Pages

Yakinlah dengan mimpi-mimpi kita, Percayalah dengan apa yang kita yakini.

Ketika orang-orang di sekitar kita mulai meragukan kemampuan kita, maka satu-satu nya cara untuk tetap bertahan adalah, kita harus yakin dengan diri kita. Orang lain tidak akan percaya dengan kita selama kita sendiri meragukan diri kita sendiri.

Ibu Sri Mulyani (Managing Director of World Bank) : Kiprah kita tak boleh berhenti sebatas wilayah.

Mengingat diri kita adalah manusia dengan kapasitas berfikir yang lebih sempurna, kita memiliki tanggung jawab peran untuk melakukan hal terbaik, tidak hanya di tataran lingkungan sendiri (jago kandang ) melainkan juga berani di luar kandang.

Bapak Roy Suryo (Menpora RI) : Energi pemuda itu seperti tidak pernah ada habisnya.

Menjadi Pemuda adalah sebuah takdir sekaligus pilihan, yang meyakini pilihan adalah ketika kita mau menggunakan energi pemuda itu untuk memberikan manfaat kepada linkungan sekitarnya. Hidup Pemuda Indonesia.

Anies Baswedan Menteri Pendidikan: Pendidikan adalah eskalator peradaban.

Memilih untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya demi terciptanya peradaban yang lebih baik bukanlah impian yang salah.

Bapak Dahlan Iskan (Menteri BUMN RI) : Selalu lakukan hal dengan kesungguhan dan ketekunan.

Jika kita merasa pantas memiliki mimpi, maka yakinilah kalau kita pantas meraihny.

Bapak Ruhut Sitompul : Dialog kebersamaan itu tercipta.

Hanya menyapa dan memanggil nama, semuanya terasa akrab, meski terbiasa dibatasi layar kaca.

Saya percaya senyum telah merekat kuat.

Kebersamaan akan selalu menciptakan kesempatan untuk tersenyum lebih hangat, tertawa lebih renyah dan kedekatan persahabatan yang terikat keuat.

Bapak Renald Kasali Tokoh Perubahan Nasional.

Kita jangan kalah seperti bunglon,;Jangan Takut Melakukan Perubahan!..” “Change is the only evidence of life”.

Ahmad Fuadi (Penulis Novel Best Seller Trilogi Negeri 5 Menara): Man Jadda Wa jadda

Jika mau mendapatkan apa yang kita inginkan, pertama adalah usaha, kedua usaha, ketiga juga usaha selanjutnya berdoa dan tawakal kepada tuhan.

Fourm Indonesia Muda (FIM): Kita akan selalu memilih.

Keputusan besar diambil ketika kita tahu bahwa kita pantas tumbuh menjadi pribadi yang mau terus tumbuh dan belajar berjiwa besar.

PPAN : Terpilih untuk memilih

Dalam hidup kita selalu mendapatkan kesempatan untuk memilih, pun juga terpilih untuk memilih.

Keberagaman membuat kita semakin kaya

Keberadaan diri kita di muka bumi ini adalah bagian kecil dari sebuah kekuatan besar yang ada di dunia, bisa benar - benar terwujud jika kita mampu menyatukan setiap bagian-bagian kecil tersebut menjadi satu.

Pemuda harus terus bergerak untuk maju.

Menjadi Pemuda adalah sebuah takdir sekaligus pilihan, yang meyakini pilihan adalah ketika kita mau menggunakan energi pemuda itu untuk memberikan manfaat kepada linkungan sekitarnya.

Menggali nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Sebagai pemuda yang mencintai tanah airnya, menggalih pemahaman tentang budaya adalah harga mati

GALA DINNER Bersama Jajaran Menteri Kabinet Indonesia Bersatu.

Kepercayaan, kepantasan akan menjadi hadiah bagi mereka yang mengusahakannya.

Membuka senyum adalah anugrah terindah.

Senyum itu pertanda bahwa ada kehangatan dalam bentuk kebahagiaan yang ditularkan.

Iwan Sunito (Miliarder Indonesia di Autralia) : Kata beliau "Ndi, kamu pasti bisa lebih sukses ".

Energi yang di tularkan orang besar memiliki kekuatan besar yang sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang.

On Air : Sekali di udara tetap di udara".

Demikan pesan-pesan kebaikan telah terhaturkan, bukan untuk menggurui hanya saling menasehati

Hasrat untuk peduli itu adalah panggilan jiwa.

Menjadi Pemuda adalah sebuah takdir sekaligus pilihan, yang meyakini pilihan adalah ketika kita mau menggunakan energi pemuda itu untuk memberikan manfaat kepada linkungan sekitarnya. Hidup Pemuda Indonesia.

Teladan diri adalah ketika kita mencoba berpenampilan terbaik.

Respect atau menghormati adalah bukan sekedar kita memberi apresiasi kepada orang lain, namun bagaimana kita menghormati diri sendiri terlebih dahulu.

Kekuatan terbesar itu adalah ketika kita mau bersinergi.

Potensi besar itu akan menjadi lebih besar lagi apabila kita mau bersinergi satu sama lain. Tiada hal remeh jika kita mau bersinergi.

Lebarkan sayap silaturahmi, temukan hikmah yang terserak

Ciptakan nilai tambah dimanapun kita berada. Bangunlah jaringan pertemanan sebanyak mungkin.

Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono : Untuk sampai bertemu denganya haruslah memantaskan diri.

Memantaskan diri adalah sebuah persiapan untuk menghadapi kenyataan dari meraih mimpi. Percayalah, persiapan membuat segala hal terasa lebih percaya diri untuk di hadapi.

Satu langkah menuju perbaikan adalah kemajuan.

Lingkungan positif memberi peranan besar dalam pembentukan siapa diri kita. Menjadi baik dan buruk di tentukan oleh lingkungan sekitar kita. Berani maju?? Carilah lingkungan positif.

Kebersamaan selalu memperkaya segala hal.

Hanya orang-orang dekat yang menganggap diri kita adalah bagian hidupnya--- yang mau merasakan susah dan senang bersama.

Kekeluargaan itu penting karena disitulah cinta bersemayam dan berkembang.

Saling mengisi, saling menggenapi adalah alasan adanya kebersamaan. Disitulah kita seharusnya tumbuh bersama.

Sebuah makna TEAM (Together Everyone Achieve More)

Dua tangan lebih baik dari satu tangan, tiga tangan lebih baik dari 2 tangan, semakin kita mampu berkolaborasi dalam sebuah team. Memberikan kita kesempatan berkembang lebih cepat.

Kemenangan itu bukan milik aku atau kamu tetapi milik kita.

Keberhasilan itu di ukur bukan dari hasil yang di raih saja melainkan dari pelajaran- pelajaran berharga yang di peroleh selama proses percapaianya.

Bapak Elmir Amin pendiri Forum Indonesia Muda (FIM) : Habiskan Jatah Gagalmu

Kegagalan ada batasnya, begitulah kata beliau. Jika ingin tau bagaiamana menentukan masa depan suatu bangsa bisa di lihat dari bagaimana pemudanya sekarang.

Memiliki cita-cita mulia salah satunya adalah menjadi bermanfaat.

Pertanyaan yang susah di jawab oleh diri kita adalah “Apa yang telah kita berikan kepada sesama?”

Yakinlah dengan mimpi-mimpi kita, Percayalah dengan apa yang kita yakini.

Ketika orang-orang di sekitar kita mulai meragukan kemampuan kita, maka satu-satu nya cara untuk tetap bertahan adalah, kita harus yakin dengan diri kita. Orang lain tidak akan percaya dengan kita selama kita sendiri meragukan diri kita sendiri.

Rabu, 06 Agustus 2014

Kenangan di Bale Pare - PGC (Parahyangan Green Challenge) 2014 Bandung

Ini tercatat sebagai bentuk kenangan bahwa aku tidak ingin moment-moment indah bersama orang-orang hebat yang aku merasa dekat dengan nya berlalu begitu saja, ini tercatat karena aku ingin orang-orang dekat ku juga bisa selalu dengan mudah mengingat kebersamaan yang pernah ada. Dan ini tercatat semata-mata karena aku menghormati kalian sahabat, orang –orang yang aku kenal dengan baik supaya suatu saat di masa depan nanti aku bisa dengan bangga mengatakan bahwa aku pernah bersama kalian di moment bahagia ini. Salam rindu ku sahabat dan orang orang dekat ku. ~ Sang Pembelajar ~


Di catat pada : Sabtu 26- April 2014 pukul 18 : 04  WIB di Bus Agenda PGC (parahyangan Green Challenge) 2014 Bandung Jawa Barat

Barusan kami berada di sebuah tempat yang tak asing. Tempat yang menyimpan cita rasa seni yang tinggi dan kental menjunjung nilai kebudayaan tanah sunda bernama Balai Pare di Bandung. Di sana terdapat sebuah panggung bergaya modern, dengan halaman cukup luas di depanya yang berbentuk pesegi panjang dengan formasi huruf “U” untuk tempat penontonnya. Tidak hanya itu, tempat tersebut juga dilengkapi dengan beberapa kursi di sebelah kanan dan sebelah kirinya. Di panggungnya telah terpasang alat music band lengkap, beberapa gitar dan sisanya adalah instrument alat music traditional tanah sunda yang terbuat dari bambu yang mampu menghasilkan bunyi-bunyian merdu jika dipukul : Angklung.

Di panggung itu telah berdiri seseorang yang akan begitu piawai membawakan sebuah gubahan berkelasnya, Mang Udjo nama panggilanya, beliau tampak elegan memakai pakaian khas adat sunda dengan penutup kepala bermotif batik. Di Belakangnya telah berdiri 7 putri pendamping utama dengan memakai kebaya warna hijau dengan paras cantik, kulit kuning langsat, Aku menduga, mereka lebih seperti dayang-dayang yang juga sama memiliki keahlian memainkan alat music angklung. Dan ternyata benar. Mereka bukan hanya seperti dayang-dayang saja, melainkan juga seperti pramugari dalam sebuah maskapai penerbangan, karena kebaikannya memandu kami memainkan alat music angklung tak akan aku lupakan hingga detik ini. Sementara di bagian belakang 7 putri tersebut, tepatnya di bagian tempat di taruhnya alat music band dan gitaris, telah siap sedia 3 laki-laki yang seolah tampak siap bertempur di medan perang.

Di Bus ini, saat aku menulis diary ini, aku masih hanyut dengan euphoria tadi. Di samping karena tadi telah gugup di minta untuk rekam video untuk testimony acara Parahyangan Green Challenge oleh panitia bersama 2 peserta lainnya yaitu  Putri Ardila Mounda dari Universitas Indonesia dan Arumadina Islamiq dari Telkom University. (Hehe, Aku terkahir kebagian shootingnya pas batre kamera low bat alias mau habis, sepertinya tidak sempat kerekam haha.. it doesn`t really matter at all).

Kawan, Sekilas imaginasiku membayang kembali, Imajinasi ini seperti kamera besar dari pesawat ulang-alik milik NASA Amerika yang mengambil serangkai gambar / citra memory beberapa jam yang lalu. Aku menyebutnya kamera imajinasi. Pertama, Gambar ingatan di ambil dari luar angkasa yang kemudian di arahkan menuju ke planet bumi, setelah itu di zoom in lagi menuju ke jajaran peta Indonesia yang hijau bak zamrud katulistiwa, kemudian di zoon in lagi, ke pulau jawa, terus dan terus menuju datu titik, yaitu di  daerah Bandun. masih kurang jelas, di zoom in lagi ke balai Pare Bandung , kamera menelisik meneroboos awan gemawan kelabu yang tebal, hingga akhirnya berhasil menembusnya dan tampak kamera menangkap bayangan kerumun ramai-ramai orang yang terlihat seperti kurcaci jika dilihat dari langit. Kurcaci kecil tersebut tampak sedang  mengenakan kaos kombinasi warna putih dan hijau yang berjumlah seratusan, itulah kami. Target Locked, Segera kamera di zoom in lagi ke pertunjukan sore penuh euphoria seni berkelas, Saung Udjo, Bale Pare, Bandung, Indonesia 26- April 2014 pukul 17 :33 WIB

Flash back, Di sore itu, langit tampak kusam. Sore yang menurutku begitu lain, sore yang memiliki kekuatan sacral nan exotis, Sore yang lembab, Sore yang di langitnya di sesaki awan, sore yang tak berjingga, tak ada mega, tak ada siluet senja yang ada hanya awan kelabu yang lesu karena mendung berat bergelayut membebani langit. Wah aku jadi teramat melankolis menggambarkannnya.
Lanjut, Sore yang memandu telinga kami dengan manja  di karenakan sebuah sajian hangat dari suara harmoni ratusan angklung bambu yang berpadu satu menjalin irama yang merdu menilisik ketelinga dan terdengar begitu anggun sekali. Denting melodi angklung merambat dengan resonasi berdaya penuh kekuatan, frekuensinya menciptakan getar-getar gelombang yang berangsur melenakan namun jujur juga “Memanjakan”. seperti anak panah yang melesat dari busur dan  membidik titik kesadaran kami akan keindahan. Membuat kami terpukau, terpesona dan jatuh hati pada gubahan alat music ini.

Meski demikian definisi untuk sore ini tetap masih dalam pembahasan kesan yang begitu lekat membekas di benak. Masih terngiang-ngiang suara racikan seni dari angklung yang seolah bertuah. Suara yang memberikan kenikmatan tersendiri. Suara anggun nan mempesona itu berhasil melumat kami ke dalam syahdu tiada tara. Sore yang begitu anggun seanggun hiasan suara yang mengisinya.

Mengetahui langit seolah akan turun hujan, sedikit memupus harapan kami yang telah di janjikan oleh panitia sesuai jadwal kami akan bisa berkesempatan menyaksikan persembahan terbaik dari Saung Udjo,( group Music Orchestra dengan instrument utama Angklung sebagai pelengkap sore kami yang melelahkan setelah seharian melaksankan agenda acara kami ; Parahyangan Green Challenge (PGC) 2014 UNPAR Bandung. ) khawatir kalau sampai kelewatan tidak bisa menyaksikannya.  Namun alhamdulilah hingga aku selesai menulis ini, ternyata kami berhasil menyaksikan acara penampilan dari Saung Udjo dengan begitu memukau, terpesona membuat kami terlena di buatnya. Terima kasih untuk panitia PGC (Parahyangan Green Challenge) 2014 ya, terspecial buat Steffy Listiani, Project Officer acara serta Carlos dan Gloria ; duo kakak beradik yang berkontribusi besar untuk acara ini. ( kami sebelumnya pernah bersama di satu forum ILC-NLC 2013 Universitas Indonesia )

*******

Aku pendarkan mata, pandanganku menyapu sebagian besar peserta PGC (Parahyangan Green Challenge), pandanganku menangkap puluhan bahkn seratusan sungging senyum kebahagiaan dari wajah-wajah penuh suka cita. Wajah penuh kebahagiaan dari Mereka yang merupakan mahasiswa terpilih dari 44 Universitas se Indonesia.

Langit sore ini, berhasil merekam gurat wajah-wajah itu. Sebagian besar mereka asyik dengan angklung yang erat di genggaman tangan, menggerak-gerakannya sesuai dengan komando dari seorang “Dalang” musik atau lebih tepat seorang “dirigen” untuk orchestra bertuah dari tanah sunda. Dari racikan alat music penuh nilai budaya tinggi berupa angklung ini, telah berhasil membuat hati kami “kepincut” dan mabuk kepayang mendengarkan gubahan melodi yang di hasilkan dari alat musik tersebut.

Pak Udjo, bertindak seperti maestro yang begitu baik. Karena begitu baiknya, pak Udjo mempersilakan seluruh peserta untuk ikut terlibat dalam sajian shimphoni yang akan ia persembahkan.

Masing –masing dari kami ; yaitu para peserta di pinjami oleh beliau satu angklung dengan karakter tangga nada tertentu. Dengan penamaan angklung dengan nama propinsi-propinsi di Indonesia lengkap dengan symbol permainan tangga nada berupa gambar tangan. Sangat unik sekali, bukan lagi not balok atau symbol not yang seperti bentuk kecambah itu. Namun berbentuk konstruksi gerak tangan. Misalnya saja, kami dapati ada simbol tangan menggenggam, tangan membuka, juga ada yang lebih spesifik lagi yaitu gambar tangan membukanya ada yang membuka ke atas, ada yang membuka ke bawah. Semua di atur sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah hirarki tangga nada yang urutannya hanya pak Udjo, staf-staf ahlinya serta Tuhan yang tahu. Firasatku berkata “ ini bagian dari sebuah ide cerdas sang maestro legendaris dari tanah sunda ini.”

Seperti tak pernah bosan, Mang Udjo sungguh tampak sangat piawai mempermainkan kami melalui komando yang yang telah kami sepakati. Tetiba, kami seperti kerbau yang di cucuk hidungnya, kami seketika itu menjadi begitu penurut. Tapi ini tentu sebuah persembahan dari sang maha karya legendaris, sedikitpun kami tak pernah mengeluh tentang hal ini. Justru kami bahagia sekaligus terlena di buatnya. Sungguh sajian seni yang sangat berkelas.

Misalnya saja, seperti yang sudah aku jelaskan di atas bahwa untuk memainkan nya hanya cukup melihat gerak tangan pak Udjo saja, tidak lebih tidak  kurang. Semua bank nada sudah dalam komando beliau. Sehingga ketika pak Udjo memulai masuk ke sebuah gubahan nada maka kami para peserta akan terkesima dengan takjub sambil tangan –tangan kami memegangi angklung dan bersiap – siap menggerakannya. Gelombang otak kami seolah dituntunya menuju ke arah gelombang Beta, kami hampir di hipnotis olehnya.

Sekitar puluhan bahkan seratusan pasang mata terkesima, lebih tepatnya hanyut namun masih dalam sadar yang terukur. Mata memperhatikan pak udjo, sambil bibir menerbitkan senyum yang termanis yang pernah ada. Kebahagiaan tumpah berhamburan ketika perpaduan tangan berhasil menyesuaikan dengan tangga nada yang di tunjukan oleh pak Udjo. Sangat klop, Mang Udjo pun seketika itu ikut tersenyum, sedangkan aku ?  sama telah tenggelam dalam nikmat tiada tara.
Sementara itu di sudut bagian bumi yang masih sama, pada detik yang sama pula. para panitia yang di gelari “Juru kamera” telah sibuk membanjiri kami dengan “blits”  kamera yang berlesatan. Sebuah moment telah di rekam dalam bentuk gambar oleh sang “Juru Kamera”. Pada detik itu juga, seolah kami telah resmi di daulat menjadi artis figuran sebuah pertunjukan angklung penuh pesona. (Lebih tepatnya sebagai penontonnya).

“Anda harus merasakan suara Angklung digoyang dengan tangan Anda sendiri karena alat musik ini khas dan menyimpan pesona kemolekan bentuknya dan irama. Saat Anda gerakan maka angklung menebar berjuta harmoni yang menyatu dalam nada indah” begitu ucap Mang Udjo. Sungguh alunan Rumpun Bambu Saung Angklung Udjo adalah sketsa keindahan bumi Tataran Sunda yang mempesona kaya akan cita rasa budaya.

Euphoria dan hysteria sore tadi  seolah bersatu dengan awan kelabu di atasnya, awan yang menujukan tanda-tanda senja telah menyerbu bumi dengan bias sinar magenta-nya. Mega kuning keemasan mulai membalur horizon di ufuk barat. Persembahan dari Mang Udjo sampai pada titik klimaksnya, beliau membawakan lagu shimpony yang di akuinya sebagai master piece terbaik selama beliau berkiprah di bidang seni angklung ini, yaitu symphony dari group band legendaris Queen.

Tak ayal, tangga nada yang di mainkan membangkitkan adrenalin kami, kami yang saat itu sudah lelah karena terperdaya, larut, tenggelam oleh persembahannya yang membius, seolah di beri energi baru, sontak, alunan nadanya menyeret paksa tangan, kaki, tubuh dan semuanya untuk maju ke depan panggung hiburan yang seolah  berganti sebagai arena expresi kebahagiaan, Kemudian kami pun bergegas maju kedepan dengan sorak sorai kebahagiaa, berlonjakan, sampai tangan di angkat keatas, seperti bahagia mendapatkan hadiah durian rutuh.

Kami bergoyang bersama dengan kompak, satu hentakan kaki yang di hentakan sambil tangan saling bergandengan pundak.  Aku yakin saat itu keringat telah bersenyawa dengan tetes-tetes gerimis yang mulai turun, tiba-tiba aku merasa malu yang tidak jelas juntrungannya. Malu di lihat padahal tidak ada yang melihat. Akupun keluar dari arena ekspresi itu. Dan segera berteduh karena gerimis tampaknya mulai deras mengucur dari langit.

Setelah masa itu, semua berkumpul untuk ikut ambil bagian foto bersama dengan seluruh peserta PGC (Parahyangan Green Challenge ) 2014 Bandung bersama Mang Udjo dan personilnya. Potret di senja itu telah mengabadikan kami dalam sileut senyum yang tersimpan dengan begitu indah. Wajah-wajah penuh haru terasa terbawa dalam suasana yang mengambang, bahagia bertebaran membanjir disana-sini. sementara jauh di pedalaman hatiku berkata “Aku tak ingin beranjak pergi dari sini”. namun keniscayaan sang waktu selalu tak pernah bisa di tawar. Senja semakin merangkak. Langit semakin bersemu menguning. Meninggalkan kenangan yang aku yakini akan selalu indah.

Sudah saatnya Kamera imajinasiku kembali aku angkat masuk menuju ke pesawat ulang alik milik NASA. Kamera imajinasi yang sedari tadi menyoroti segumpal kenagan kembali aku zoom out dengan pilu karena ada rasa tidak rela. Di zoom out lagi hingga terlihat rerintik hujan berderai membasahi balai Pare Bandung di senja yang mulai gelap. Tampak wajah-wajah sumringah itu mulai menjauh. Kamera imajinasi itu terangkat lagi ke atas. Di zoom out, tampak hanya ratusan kerumun manusia kecil kurcaci yang semakin hilang. Kamera imajinasi itu terus aku angkat ka atas, tampak Balai Pare dari langit kota Bandung, aku angkat lagi,  mulai tampak pulau Jawa yang memanjang seperti lempengan, terus aku  zoom out lagi, hingga tampaklah bentang alam negeriku : Indonesia dengan hamparan warna hijau yang begitu memukau. Kemudian terus di zoom out dengan cepat, selintas tampak bola bumi tempat aku dan impianku bersemayam. Kamera imajinasi hasil panyatuan kenagan memori k uterus aku angkat. Tampak batas cakrawala manghampar, bumi terlihat semakin kecil- semakin kecil dan terus mengecil hingga akhirnya kamera imajinasiku kembali ke pesawat ulang alik NASA Amerika, aku matikan kamera imajinasiku karena sekarang akan berlanjut lagi ke agenda selanjutnya. Agenda yang pastinya akan lebih seru lagi. Setelah ini tentunya kami akan di bawa ke Masjid “Al IRSYAD SATYA kota Baru Parahyangan ” sebuah masjid  desain unik besutan arsitek anak bangsa : Ridwan Kamil, walikota Bandung.

Kawan, Ini tercatat sebagai bentuk kenangan bahwa aku tidak ingin moment-moment indah bersama orang-orang hebat yang aku merasa dekat dengan nya berlalu begitu saja, ini tercatat karena aku ingin orang-orang dekat ku juga bisa selalu dengan mudah mengingat kebersamaan yang pernah ada. Dan ini tercatat semata-mata karena aku menghormati kalian sahabat, orang –orang yang aku kenal dengan baik supaya suatu saat di masa depan nanti aku bisa dengan bangga mengatakan bahwa aku pernah bersama kalian di moment bahagia ini. Salam rindu ku sahabat dan orang orang dekat ku.

Note : Berdasarkan secuil berita yang aku tahu tentang Saung Angklung Udjo;  Angklung Udjo;  telah didirikan pada tahun 1967 oleh Mang Udjo dan istrinya, Uum Sumiati Udjo. Di tempat inilah kesenian musik Angklung dilestarikan. Nama Udjo sendiri diambil dari nama pendiri sekaligus pemilik tempat ini. Berdirinya padepokan ini juga tidak lepas dari bantuan dan dorongan Mang Daeng Soetigna, seorang tokoh angklung yang juga merupakan guru dari Mang Udjo. Angklung adalah sejenis alat musik yang terbuat dari bahan bambu yang mempunyai suara dan irama yang khas. Angklung merupakan gabungan dari beberapa instrumen yang terdiri dari pipa bambu dengan ukuran yang berbeda-beda dan ditempatkan di suatu bingkai yang kecil dan diguncangkan untuk mengeluarkan bunyi.

Di catat pada : Sabtu 26- April 2014 pukul 18 : 04  WIB di Bus Agenda PGC (parahyangan Green Challenge) 2014 Bandung Jawa Barat



Silaturahmi Via Twitter : @andiyantosmile
Follow Tumblr : http://andiyantosangpembelajar.tumblr.com
Blog : http://andiyantosangpembelajar.blogspot.com
Fan Page  Sang Pembelajar : http://facebook.com/andiyantosangpembelajar

PIN BB 7436105E ( Klik PIN untuk invite ke BBM jika handphone anda sudah terinstal BB Mesenger )



Andi Yanto
SANG PEMBELAJAR
Founder / CEO for UNGGUL MANDIRI FOUNDATION    (Insyaa Allah masih sedang merintis)

“Semangat menulis satu hari minimal satu judul tulisan di tahun 2015”


0 komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca tulisan di atas, silakan berikan tanggapan/ komentar/ inspirasimu di bawah sini :

Baca juga tulisan di bawah ini :