih mencari momentum kebersamaannya. Karena acara  kumpul alumni FIM - 15 ini di adakan bukan sebuah kebetulan, melainkan memang sudah direncanakan oleh  inisiator yang terlibat langsung yaitu mas Bintang Wahyu Syah (beliau adalah mahasiswa ITS Surabaya angkatan 2010. ) Dia menggagas pertemuan ini sejak jauh-jauh hari. Dialah inisiator dibalik rencana kumpul bareng Alumni FIM 15 ini. Dan karena mas Bintang yang merencanakan ini, maka jangan heran kalau hal ini juga berpengaruh langsung dengan Dik Ayi, yaitu ada semacam janji untuk bertemu kembali sebagai bagian keluarga FIM 15 karena dulu Aku dan Mas Bintang serta Ayi adalah teman satu kelompok waktu mengikuti Training di Forum Indonesia Muda angkatan 15. # Reuni terselubung satu kelompok heheheh : D

*****


Tunggu saja dik Ayi di Stasiun yang ada di Jogjakarta, kami bertiga (Mas Afif, Mas Bintang dan Aku) akan menjemput kamu pada saat yang telah kita semua sepakati. Mungkin kami masih belum tahu tentang di stasiun mana dik ayi akan kami jemput tetapi berdasarkan asumsi kami sepertinya dik Ayi akan turun di stasiun Tugu, karena suasana menjelang tahun baru biasanya tiket banyak yang habis terutama untuk kelas Ekonomi, kecuali tiket kereta api kelas bisnis dan eksekutif yang biasaya tidak se-laris tiket kelas ekonomi, sedangkan seperti kita ketahui bahwa di Jogja kalau stasiun untuk kelas bisnis dan eksekutif itu ada di stasiun Tugu. Demikian pertimbangan sederhana namun pasti hehehe :D


Kawan. Tadi, kan ceritanya lagi mellow tuch, jadi aku buat ceritanya sedemikian rupa, saat dik Ayi bilang bahwa dia akan sampai di Jogjakarta sekitar Pukul 03:28 WIB dini hari pada tanggal 1 Januari 2014.

Tunggu kami, menjemput kamu ya, tetep semangat insya allah , allah senantiasa memberi keselamatan untuk hambanya yang selalu berdoa pada-Nya.Sekali lagi dik Ayi, bukan malam pergantian tahun baru yang kami tunggu tetapi moment kebersamaan kitalah yang menjadi prioritas utama, jadi tidak masalah mau sampai di Jogjakarta tanggal 1 Januari 2014. Atau kapan pun yang penting kamu datang kesini bersama kami. Itu yang kami harapkan. J



·         Episode 2. Di catat pada Rabu, 1  Januari 2014. Pukul 22:36 WIB di Gamping , Ring Road Jogjakarta (Di Rumah Kontrakan Mas Afif).

Di Kamar Bang Afif, Kami bertiga ( mas Afif, mas Bintang, dan aku ) terbangun sekitar pukul 03:15 WIB setelah lelah jalan-jalan di Sekaten Jogjakarta, dilanjutkan mengikuti  Agenda  The 20th Jogja Islamic Book Fair 2013 Yogyakarta sekalian temu kangen dengan anggota komunitas ODOJ (One Day One Juz) bersama ustadz Syatory Abdurouf di gedung GOR (Gelanggang Olah Raga) Universitas Negeri Yogyakarta. Kami masing-masing pergi ke kamar mandi  mengambil Wudlu untuk menunaikan ibadah Sholat sunah yang sangat di anjurkan ; Tahajud. Setelah itu aku mengingatkan kembali kepada Mas Bintang dan Mas Afif untuk menjemput dik Ayi  (Pada saat malam tahun baru, Dik Ayi, belum sampai di Jogja alias masih di dalam perjalanan menuju jogja, sehingga malam tahun baru kami isi dengan mengunjungi Agenda  The 20th Jogja Islamic Book Fair 2013 Yogyakarta sekalian temu kangen dengan anggota komunitas ODOJ (One Day One Juz) bersama ustadz Syatory Abdurouf di gedung GOR (Gelanggang Olah Raga) Universitas Negeri Yogyakarta )

Kami sebelumnya sudah mendapatkan informasi dari dik Ayi, bahwa kami di minta menjemput dia di stasiun yang dia tidak menyebutkan di mana tepatnya, Namun spekulasi kami memutuskan untuk menjemputnya di stasiun Tugu karena beberapa pertimbangan dari kereta yang dia pakai yaitu kereta kelas Bisnis. Meskipun sebelumnya dik Ayi belum sempat memberi tahu tentang hal ini tetapi kami yakin bahwa tempat turunnya kereta yang di tumpangi oleh dik Ayi akan turun di stasiun Tugu, Jogjakarta. Kami kesusahan menghubunginya karena HP yang dipakai dik Ayi non-active.

Sebelum kami berangkat, kami kebingungan mencari motor dan helm yang akan kami gunakan untuk menjemput dik Ayi. Kami bertiga ( Mas Bintang, Mas Afif dan aku ) sudah siap untuk menjemput, namun sampai menjelang pukul 04:00 WIB pagi, kami belum mendapatkan kendaraan juga, Namun akhirnya Mas Afif mendapatkan 1 sepeda motor  lagi dan 3 helm untuk siap di pakai kami. Helm masih kurang 1 lagi namun kata mas Afif kami akan memakai helm yang ada di tempat teman beliau. Kami berangkat memakai sepeda motor. Aku memakai sepeda motor mas Afif, sedangkan mas Afif memakai sepeda motor yang beliau pinjam. Sebelum kami berangkat, aku memastikan membawa KTP. Kami segera melakukan perjalanan dan meminjam 1 helm lagi untuk dipakai dik Ayi.

Dalam perjalanan, kami merasakan udara pagi saat itu masih segar. Kami pun mampir dulu ke masjid untuk mengerjakan Sholat Subuh berjamaah. Setelah mengerjakan sholat subuh, kami bergegas menuju kearah stasiun Tugu, di Jogjakarta. Aku sempat mengirim dik Ayi pesan yang intinya meminta untuk sabar menunggu, karena jujur saja, kami merasa cemas, karena mengingat dik Ayi adalah perempuan yang sedang naik kereta Api untuk pertama kalinya dalam hidupnya, di tambah lagi baru sampai di tempat tujuan di jadwalkan sekitar pukul 03:28 WIB. Kami bertiga terlambat menjemputnya karena sempat terhalang oleh keadaan saat mencari kendaraan untuk penjemputan.

Kami sampai di stasiun Tugu sekitar pukul 04:32 WIB 1 Januari 2014. Setelah sampai, kami segera mencari tempat parkir dan langsung mencari tau keberadaan dik Ayi. Handphone dik ayi masih saja non-active sehingga kami mengalami kesusahan untuk menghubunginya. Sementara tak hilang akal, jalan satu-satunya adalah kami masuk kedalam stasiun dan mencari tau keberadaan dik Ayi.

Setelah mas Afif, dan Mas bintang mencari cara, akhirnya ada satu cara yaitu minta ijin ke bapak-bapak satpam yang sedang bertugas untuk masuk ke stasiun, alasanya sederhana yaitu untuk menjemput saudara/kerabat yang di dalam stasiun. Namun sempat di larang karena selain orang yang memegang tiket, maka dilarang masuk ke stasiun. Kalau pun mau jemput cukup di luar saja.

Aku bingung, Mas bintang bingung dan Mas Afif juga bingung. Semua bingun mencari cara untuk masuk ke Stasiun. Beberapa saat kemudian Mas afif bilang ke Bapak satpam bahwa pihak yang di jemput handphone nya mati, sementara orangnya baru pertama kali naik kerata Api dan pertama kali pula ke Jogjakarta sehingga harus di temui secara langsung di dalam Stasiun.

Setelah meminta ijin kepada bapak Satpam, akhirnya kami di ijinkan, dengan syarat menunjukan KTP, Mas Bintang dan Mas Afif lupa tidak membawa KTP, sedangkan aku kebetulan sekali tadi pagi waktu mau berangkat menyempatkan membawa KTP. Akhirnya Aku yang bisa di ijinkan masuk ke dalam stasiun untuk mencari dik ayi. Awalnya susah untuk mencarinya karena terbatasnya akses komunikasi. Hp Mati, namun kami tidak menyerah hingga sampai pukul 05:20 WIB salah satu dari kamu di ijinkan masuk yaitu aku, alhamdulilah aku berhasil bertemu dengan dik Ayi di dalam stasiun. Segera saja aku ajak untuk keluar dari stasiun.

*********

Setelah kami Menjemput dik Ayi,  langkah selanjutnya adalah eksekusi semua rencana  yang sudah matang tersusun , yaitu Jalan-jalan ke Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah. Kami berempat menuju tempat parkir dan segera menyiapkan segalanya. Kami berangkat dengan perlengkapan yang sudah kami siapkan. Satu hal yang membuat kami berempat tertawa adalah antara Mas Bintang dan Dik Ayi, mereka berdua memakai jaket dengan model yang sama. Jadilah mereka seperti adik dan kaka yang di pertemukan oleh nasib setelah dewasa ditambah kompak dengan jaket yang kembar modelnya, mereka adalah korban bully-an kami di hari kebahagian itu : Aku dan Mas Afif.

Kami melaju dengan kecepatan yang tak waras, melesat-lesat bagai kilat, itu masih mending, kami seperti kesetanan. Mengendarai motor serabutan. Jalanan di Jogajakarta pagi itu sangat sepi sekali.  Hanya kabut yang mengambang, serta udara dingin yang menusuk tulang, udara masih bersih dan belum tercemar oleh polusi sehingga membuat kami betah berkendara tanpa masker.

Perjalanan dari Stasiun Tugu Jogjakarta menuju komplek Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah menempuh waktu yang cukup lama, sebelumnya aku megira bahwa perjalananya tidak akan selama itu.

Pukul 07:06 WIB kami berhenti di warung makan untuk menikmati sarapan. Perut kami sudah bernyanyi-nyanyi pagi itu. Kamipun sarapan dengan menu nasi pecel campur Ayam kecuali mas Bintang yang memilih menu sesuai dengan seleranya yaitu, nasi Pecel dan telor dengan campuran cabe dengan jumlah cabe terhitung banyak.

Sekitar pukul 07:30 WIB, kami melanjutkan ritual perjalanan menuju candi Borobudur. Selang beberapa menit kami pun sampai di depan pintu masuk menuju Candi Borobudur terlebih dahulu. Kami memarkirkan sepeda motor kami. Baru setelah itu kami langsung menuju ke tempat pembelian tiket masuk. Tiket Masuk di jual dengan harga sekitar 30 ribu perorang, waktu itu pembelian di wakilkan satu orang yaitu mas Afif, sementara kami bertiga; Aku , Dik Ayi dan Mas Bintang menunggu.

Setelah tiket sudah berada di genggaman tangan, kami pun langsung masuk menuju kawasan Candi Borobudur. Selama dalam perjalanan masuk, Aku mencoba-coba mencocokan ingatanku ketika aku berkunjung ke candi borocodur 11 tahun yang lau, sekitar kelas 6 SD, ketika itu aku mengikuti programstudy tour yang di adakan setiap kelas 6 SD usai ujian Nasional.

Aku menemukan banyak sekali perbedaan yang ada. Mungkin sudut jangkauan pandangan ku waktu itu masih kecil sehingga kalau melihat segala sesuatunya tampak besar sekali, namun sebenarnya semua sama.

Kami berempat berjalan menuju ke lantai atas di Candi Borobudur. Sebelum itu juga kami menyempatkan diri berphoto bersama di depan papan petunjuk di candi Borobudur. Kami melanjutkan dengan naik dari tahap demi tahap. Sekali lagi, ingatanku terbang pada saat SD kelas 6 dulu,  sewaktu masih kecil itu aku merasakan undakan atau tangga yang menuju ke puncak Stupa paling atas itu sangat tinggi, namun setelah sekarang aku melihat sungguh sangat biasa, tidak terlalu besar. Aku terlalu asyik dengan ingatan masa kecilku. Mungkin itu referensi minimal tentang pengalaman ke Borobudur selain hari ini.

Kami menelusuri Candi Borobudur sesuai petunjuk yang di berikan oleh pihak pengelola tempat pariwisata. Yaitu dari kanan ke kiri, searah jarum jam dan mencoba membaca relief yang tergambar jelas di candi Borobudur. Aku termasuk salah seorang yang merasa tidak paham dengan makna relief tersebut hanya bisa menikmati pemandangan dan reliefnya.

Kami berempat berphoto bersama, serta dengan gokilnya mas Bintang meminta kami berempat untuk merekam sebuah Lagu yel-yel kami yang booming di acara Forum Indonesia Muda (FIM) angkatan ke 15 yang diadakan di Cibubur, Wiladatika Jakarta pada tanggal 27 Oktober 2013-  3 November 2013 dengan kamera yang di pasang di sisi salah satu candi Borobudur. Lagu yel-yel yang kami rekam bersama, adalah “Pak Ijo” dan “Good Job” serta “Trek Jing”. Kami benar benar merasa sudah hilang urat malunya. Kegokil-an kami semakin menjadi-jadi karena mentang-mentang tidak banyak orang yang mengenal. Kami mengelinjang-menggelinjangan kaya orang kesurupan.

 Hal yang paling ektreme dan benar-benar challenge kami lakukan selanjutnya adalah, Syuting Video tentang lagu Pak Ijo yang sangat fenomenal di FIM 15, karena bakal membuat orang yang melihatnya tertawa. Kami berinisiatif mengambil gambar dengan backround Candi Brorobudur. Kami meminta tolong pada seseorang untuk merekam kami berempat. Kami berusaha sekuat tenaga menahan malu sambil menyanyi lagu yel-yel “Pa Ijo” yang fenomenal saat itu. Semua orang tersita perhatiannya karena nyanyian dan tarian khas yel-yel “Pa Ijo”.

Kami menahan tawa, menahan malu dan lupa kalau urat malu kami mungkin telah putus. Di Akhir tenyata orang yang kami mintai tolong buat merekam kami salah pencet tombol, dia tidak merekam melainkan di “pause” dan hanya merekam 4 detik menjelang akhir. Kebayang betapa kesalnya kami telah menahan rasa malu seperti menahan kentut, di tambah menahan dari rasa ingin  tertawa. Bener-bener sial.

Seolah tidak mau gagal sia-sia, kami berempat akhirnya menuju ke lokasi lain yang lebih rame, jika asumsi kami tentang gagalnya perekaman video tadi adalah karena faktor gaptek  alias gagap tekonologi. Maka karena belajar dari penyebab tersebut, perekaman video selanjutnya adalah dengan cara meneyeleksi orang yang akan kami mintai tolong yaitu orang yang faham tentang kamera. Kami mencari nya dan akhirnya dapat. Kamipun memulai perekaman video tentang yel-yel “Pa Ijo” dengan background candi Borubudur. Kami pun sukses dengan kegokilan yang tak kalah seru dari sebelumnya.
Inilah petualangan itu, inilah liburan itu. Inilah kebersamaan kami, mencoba memupuk kebersamaan yang pernah kami tanam namun sempat terabaikan karena faktor jarak, namun ketika kami bersama, kebahagiaan, keceriaan selalu menjadi warna yang selalu sejuk untuk di pandang. Selalu menjadi penyatu yang merekatkan. Untuk kita semua.

Untuk dik Ayi semoga cepat sembuh ya, untuk yel-yel "Good - Joob" nya akan menjadi Masterpiece kebangaan FIM (Forum Indonesia Muda ) angkatan 15 , sama halnya yel-yel "Pak Ijo" sebagai kebanggan untuk moment kita semua semasa pelatihan dulu kini  dan nanti. Semangat.. 




Andi Yanto Sang Pembelajar


(Di tulis ulang dari buku diary, di persembahkan special untuk dik Ayi, Mahasiswa STKIP Surya (Universitas milik bapak Yohanes Surya) yang gokil yang sudah aku anggap seperti adik sendiri .)

Di tulis ulang dari Diary tercinta. 
“Semangat menulis, satu hari minimal satu judul tulisan di tahun 2014”



0 komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca tulisan di atas, silakan berikan tanggapan/ komentar/ inspirasimu di bawah sini :

Baca juga tulisan di bawah ini :