Pages

Yakinlah dengan mimpi-mimpi kita, Percayalah dengan apa yang kita yakini.

Ketika orang-orang di sekitar kita mulai meragukan kemampuan kita, maka satu-satu nya cara untuk tetap bertahan adalah, kita harus yakin dengan diri kita. Orang lain tidak akan percaya dengan kita selama kita sendiri meragukan diri kita sendiri.

Ibu Sri Mulyani (Managing Director of World Bank) : Kiprah kita tak boleh berhenti sebatas wilayah.

Mengingat diri kita adalah manusia dengan kapasitas berfikir yang lebih sempurna, kita memiliki tanggung jawab peran untuk melakukan hal terbaik, tidak hanya di tataran lingkungan sendiri (jago kandang ) melainkan juga berani di luar kandang.

Bapak Roy Suryo (Menpora RI) : Energi pemuda itu seperti tidak pernah ada habisnya.

Menjadi Pemuda adalah sebuah takdir sekaligus pilihan, yang meyakini pilihan adalah ketika kita mau menggunakan energi pemuda itu untuk memberikan manfaat kepada linkungan sekitarnya. Hidup Pemuda Indonesia.

Anies Baswedan Menteri Pendidikan: Pendidikan adalah eskalator peradaban.

Memilih untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya demi terciptanya peradaban yang lebih baik bukanlah impian yang salah.

Bapak Dahlan Iskan (Menteri BUMN RI) : Selalu lakukan hal dengan kesungguhan dan ketekunan.

Jika kita merasa pantas memiliki mimpi, maka yakinilah kalau kita pantas meraihny.

Bapak Ruhut Sitompul : Dialog kebersamaan itu tercipta.

Hanya menyapa dan memanggil nama, semuanya terasa akrab, meski terbiasa dibatasi layar kaca.

Saya percaya senyum telah merekat kuat.

Kebersamaan akan selalu menciptakan kesempatan untuk tersenyum lebih hangat, tertawa lebih renyah dan kedekatan persahabatan yang terikat keuat.

Bapak Renald Kasali Tokoh Perubahan Nasional.

Kita jangan kalah seperti bunglon,;Jangan Takut Melakukan Perubahan!..” “Change is the only evidence of life”.

Ahmad Fuadi (Penulis Novel Best Seller Trilogi Negeri 5 Menara): Man Jadda Wa jadda

Jika mau mendapatkan apa yang kita inginkan, pertama adalah usaha, kedua usaha, ketiga juga usaha selanjutnya berdoa dan tawakal kepada tuhan.

Fourm Indonesia Muda (FIM): Kita akan selalu memilih.

Keputusan besar diambil ketika kita tahu bahwa kita pantas tumbuh menjadi pribadi yang mau terus tumbuh dan belajar berjiwa besar.

PPAN : Terpilih untuk memilih

Dalam hidup kita selalu mendapatkan kesempatan untuk memilih, pun juga terpilih untuk memilih.

Keberagaman membuat kita semakin kaya

Keberadaan diri kita di muka bumi ini adalah bagian kecil dari sebuah kekuatan besar yang ada di dunia, bisa benar - benar terwujud jika kita mampu menyatukan setiap bagian-bagian kecil tersebut menjadi satu.

Pemuda harus terus bergerak untuk maju.

Menjadi Pemuda adalah sebuah takdir sekaligus pilihan, yang meyakini pilihan adalah ketika kita mau menggunakan energi pemuda itu untuk memberikan manfaat kepada linkungan sekitarnya.

Menggali nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Sebagai pemuda yang mencintai tanah airnya, menggalih pemahaman tentang budaya adalah harga mati

GALA DINNER Bersama Jajaran Menteri Kabinet Indonesia Bersatu.

Kepercayaan, kepantasan akan menjadi hadiah bagi mereka yang mengusahakannya.

Membuka senyum adalah anugrah terindah.

Senyum itu pertanda bahwa ada kehangatan dalam bentuk kebahagiaan yang ditularkan.

Iwan Sunito (Miliarder Indonesia di Autralia) : Kata beliau "Ndi, kamu pasti bisa lebih sukses ".

Energi yang di tularkan orang besar memiliki kekuatan besar yang sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang.

On Air : Sekali di udara tetap di udara".

Demikan pesan-pesan kebaikan telah terhaturkan, bukan untuk menggurui hanya saling menasehati

Hasrat untuk peduli itu adalah panggilan jiwa.

Menjadi Pemuda adalah sebuah takdir sekaligus pilihan, yang meyakini pilihan adalah ketika kita mau menggunakan energi pemuda itu untuk memberikan manfaat kepada linkungan sekitarnya. Hidup Pemuda Indonesia.

Teladan diri adalah ketika kita mencoba berpenampilan terbaik.

Respect atau menghormati adalah bukan sekedar kita memberi apresiasi kepada orang lain, namun bagaimana kita menghormati diri sendiri terlebih dahulu.

Kekuatan terbesar itu adalah ketika kita mau bersinergi.

Potensi besar itu akan menjadi lebih besar lagi apabila kita mau bersinergi satu sama lain. Tiada hal remeh jika kita mau bersinergi.

Lebarkan sayap silaturahmi, temukan hikmah yang terserak

Ciptakan nilai tambah dimanapun kita berada. Bangunlah jaringan pertemanan sebanyak mungkin.

Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono : Untuk sampai bertemu denganya haruslah memantaskan diri.

Memantaskan diri adalah sebuah persiapan untuk menghadapi kenyataan dari meraih mimpi. Percayalah, persiapan membuat segala hal terasa lebih percaya diri untuk di hadapi.

Satu langkah menuju perbaikan adalah kemajuan.

Lingkungan positif memberi peranan besar dalam pembentukan siapa diri kita. Menjadi baik dan buruk di tentukan oleh lingkungan sekitar kita. Berani maju?? Carilah lingkungan positif.

Kebersamaan selalu memperkaya segala hal.

Hanya orang-orang dekat yang menganggap diri kita adalah bagian hidupnya--- yang mau merasakan susah dan senang bersama.

Kekeluargaan itu penting karena disitulah cinta bersemayam dan berkembang.

Saling mengisi, saling menggenapi adalah alasan adanya kebersamaan. Disitulah kita seharusnya tumbuh bersama.

Sebuah makna TEAM (Together Everyone Achieve More)

Dua tangan lebih baik dari satu tangan, tiga tangan lebih baik dari 2 tangan, semakin kita mampu berkolaborasi dalam sebuah team. Memberikan kita kesempatan berkembang lebih cepat.

Kemenangan itu bukan milik aku atau kamu tetapi milik kita.

Keberhasilan itu di ukur bukan dari hasil yang di raih saja melainkan dari pelajaran- pelajaran berharga yang di peroleh selama proses percapaianya.

Bapak Elmir Amin pendiri Forum Indonesia Muda (FIM) : Habiskan Jatah Gagalmu

Kegagalan ada batasnya, begitulah kata beliau. Jika ingin tau bagaiamana menentukan masa depan suatu bangsa bisa di lihat dari bagaimana pemudanya sekarang.

Memiliki cita-cita mulia salah satunya adalah menjadi bermanfaat.

Pertanyaan yang susah di jawab oleh diri kita adalah “Apa yang telah kita berikan kepada sesama?”

Yakinlah dengan mimpi-mimpi kita, Percayalah dengan apa yang kita yakini.

Ketika orang-orang di sekitar kita mulai meragukan kemampuan kita, maka satu-satu nya cara untuk tetap bertahan adalah, kita harus yakin dengan diri kita. Orang lain tidak akan percaya dengan kita selama kita sendiri meragukan diri kita sendiri.

Senin, 04 November 2013

Forum Indonesia Muda FIM 15 : Reformasi Pendidikan dan Kebudayaan bersama Bapak Anies Baswedan

Tercatat pada 29 Oktober 2013

 “Simfoni Karya Pahlawan Muda” 120 mahasiswa terbaik dari 5645 pendaftar
  Forum Indonesia Muda (FIM) 15 

Pemuda,itulah kata untuk sosok yang kami deklarasikan sebagai refleksi jiwa ini sesuai dengan apa yang kami yakini. Jargon “Simphony Karya Pemuda Bangsa” akan kami pekikan setiap pembicara menyambut kami dengan pekikan “FIM 15” dengan penuh semangat. Bak berbalas pantun kamipun  akan sama antusiasnya ketika membalas sambil memekikan kalimat “Aku, Untuk Bangsaku” ketika pembicara menyahut kami dengan seruan “ Pemuda Indonesia “.  Itulah keadaan yang menggambarkan susasana diskusi kami para peserta Forum Indonesia Muda (FIM) 15 yang merupakan 120 mahasiswa terbaik terpilih dari 5645 pendaftar.

Bapak Anies Baswedan ketika baru membuka acara diskusi

Di sebuah ruangan bernama Ki Hajar Dewantara di Cibubur , Jakarta. Aku mencatat semua yang disaksikan oleh mata, telinga dan hati ke dalam buku diariku. Selasa, 29 Oktober 2013 Pukul 15:52 WIB. Aku duduk di ruangan yang sudah di sediakan oleh panitia untuk training Life skill yang merupakan program dari Forum Indonesia Muda (FIM) 15 besutan keluarga Bapak Elmir Amien dan Bunda Tatty Elmir.

Aku masih percaya bahwa posisi tempat duduk yang aku pilih adalah posisi tempat duduk yang sangat strategis menurutku. Aku berada di baris ke dua kursi dari depan.  Tepat di sebelah ku adalah sahabat ku yang bernama Veronika Krasnasari yang merupakan “None” Jakarta (Peserta Abang None Jakarta yang lolos masuk FIM 15). Aku masih terus menerka-nerka sambil melakukan perhitungan apakah nantinya pembicara atau moderator akan mampu melihat aku dari depan.

Semua aku rencanakan serapih mungkin karena aku ingin mendapatkan kesempatan untuk bertanya kepada nara sumber/ pembicara. Karena di acara tersebut ada semacam aturan yang jelas untuk mekanisme bertanya ialah harus tertib dan mengangkat tangan terlebih dahulu dan terserah moderator atau pembicara yang akan memutuskan apakah boleh bertanya atau tidak. Sehingga harus aku siapkan lebih matang untuk semua pertanyaanku.

Selama aku menunggu pembicara hadir, aku merasa sangat tidak sabar ingin melihat secara langsung tokoh idolaku. Aku sesekali memandang dengan pandangan yang begitu jelas ke arah tempat duduk pembicara yang masih kosong di depan, 2 orang Master of Ceremony terlihat begitu kompak menghibur kami dengan percandaan khas mereka. Beberapa menit kemudian mereka menyebut nama Naima Lutfi yang di amanahi sebagai moderator pada sesi pada saat itu. Yaitu sesi ke 11 acara dalam membahas 7 pilar FIM 15.

Setelah moderator di panggil selanjutnya acara di pegang penuh oleh moderator tersebut. Moderator terlihat begitu antusias, dia memanggil pembicara yaitu bapak  Anies Baswedan.  Beliau adalah sosok pembaharu sekaligus orang berpengaruh di negeriku. Anies Baswedan adalah nama panggilan yang sudah terdengar akrab di kalangan masyarakat, Sebenarnya nama asli beliau adalah  Anies Rasyid Baswedan  namun beliau sudah terbiasa di kenal dengan nama Anies Baswedan. Semua peserta memberikan tepuk tangan yang meriah ketika menyambut bapak Anies Baswedan yang datang dari arah belakang peserta pelatihan Life skill FIM 15. Beliau sungguh tokoh idolaku yang sangat menginspirasi. Semoga selalu menginspirasi. Aamiin

Tema untuk sesi tersebut adalah  Reformasi Pendidikan dan Kebudayaan, saat itu beliau memilih untuk memfokuskan diskusi lebih dalam lagi ke arah bagian Reformasi pendidikan saja. Mengingat beliau ingin mengangkat nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan Indonesia dan tentu saja dengan bersahaja beliau menyampaikan kurang begitu dalam di bagian budaya, sehingga forum pun sepakat untuk di fokuskan pada bahasan  soal pendidikan.

Hal yang membuat aku sangat tertarik pada pembahasan ini adalah karena membahasa tentang Pendididikan dan aku punya kisah tersendiri  tentang pendidikan itu sendiri , silakan bisa baca disini.

Pendidikan merupakan “Isntrument Rekayasa Masa depan” begitu ucap bapak Anies Baswedan di bagian awal  dalam sesi diskusi kami. Maksud yang aku tangkap dari pernyataan beliau adalah masa depan akan mampu di modidfikasi untuk menjadi apa saja bisa, asalkan memiliki kapasitas pendidikan yang bagus dan proporsional. Bagus disini terkait dengan human resourcenya yaitu manusia Indonesia itu sendiri dan proporsional adalah aset pendidikan yang di sesuaikan dengan kebutuhan masa depan bangsa ini untuk masa mendatang.

Beliau menuturkan beberapa pernyataan-pernyataan bijak selama diskusi tersebut dengan sangat antusias tetapi elegan. Benar-benar merepresentasikan semangat kami yang masih menjadi manusia muda Indonesia.
“You are the leader now, Think  of your society and others and you`ll be the leader in the future” aku mengutip kata-kata beliau ini ke dalam diari yang aku jadikan catatan.   Sungguh aku merasakan ruh dari kalimat ini, Bahwasanya menjadi Pemimpin adalah sosok yang berani dan siap untuk memikirkan masyarakat dan yang lainya bukan hanya memikirkan diri sendiri. Dalam dunia pendidikan di negara ini sangat di tentukan oleh siapa pemimpinya, sebagai generasi muda kami memiliki PR (Pekerjaan Rumah) besar untuk menentukan siapa pemimpin yang akan siap berkontribusi pada pendidikan.
“You are the leader now, Think  of your society and others and you`ll be the leader in the future”

Dalam proses tumbuh kembangnya bangsa ini dalam dunia pendidikan. Kita hanya memfokuskan pendidikan sebagai alat untuk menjadikan anak cerdas dan berakhlak namun kita seolah lupa bahwa pendidikan juga harus di pandang sebagai instrumen rekayasa masa depan. Saat ini pendidikan di Indonesia tidak lagi dipandang sebagai instrumen rekayasa masa depan sehingga kita kesulitan untuk melihat pendidikan dalam potret atau konteks makro.

Pendidikan sebagai konteks makro adalah pendidikan sebagai peningkat kualitas manusia. Saat ini Indonesia dengan jumlah penduduk kurang lebih 240 juta memiliki jumlah sekolah dasar (SD) sebanyak 170 ribu (94%), sekolah menengah pertama (SMP) berjumlah 39 ribu (49,5%) sedangkan sekolah menengah atas (SMA) hanya 26 ribu saja (8%). Jumlah sekolah di atas jelas sangat kurang apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada. Sehingga setiap tahunnya Indonesia hanya bisa menghasilkan lulusan hanya sebanyak 3,3 juta. Penjelasan ini beliau paparkan di sebuah papan tulis putih yang telah di  sediakan oleh panitia, Hal ini begitu mencengangkan. Kami sebagai bagaian dari mahasiswa seolah seperti baru tau tentang fakta yang beliau paparkan, benar-benar begitu mencerahkan.

Pendidikan sebagai konteks makro adalah pendidikan sebagai peningkat kualitas manusia

Dalam sesi diskusi ini, Aku merasa benar benar sangat tercerakan. Begitu juga dengan mahasiswa yang lainya. Kami seolah di hujani semangat yang datang bertubi-tubi saat bapak Anies Baswedan berbicara. Kami sebagai mahasiswa di beri tanggung untuk berfikir seakligus memangdang bahwa pendidikan sebagai tanggungjawab kita bersama pemerintah bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja.Pendidikan begitu penting, salah satu pendidikan yang paling mudah yang dapat kita berikan kepada orang lain adalah dengan interaksi. Ketika kita ingin mendapatkan inspirasi maka kita harus lebih sering berinteraksi daripada merenung sendiri. Apabila kita ingin memajukan pendidikan di negeri kita maka kita harus memajukan pendidiknya terlebih dahulu yaitu guru. Begitu seorang pendidik atau guru dapat menginspirasi muridnya maka efeknya akan sangat panjang. Hal ini nantinya akan berdampak sangat besar.

Oleh karena itu seperti peran yang sudah dilakukan oleh  beliau adalah dengan program Indonesia Mengajar. Dalam program tersebut belaiu memberi semacam ide segar untuk mengurangi masalah pendidikan di Indonesia. Benar-benar isnpiratif sekali.

Kalau boleh jujur menurutku bangsa ini masih berada dalam jerat masalah yang belum terselesaikan. Sepertika kata bapak Anies Baswedan dalam diskusi kami “ Saat ini masih banyak orang Indonesia yang memikirkan soal sumberdaya alam tanpa memikirkan kualitas sumberdaya manusia. Itu sama sekali bukan pemikiran seorang pemimpin yang bijak.”  Dari kalimat pernyataan tersebut aku jadi tahu bahwa menjadi pemimpin yang bijak untuk bangsa ini bisa di wujudkan salah satunya jika pemimpin bangsa ini mulai memikirkan Aspek sumber daya manusia sebagai sentral utama yang harus difikirkan bukan lagi hanya membicarakan masalah Sunber Daya Alam melulu.

Selanjutnya sesi diskusi kami lanjutkan ke sesi tanya jawab, seperti biasanya sang moderator akan bersiap siap memilih siapa penanya yang berhak untuk menyampaikan pertanyaanya.
           
Sesi Tanya Jawab :

Kesempatana itu disambut baik oleh seluruh peserta, mereka semua tampak sangat antusias untuk bertanya, Begitu juga dengan aku yang sedari tadi menunggu sesi ini.Aku ingin sekali bisa bertanya langsung ke bapak Anies Baswedan tentang peran pemuda dalam pendidikan era sekarang. Kami berlomba mengangkat tangan setinggi-tingginya namun ternyata tidak  terpilih, waktu itu pertanyaanya sahabat saya yang bernama M.Hasbi dari  Universitas Negeri Makassar

Suasana Antusias mahasiswa terpilih yang ingin bertanya


 Dan pertanyaan yang di tanyakan adalah :

Tanya : “ Apa yang perlu dilakukan oleh seorang pemuda sebagai calon pemimpin terkait dengan permasalahan yang ada, apakah hanya memikirkan saja?

Tanya : “Bagaimana program pemerintah saat ini untuk meningkatkan kualitas guru yang hanya terpatok pada sertifikasi?”

Sesaat kemudian bapak  Anies Baswedan mejawab pertanyaan tersebut:

Jawab : “Tentu saja pemuda harus berpikir, dan berbuat sesuatu. Dan untuk berbuat tersebut pertama pemuda harus memiliki intelektualitas yang kuat sehingga dapat memiliki integritas yang tinggi. Langsung saja kita berbuat konkret tak usah terlalu banyak berkeluh kesah.”

“Kita harus bertindak! Jika kita melihat ada masalah dengan guru, maka ayo lekas kita datangi guru-guru yang bermasalah tersebut. Paling tidak kita coba untuk mendatangi guru SD kita dulu dan berterimakasih pada beliau lantas mengajak beliau berdiskusi. Begitu pekerjaan mulia dikonversi menjadi rupiah maka akan terjadi devaluasi. Itu adalah sesuatu yang salah. Bangsa kita harus mengembalikan citra guru menjadi seseorang yang patut dihormati.”

Setelah pertanyaan pertama berhasil di jawab selanjutnya dipersilakan lagi kepada para peserta untuk bertanya. Aku segera mengambil kesempatan tersebut, namun sekali lagi belum rejeki aku sehingga aku tidak mendapatkan kesempatan untuk bertanya, waktu itu peserta beruntung yang mendapatkan kesempatan tersebut adalah : Hasriyani dari Universitas Hassanudin Makassar. Begini pertanyaanya :

Tanya : “Bagaimana Bapak memandang sistem pendidikan saat ini dengan
harga yang sangat mahal dan lulusan tinggi namun banyak yang menjadi pengangguran?”

Kemudian bapak Anies Baswedan langsung membalas pertanyaan tersebut, begini jawaban beliau kurang lebihnya :

Jawab : “ Dulu para pendiri Indonesia sangat mencegah Indonesia agar tidak seperti Korea. Yang jumlah perguruan tinginya sangat banyak dan menghasilkan sarjana pengangguran yang banyak juga. Sehingga Indonesia lebih memperbanyak sekolah SD SMP dan SMA saja. Tapi kita lihat kondisi Korea saat ini yang banyak dapat dilihat dari berbagai barang elektronik yang kita miliki yang semuanya sudah mulai bermerk asal korea. Ini membuktikan bahwa masalah yang ditanyakan di atas hadapi, pikirkan dan kita cari solusi bersama. Jangan anggap itu sebagai ketakutan. Tingkatkan potensi dan carilah dimana itu semua akan bermuara.”

Kalau di pikir-pikir secara seksama memang banyak benarnya apa yang disampaikan oleh bapak Anies Baswedan kala itu. Aku jadi tahu ternyata rasa khawatir tanpa perhitungan riset dan penelitian yang matang akan menyisakan sebuah spukulasi yang memnunjukan rasa minder kita terhadap masa depan bangsa. Sungguh sangat disayangkan sekali.

Setelah di jawab selanjutnya adalah lanjutan sesi tanya jawab. Seperti yang sudah aku jelaskan, seperti biasanya ngan bagi yang ingin bertanya, Aku selalu mengangkat tangan namun selalu saja tidak berhasil mendapatkan giliran. Aku belum mendapatkan jatah untuk bertanya padahal dari awal aku selalu mengangkat tangan untuk bertanya, namun selalu saja belum rejekinya, alias belum dapat giliran untuk bertanya.

Mahasiswa ketika sedang bertanya saat sedang diskusi.


Pertanyaan selanjutnya adalah datang dari sahabtaku yang bernama Rizky dari Intitut Teknologi Surabaya, pertanyaan dia adalah :

Tanya : “Dari fenomena permasalahan yang Bapak ungkapkan di atas bagaiman kinerja pemerintah hingga saat ini untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan tersebut?”

Tanya  :  “Bagaimana juga tanggapan Bapak terkait dengan fenomena guru yang saat ini hanya mengejar gaji bukan untuk menginspirasi?”

Kemudian bapak mengucapkan banyak terima kasih kepada para peserta dan langsung menjawab, jawabanya kurang lebih begini :

Jawab : “Ketika kita hanya terfokus dan amat bergantung pada pemerintah selamanya kita akan selalu kesulitan untuk menemukan solusi yang solutif. Haruskah kita hanya duduk diam membiarkan semua permasalahan tersebut mengalir begitu saja? Tentu saja tidak! Kita harus ikut turun tangan. Saya ingin melakukan dan menjadikan manusia kembali menjadi sentral diskusi utama. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Saya sama sekali tidak takut pada apa yang dikatakan orang hari ini, tapi saya lebih takut pada apa yang dikatakan sejarawan tentang masa depan.”

Selanjutnya tepuk tangan bergemuruh mengisi ruangan Ki Hajar Dewantara, saat itu di luar sana sedang terjadi hujan namun diskusi kami bersama bapak Anies Baswedan mampu menghangatkan kami semuanya. Bapak Anies Baswedan menyampaikan beberapa statement yang menurut aku begitu sangat menarik. Statement tersebut adalah :

“Ketika ekspektasi rendah maka kepuasannya Rendah namun ketika ekspetasi tinggi kepuasan juga akan sulit.”

Kemudian terdengar salah satu peserta yang mengatakan “Tidak Selalu!!”

Kemudian Bapak Anies langsung menanggapi pernyataaj tersebut “Anak muda itu bukan mikirin ratapan, tapi anak muda itu mengirim harapan! Hari ini orangtua adalah pendidik terpenting yang justru sering terlupakan. Maka pendidikan untuk orangtua dan menjadi orangtua adalah hal terpenting.”

Langsung tanpa di komandoi seluruh peserta melakukan tepuk tangan dengan sangat meriah sekali.Aku pun ikut terkagum-kagum mendengarkannya, Setelah menjelaskan hal tersebut ingatanku kembali pada materi sesi awal di pelatihan FIM 15 ini yaitu materi tentang parenting yang menyatakan bahwa pendidikan  langsung dalam usisa dini yang di lakukan oleh orang tua adalah sangat penting.

Selanjutnya adalah kesempatan bertanya yang terakhir, kali ini hampir semua peserta angkat tangan bahkan banyak yang sambil berdiri dan menganagkat buku bertujuan untuk mencari perhatian sang moderator supaya dapat giliran bertanya.  Aku pun tidak kalah seru, aku ikut berdiri dan mengangkat tangan, namun mungkin belum rejekinya jadi aku belum dapat kesempatan untuk bertanya.

Kesempatan tersebut jatuh kepada  sahabatku yang bernama Ahmad Sajali mahasiswa Geografi Universitas negeri Jakarta. Pertanyaanya adalah :

Tanya : “Sebenarnya kualitas atau kuantitaskah yang perlu ditingkatkan di pendidikan Indonesia?”

Tanya : “Hariini kualitas dan kuantitas jelas bermasalah sehingga keduanya sangat penting untuk diperhatikan.”

Tanya : “Bagaimana Bapak melihat problematika prguruan tinggi saat ini sehingga kualitas sdm yang dihasilkan itu tidak sesuai dan mumpuni?”

3 pertanyaan oleh 1 orang penanya, Saat itu bapak Anies Baswedan langsung menjawab pertanyaan tersebut dengan statement sederhana yaitu kurang lebih

Jawab : “ Pendidikan itu memiliki tujuan yang baik. Tinggal kita memilih pada bidang apa kita ingin fokus. Sepertiapapun problematika yang terjadi di perguruan tinggi, semua tetap bergantung pada individu yang menjalani pendidikan tersebut. Memang banyak permasalahan baik dari segi sistem maupun subjek dan objek tapi kembalilah pada fokus yang ingin dicapai dengan pendidikan yang dijalani. Sharing ”

Setelah mejawab pertanyaan tersebut langsung kami angkat tangan semu bermaksud untuk bertanya lagi namun apa daya ternyata waktu sudah habis. Akhirnya dilanjutkan dengan sesi foto bersama.

Diskusi dengan bapak Anies Baswedan telah selesai, aku merasakan banyak sekali mendapatkan pengetahauan baru. Beberapa di antaranya juga ada yang termasuk kalimat pendukung untuk para pemuda.

“Aku memilih terlibat dari pada hanya melihat dari samping “ begitulah statement pembakar semangat yang di sampaikan oleh beliau. Walaupun sesi ini aku belum sempat mendapatkan kesempatan untuk bertanya namun pertanyaanku sudah terjawab dari statement-statement yang di sampaikan oleh beliau.

 Aku sangat kagum, tiba tiba aku ingat jargon atau yel-yel yang kami pakai selama masa pelatihan
 “Pemuda Indonesia !!!”  .......
“ Aku Untuk Bangsaku!!!”......

Tetap semangat pemuda, peranmu akan sangat berguna untuk masa depan bangsa.

Selalu Semangat

By : Sang Pembelajar.

0 komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca tulisan di atas, silakan berikan tanggapan/ komentar/ inspirasimu di bawah sini :

Baca juga tulisan di bawah ini :