“Simfoni Karya Pahlawan Muda” 120 mahasiswa terbaik dari 5645 pendaftar
Forum Indonesia Muda (FIM) 15
Pemuda,itulah kata untuk sosok yang kami deklarasikan sebagai refleksi jiwa ini sesuai dengan apa yang kami yakini. Jargon “Simphony Karya Pemuda Bangsa” akan kami pekikan setiap pembicara menyambut kami dengan pekikan “FIM 15” dengan penuh semangat. Bak berbalas pantun kamipun akan sama antusiasnya ketika membalas sambil memekikan kalimat “Aku, Untuk Bangsaku” ketika pembicara menyahut kami dengan seruan “ Pemuda Indonesia “. Itulah keadaan yang menggambarkan susasana diskusi kami para peserta Forum Indonesia Muda (FIM) 15 yang merupakan 120 mahasiswa terbaik terpilih dari 5645 pendaftar.
 |
| Bapak Anies Baswedan ketika baru membuka acara diskusi |
Di sebuah ruangan bernama Ki Hajar Dewantara di Cibubur , Jakarta. Aku mencatat semua yang disaksikan oleh mata, telinga dan hati ke dalam buku diariku. Selasa, 29 Oktober 2013 Pukul 15:52 WIB. Aku duduk di ruangan yang sudah di sediakan oleh panitia untuk training Life skill yang merupakan program dari Forum Indonesia Muda (FIM) 15 besutan keluarga Bapak Elmir Amien dan Bunda Tatty Elmir.
Aku masih percaya bahwa posisi tempat duduk yang aku pilih adalah posisi tempat duduk yang sangat strategis menurutku. Aku berada di baris ke dua kursi dari depan. Tepat di sebelah ku adalah sahabat ku yang bernama Veronika Krasnasari yang merupakan “None” Jakarta (Peserta Abang None Jakarta yang lolos masuk FIM 15). Aku masih terus menerka-nerka sambil melakukan perhitungan apakah nantinya pembicara atau moderator akan mampu melihat aku dari depan.
Semua aku rencanakan serapih mungkin karena aku ingin mendapatkan kesempatan untuk bertanya kepada nara sumber/ pembicara. Karena di acara tersebut ada semacam aturan yang jelas untuk mekanisme bertanya ialah harus tertib dan mengangkat tangan terlebih dahulu dan terserah moderator atau pembicara yang akan memutuskan apakah boleh bertanya atau tidak. Sehingga harus aku siapkan lebih matang untuk semua pertanyaanku.
Selama aku menunggu pembicara hadir, aku merasa sangat tidak sabar ingin melihat secara langsung tokoh idolaku. Aku sesekali memandang dengan pandangan yang begitu jelas ke arah tempat duduk pembicara yang masih kosong di depan, 2 orang Master of Ceremony terlihat begitu kompak menghibur kami dengan percandaan khas mereka. Beberapa menit kemudian mereka menyebut nama Naima Lutfi yang di amanahi sebagai moderator pada sesi pada saat itu. Yaitu sesi ke 11 acara dalam membahas 7 pilar FIM 15.
Setelah moderator di panggil selanjutnya acara di pegang penuh oleh moderator tersebut. Moderator terlihat begitu antusias, dia memanggil pembicara yaitu bapak Anies Baswedan. Beliau adalah sosok pembaharu sekaligus orang berpengaruh di negeriku. Anies Baswedan adalah nama panggilan yang sudah terdengar akrab di kalangan masyarakat, Sebenarnya nama asli beliau adalah Anies Rasyid Baswedan namun beliau sudah terbiasa di kenal dengan nama Anies Baswedan. Semua peserta memberikan tepuk tangan yang meriah ketika menyambut bapak Anies Baswedan yang datang dari arah belakang peserta pelatihan Life skill FIM 15. Beliau sungguh tokoh idolaku yang sangat menginspirasi. Semoga selalu menginspirasi. Aamiin
Tema untuk sesi tersebut adalah Reformasi Pendidikan dan Kebudayaan, saat itu beliau memilih untuk memfokuskan diskusi lebih dalam lagi ke arah bagian Reformasi pendidikan saja. Mengingat beliau ingin mengangkat nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan Indonesia dan tentu saja dengan bersahaja beliau menyampaikan kurang begitu dalam di bagian budaya, sehingga forum pun sepakat untuk di fokuskan pada bahasan soal pendidikan.
Hal yang membuat aku sangat tertarik pada pembahasan ini adalah karena membahasa tentang Pendididikan dan aku punya kisah tersendiri tentang pendidikan itu sendiri , silakan bisa baca disini.
Pendidikan merupakan “Isntrument Rekayasa Masa depan” begitu ucap bapak Anies Baswedan di bagian awal dalam sesi diskusi kami. Maksud yang aku tangkap dari pernyataan beliau adalah masa depan akan mampu di modidfikasi untuk menjadi apa saja bisa, asalkan memiliki kapasitas pendidikan yang bagus dan proporsional. Bagus disini terkait dengan human resourcenya yaitu manusia Indonesia itu sendiri dan proporsional adalah aset pendidikan yang di sesuaikan dengan kebutuhan masa depan bangsa ini untuk masa mendatang.
Beliau menuturkan beberapa pernyataan-pernyataan bijak selama diskusi tersebut dengan sangat antusias tetapi elegan. Benar-benar merepresentasikan semangat kami yang masih menjadi manusia muda Indonesia.
“You are the leader now, Think of your society and others and you`ll be the leader in the future” aku mengutip kata-kata beliau ini ke dalam diari yang aku jadikan catatan. Sungguh aku merasakan ruh dari kalimat ini, Bahwasanya menjadi Pemimpin adalah sosok yang berani dan siap untuk memikirkan masyarakat dan yang lainya bukan hanya memikirkan diri sendiri. Dalam dunia pendidikan di negara ini sangat di tentukan oleh siapa pemimpinya, sebagai generasi muda kami memiliki PR (Pekerjaan Rumah) besar untuk menentukan siapa pemimpin yang akan siap berkontribusi pada pendidikan.
 |
| “You are the leader now, Think of your society and others and you`ll be the leader in the future” |
Dalam proses tumbuh kembangnya bangsa ini dalam dunia pendidikan. Kita hanya memfokuskan pendidikan sebagai alat untuk menjadikan anak cerdas dan berakhlak namun kita seolah lupa bahwa pendidikan juga harus di pandang sebagai instrumen rekayasa masa depan. Saat ini pendidikan di Indonesia tidak lagi dipandang sebagai instrumen rekayasa masa depan sehingga kita kesulitan untuk melihat pendidikan dalam potret atau konteks makro.
Pendidikan sebagai konteks makro adalah pendidikan sebagai peningkat kualitas manusia. Saat ini Indonesia dengan jumlah penduduk kurang lebih 240 juta memiliki jumlah sekolah dasar (SD) sebanyak 170 ribu (94%), sekolah menengah pertama (SMP) berjumlah 39 ribu (49,5%) sedangkan sekolah menengah atas (SMA) hanya 26 ribu saja (8%). Jumlah sekolah di atas jelas sangat kurang apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada. Sehingga setiap tahunnya Indonesia hanya bisa menghasilkan lulusan hanya sebanyak 3,3 juta. Penjelasan ini beliau paparkan di sebuah papan tulis putih yang telah di sediakan oleh panitia, Hal ini begitu mencengangkan. Kami sebagai bagaian dari mahasiswa seolah seperti baru tau tentang fakta yang beliau paparkan, benar-benar begitu mencerahkan.
 |
| Pendidikan sebagai konteks makro adalah pendidikan sebagai peningkat kualitas manusia |
Dalam sesi diskusi ini, Aku merasa benar benar sangat tercerakan. Begitu juga dengan mahasiswa yang lainya. Kami seolah di hujani semangat yang datang bertubi-tubi saat bapak Anies Baswedan berbicara. Kami sebagai mahasiswa di beri tanggung untuk berfikir seakligus memangdang bahwa pendidikan sebagai tanggungjawab kita bersama pemerintah bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja.Pendidikan begitu penting, salah satu pendidikan yang paling mudah yang dapat kita berikan kepada orang lain adalah dengan interaksi. Ketika kita ingin mendapatkan inspirasi maka kita harus lebih sering berinteraksi daripada merenung sendiri. Apabila kita ingin memajukan pendidikan di negeri kita maka kita harus memajukan pendidiknya terlebih dahulu yaitu guru. Begitu seorang pendidik atau guru dapat menginspirasi muridnya maka efeknya akan sangat panjang. Hal ini nantinya akan berdampak sangat besar.
Oleh karena itu seperti peran yang sudah dilakukan oleh beliau adalah dengan program Indonesia Mengajar. Dalam program tersebut belaiu memberi semacam ide segar untuk mengurangi masalah pendidikan di Indonesia. Benar-benar isnpiratif sekali.
Kalau boleh jujur menurutku bangsa ini masih berada dalam jerat masalah yang belum terselesaikan. Sepertika kata bapak Anies Baswedan dalam diskusi kami “ Saat ini masih banyak orang Indonesia yang memikirkan soal sumberdaya alam tanpa memikirkan kualitas sumberdaya manusia. Itu sama sekali bukan pemikiran seorang pemimpin yang bijak.” Dari kalimat pernyataan tersebut aku jadi tahu bahwa menjadi pemimpin yang bijak untuk bangsa ini bisa di wujudkan salah satunya jika pemimpin bangsa ini mulai memikirkan Aspek sumber daya manusia sebagai sentral utama yang harus difikirkan bukan lagi hanya membicarakan masalah Sunber Daya Alam melulu.
Selanjutnya sesi diskusi kami lanjutkan ke sesi tanya jawab, seperti biasanya sang moderator akan bersiap siap memilih siapa penanya yang berhak untuk menyampaikan pertanyaanya.
Sesi Tanya Jawab :
Kesempatana itu disambut baik oleh seluruh peserta, mereka semua tampak sangat antusias untuk bertanya, Begitu juga dengan aku yang sedari tadi menunggu sesi ini.Aku ingin sekali bisa bertanya langsung ke bapak Anies Baswedan tentang peran pemuda dalam pendidikan era sekarang. Kami berlomba mengangkat tangan setinggi-tingginya namun ternyata tidak terpilih, waktu itu pertanyaanya sahabat saya yang bernama M.Hasbi dari Universitas Negeri Makassar
 |
| Suasana Antusias mahasiswa terpilih yang ingin bertanya |
Dan pertanyaan yang di tanyakan adalah :
Tanya : “ Apa yang perlu dilakukan oleh seorang pemuda sebagai calon pemimpin terkait dengan permasalahan yang ada, apakah hanya memikirkan saja?
Tanya : “Bagaimana program pemerintah saat ini untuk meningkatkan kualitas guru yang hanya terpatok pada sertifikasi?”
Sesaat kemudian bapak Anies Baswedan mejawab pertanyaan tersebut:
Jawab : “Tentu saja pemuda harus berpikir, dan berbuat sesuatu. Dan untuk berbuat tersebut pertama pemuda harus memiliki intelektualitas yang kuat sehingga dapat memiliki integritas yang tinggi. Langsung saja kita berbuat konkret tak usah terlalu banyak berkeluh kesah.”
“Kita harus bertindak! Jika kita melihat ada masalah dengan guru, maka ayo lekas kita datangi guru-guru yang bermasalah tersebut. Paling tidak kita coba untuk mendatangi guru SD kita dulu dan berterimakasih pada beliau lantas mengajak beliau berdiskusi. Begitu pekerjaan mulia dikonversi menjadi rupiah maka akan terjadi devaluasi. Itu adalah sesuatu yang salah. Bangsa kita harus mengembalikan citra guru menjadi seseorang yang patut dihormati.”
Setelah pertanyaan pertama berhasil di jawab selanjutnya dipersilakan lagi kepada para peserta untuk bertanya. Aku segera mengambil kesempatan tersebut, namun sekali lagi belum rejeki aku sehingga aku tidak mendapatkan kesempatan untuk bertanya, waktu itu peserta beruntung yang mendapatkan kesempatan tersebut adalah : Hasriyani dari Universitas Hassanudin Makassar. Begini pertanyaanya :
Tanya : “Bagaimana Bapak memandang sistem pendidikan saat ini dengan
harga yang sangat mahal dan lulusan tinggi namun banyak yang menjadi pengangguran?”
Kemudian bapak Anies Baswedan langsung membalas pertanyaan tersebut, begini jawaban beliau kurang lebihnya :
Jawab : “ Dulu para pendiri Indonesia sangat mencegah Indonesia agar tidak seperti Korea. Yang jumlah perguruan tinginya sangat banyak dan menghasilkan sarjana pengangguran yang banyak juga. Sehingga Indonesia lebih memperbanyak sekolah SD SMP dan SMA saja. Tapi kita lihat kondisi Korea saat ini yang banyak dapat dilihat dari berbagai barang elektronik yang kita miliki yang semuanya sudah mulai bermerk asal korea. Ini membuktikan bahwa masalah yang ditanyakan di atas hadapi, pikirkan dan kita cari solusi bersama. Jangan anggap itu sebagai ketakutan. Tingkatkan potensi dan carilah dimana itu semua akan bermuara.”
Kalau di pikir-pikir secara seksama memang banyak benarnya apa yang disampaikan oleh bapak Anies Baswedan kala itu. Aku jadi tahu ternyata rasa khawatir tanpa perhitungan riset dan penelitian yang matang akan menyisakan sebuah spukulasi yang memnunjukan rasa minder kita terhadap masa depan bangsa. Sungguh sangat disayangkan sekali.
Setelah di jawab selanjutnya adalah lanjutan sesi tanya jawab. Seperti yang sudah aku jelaskan, seperti biasanya ngan bagi yang ingin bertanya, Aku selalu mengangkat tangan namun selalu saja tidak berhasil mendapatkan giliran. Aku belum mendapatkan jatah untuk bertanya padahal dari awal aku selalu mengangkat tangan untuk bertanya, namun selalu saja belum rejekinya, alias belum dapat giliran untuk bertanya.
 |
| Mahasiswa ketika sedang bertanya saat sedang diskusi. |
Pertanyaan selanjutnya adalah datang dari sahabtaku yang bernama Rizky dari Intitut Teknologi Surabaya, pertanyaan dia adalah :
Tanya : “Dari fenomena permasalahan yang Bapak ungkapkan di atas bagaiman kinerja pemerintah hingga saat ini untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan tersebut?”
Tanya : “Bagaimana juga tanggapan Bapak terkait dengan fenomena guru yang saat ini hanya mengejar gaji bukan untuk menginspirasi?”
Kemudian bapak mengucapkan banyak terima kasih kepada para peserta dan langsung menjawab, jawabanya kurang lebih begini :
Jawab : “Ketika kita hanya terfokus dan amat bergantung pada pemerintah selamanya kita akan selalu kesulitan untuk menemukan solusi yang solutif. Haruskah kita hanya duduk diam membiarkan semua permasalahan tersebut mengalir begitu saja? Tentu saja tidak! Kita harus ikut turun tangan. Saya ingin melakukan dan menjadikan manusia kembali menjadi sentral diskusi utama. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Saya sama sekali tidak takut pada apa yang dikatakan orang hari ini, tapi saya lebih takut pada apa yang dikatakan sejarawan tentang masa depan.”
Selanjutnya tepuk tangan bergemuruh mengisi ruangan Ki Hajar Dewantara, saat itu di luar sana sedang terjadi hujan namun diskusi kami bersama bapak Anies Baswedan mampu menghangatkan kami semuanya. Bapak Anies Baswedan menyampaikan beberapa statement yang menurut aku begitu sangat menarik. Statement tersebut adalah :
“Ketika ekspektasi rendah maka kepuasannya Rendah namun ketika ekspetasi tinggi kepuasan juga akan sulit.”
Kemudian terdengar salah satu peserta yang mengatakan “Tidak Selalu!!”
Kemudian Bapak Anies langsung menanggapi pernyataaj tersebut “Anak muda itu bukan mikirin ratapan, tapi anak muda itu mengirim harapan! Hari ini orangtua adalah pendidik terpenting yang justru sering terlupakan. Maka pendidikan untuk orangtua dan menjadi orangtua adalah hal terpenting.”
Langsung tanpa di komandoi seluruh peserta melakukan tepuk tangan dengan sangat meriah sekali.Aku pun ikut terkagum-kagum mendengarkannya, Setelah menjelaskan hal tersebut ingatanku kembali pada materi sesi awal di pelatihan FIM 15 ini yaitu materi tentang parenting yang menyatakan bahwa pendidikan langsung dalam usisa dini yang di lakukan oleh orang tua adalah sangat penting.
Selanjutnya adalah kesempatan bertanya yang terakhir, kali ini hampir semua peserta angkat tangan bahkan banyak yang sambil berdiri dan menganagkat buku bertujuan untuk mencari perhatian sang moderator supaya dapat giliran bertanya. Aku pun tidak kalah seru, aku ikut berdiri dan mengangkat tangan, namun mungkin belum rejekinya jadi aku belum dapat kesempatan untuk bertanya.
Kesempatan tersebut jatuh kepada sahabatku yang bernama Ahmad Sajali mahasiswa Geografi Universitas negeri Jakarta. Pertanyaanya adalah :
Tanya : “Sebenarnya kualitas atau kuantitaskah yang perlu ditingkatkan di pendidikan Indonesia?”
Tanya : “Hariini kualitas dan kuantitas jelas bermasalah sehingga keduanya sangat penting untuk diperhatikan.”
Tanya : “Bagaimana Bapak melihat problematika prguruan tinggi saat ini sehingga kualitas sdm yang dihasilkan itu tidak sesuai dan mumpuni?”
3 pertanyaan oleh 1 orang penanya, Saat itu bapak Anies Baswedan langsung menjawab pertanyaan tersebut dengan statement sederhana yaitu kurang lebih
Jawab : “ Pendidikan itu memiliki tujuan yang baik. Tinggal kita memilih pada bidang apa kita ingin fokus. Sepertiapapun problematika yang terjadi di perguruan tinggi, semua tetap bergantung pada individu yang menjalani pendidikan tersebut. Memang banyak permasalahan baik dari segi sistem maupun subjek dan objek tapi kembalilah pada fokus yang ingin dicapai dengan pendidikan yang dijalani. Sharing ”
Setelah mejawab pertanyaan tersebut langsung kami angkat tangan semu bermaksud untuk bertanya lagi namun apa daya ternyata waktu sudah habis. Akhirnya dilanjutkan dengan sesi foto bersama.
Diskusi dengan bapak Anies Baswedan telah selesai, aku merasakan banyak sekali mendapatkan pengetahauan baru. Beberapa di antaranya juga ada yang termasuk kalimat pendukung untuk para pemuda.
“Aku memilih terlibat dari pada hanya melihat dari samping “ begitulah statement pembakar semangat yang di sampaikan oleh beliau. Walaupun sesi ini aku belum sempat mendapatkan kesempatan untuk bertanya namun pertanyaanku sudah terjawab dari statement-statement yang di sampaikan oleh beliau.
Aku sangat kagum, tiba tiba aku ingat jargon atau yel-yel yang kami pakai selama masa pelatihan
“Pemuda Indonesia !!!” .......
“ Aku Untuk Bangsaku!!!”......
Tetap semangat pemuda, peranmu akan sangat berguna untuk masa depan bangsa.
 |
| Selalu Semangat |
By : Sang Pembelajar.
0 komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca tulisan di atas, silakan berikan tanggapan/ komentar/ inspirasimu di bawah sini :